RISET SDM
BAB
I
PENGERTIAN
KONSEP RISET SDM
1.
Pengertian Riset SDM
Pada mulanya riset merupakan ruang
lingkup dari tugas manajemen suatuperusahaan, sejalan dengan hakikat pengawasan
itu sendiri hingga menjadi fungsi dari setiaplevel manajemen. Sehingga semakin
besar organisasi suatu perusahaan, memungkinkanperusahaan memiliki cabang yang
tersebar di seluruh negeri dan bahkan hingga ke luarnegeri. Dengan demikian,
kegiatan riset tidak mungkin lagi dirangkap secara fungsional olehpara manajer /
departemen tertentu karena akan kehilangan objektivitas dan indenpendensi dalam
pelaksanaan tugasnya. Sehingga terkadang diperlukan suatu organisasi yang
berdirisendiri terpisah dari kegiatan rutin.
Riset Sumber Daya manusia merupakan
suatu proses sistematik dan formal yangdidesain untuk mengukur biaya dan
manfaaat keseluruhan program Manajemen Sumber Daya Manusia dan untuk
membandingkan efisiensi dan efektivitas keseluruhan program Manajemen Sumber
Daya Manusia tersebut dengan kinerja organisasi di masa lalu, kinerja organisasi
lain yang dapat dibandingkan efektivitasnya, dan tujuan organisasi, merupakan suatu
proses sistematik dan formal untuk mengevaluasi kompatibilitas fungsi Sumber
Daya Manusia dengan tujuan dan strategi implementasi berbagai fungsi SDM,
kebijakan danprosedur SDM serta kinerja setiap program SDM.
Riset digunakan untuk memperoleh
informasi yang objektif dan konstan. Informasi yang objektif dan konstan ini
sangat diperlukan dalam rangka melakukan pengawasan dan pengendalian.
Riset sumber daya manusia (Human Resources Research)
adalah kegiatan menghimpun dan menginvestigasi berbagai fakta yang terkait
dengan berbagai masalah sumber daya manusia guna menghilangkan atau mengurangi
masalah yang terjadi.
Riset sumber daya manusia juga dapat
diartikan sebagai semua kegiatan yang melibatkan proses perencanaan,
pengumpulan, penganalisisan, dan pelaporan informasi dengan tujuan memperbaiki
pembuatan keputusan yang berkaitan dengan pengidentifikasian, pemecahan
masalah, dan penentuan peluang dalam SDM.
Dari pengertian ini, dapat ditarik
beberapa poin utama, yaitu:
a.
Terdiri atas
beberapa tahap – merupakan suatu proses,
b.
Hasil akhir
berupa informasi, dan
c.
Ditujukan
untuk membantu pengambilan keputusan manajemen SDM.
Riset SDM diharapkan memberikan
informasi berkualitas sebagai kompas atau alat bantu pengambilan keputusan.
informasi dikatakan berkualitas jika memenuhi kriteria relevan, akurat,
realibel, valid dan aktual yang berguna bagi manajemen.
·
Relevan
berarti informasi yang disediakan berhubungan dengan masalah riset SDM.
·
Akurat
menunjukkan tingkat ketepatan informasi yang diberikan
·
Realibel
berarti informasi tersebut dapat dipercaya kebenarannya
·
Valid
menunjukkan informasi tersebut memiliki kekonsistenan.
·
aktual
artinya informasi masih baru atau tidak ketinggalan zaman, sehingga masih
sesuai dengan konteks waktu saat keputusan akan dibuat.
2.
Menurut Para Ahli
·
Riset SDM
adalah penilitian sistematik SDM sebuah perusahaan untuk mencapai tujuan organisasional
dan pribadi perusahaan. ( Agus Sunyoto, 2008 dalam buku Akhmad Subheki, 2011 )
·
Riset SDM
merupakan penilitian sistematis SDM perusahaan untuk memaksimalkan pencapaian
tujuan organisasi dan individu. ( Henry Simamora, 2001. )
·
Riset SDM
adalah aktifitas dan proses untuk mengoptimalisasikan tujuan organisasional dan
pribadi. ( Dr.Hj.Iriani Ismail, Dra,.MM. )
·
Riset SDM
yaitu suatu pemeriksaan atau pengujian yang teliti dan kritis dalam mencari
fakta atau prinsip penyelidikan yang tekun guna memastikan suatu hal. (Ndraha,
1998 dalam buku Husein Umar. )
·
Riset adalah suatu proses sistematis untuk secara
objektif mendapatkan dan mengevaluasi bukti mengenai arsesi tentang kegiatandan
kejadian ekonomi untuk meyakinkan tingkat keterkaitan antar arsesi tersebut dan
kriteriayang telah ditetapkan dan mengkomunikasikan hasilnya kepada pihak yang
berkepentingan.
(Dalam
Sukrisno Agoes 2004:1)
·
Menurut
Gomez-Mejia (2001:28), Riset sumber daya manusia merupakantinjauan berkala yang
dilakukan oleh departemen sumber daya manusia untuk mengukur efektiovitas
penggunaan sumber daya manusia yang terdapat di dalam suatu perusahaan.
3.
Perencanaan,
Rekrutmen, dan Seleksi SDM
Rencana-rencana mestilah disusun
untuk merekrut, menyeleksi dan menahan karyawan yang produktif. Setiap
organisasi memiliki kepribadian yang berbeda seperti halnya seorang individu.
Oleh karena itu, organisasi harus mencoba untuk mencari kecocokan
kebutuhan-kebutuhan mereka dan kebutuhan karyawan. Riset membantu menjelaskan
mengapa seseorang bisa sukses di suatu perusahaan tapi gagal di perusahaan yang
lain, meskipun pekerjaannya serupa.
Riset rekrutmen diarahkan pada
penentuan bagaimana individu-individu dengan potensi tinggi dapat didorong
untuk melamar pekerjaan. Perusahaan perlu menentukan sumber yang paling mungkin
menyediakan kandidat yang berkualitas untuk pekerjaan-pekerjaan mereka. Hanya
sedikit gunanya mengetahui kualitas-kualitas yang harus dimiliki oleh calon
karyawan dan tidak mengetahui di mana dan bagaimana merekrut mereka.
Tujuan riset seleksi sumber daya
manusia menentukan calon karyawan dengan potensi paling besar untuk sukses.
Definisi karyawan yang sukses berbeda dari satu organisasi yang lain.
Riset-riset ini sering mencoba untuk menentukan faktor-faktor (seperti latar belakang,
pengalaman, pendidikan, dan nilai tes) yang dapat digunakan untuk membedakan
pelamar yang sukses dari yang kurang sukses.
4.
Pengembangan
SDM
Riset juga penting dalam bidang
pengembangan SDM. Penelitian dapat menetukan karyawan yang dapat
memanfaatkan pelatihan. Sebagai contoh, tingkat kesalahan yang tinggi yang dihubungkan dengan
karyawan tertentu dapat menunjukan kebutuhan untuk pelatihan tambahan.
Riset dalam program pelatihan mungkin dibutuhkan: apakah karyawan
dipersiapkan dengan lebih baik untuk melakukan pekerjaan mereka setelah
pelatihan, atau apakah pelatihan merupakan suatu pelaksanaan yang sia-sia?
Pelatihan dan pengembangan adalah mahal dan biaya-biayanya mestilah diberikan
pembenaran.
5.
Pengertian Konsep Riset SDM
Kata Konsep berasal dari bahasa latin conceptum, yang artinya
sesuatu yang dipahami. Aristoteles dalam
bukunya "The classical theory of concepts" menyatakan bahwa
konsep merupakan penyusun utama dalam pembentukan pengetahuan ilmiah dan
filsafat pemikiran manusia.
Secara garis besar definisi konsep adalah suatu hal
umum yang menjelaskan atau menyusun suatu peristiwa, objek, situasi, ide, atau
akal pikiran dengan tujuan untuk memudahkan komunikasi antar manusia dan
memungkinkan manusia untuk berpikir lebih baik. Pengertian lainnya mengenai
konsep ialah abstraksi suatu ide atau gambaran mental, yang dinyatakan dalam
suatu kata atau simbol. Konsep dinyatakan juga sebagai bagian dari pengetahuan
yang dibangun dari berbagai macam karakteristik. Pengertian konsep juga
dikemukakan oleh beberapa ahli.
menurut
Umar (2004:51), konsep merupakan
sejumlah teori yang berkaitan dengan suatu objek. Soedjadi (2000:14) Pengertian konsep adalah ide abstrak yang
dapat digunakan untuk menyimpan klasifikasi atau kategorisasi umumnya
dinyatakan dengan istilah atau serangkaian kata. Bahri (2008:30) Pengertian konsep adalah unit yang mewakili
sejumlah objek yang memiliki karakteristik yang sama. Orang-orang yang memiliki
konsep mampu membuat abstraksi dari obyek yang dihadapi, sehingga objek
ditempatkan dalam kelompok-kelompok tertentu. Singarimbun dan Effendi (2009) Pengertian konsep adalah
generalisasi dari kelompok tertentu dari fenomena, sehingga dapat digunakan
untuk menggambarkan fenomena barbagai yang sama. "Konsep pemahaman terpadu
masalah atau isu dirumuskan.
dapat disimpulkan “Sekumpulan gagasan atau ide yang
sempurna dan bermakna berupa abstrak, entitas mental yang universal dimana
mereka bisa diterapkan secara merata untuk setiap ekstensinya sehingga konsep
membawa suatu arti yang mewakili sejumlah objek yang mempunyai ciri yang sama
dan membentuk suatu kesatuan pengertian tentang suatu hal atau persoalan yang
dirumuskan”.
Konsep diciptakan dengan menggolongkan
dan mengelompokkan objek-objek tertentu yang mempunyai ciri-ciri yang
sama. Dengan demikian menurut penulis konsep merupakan penggabungan
beberapa teori yang berkaitan dengan objek suatu penelitian. Hal ini guna
mempermudah suatu penelitian. Dengan mengetahui teori dan konsep dalam suatu
penelitian maka di harapkan penelitian yang akan dilakukan tidak mengambang dan
terlalu melebar dari pokok bahasan yang akan di teliti. Selain itu pengumpulan
dan penyusuan teori -teori serta data-data yang terkait dalam penelitian
ini disesuaikan dengan maksud dan tujuan penelitian
BAB II
RUANG LINGKUP
RISET SDM
1.
Ruang Lingkup Riset SDM
A. Perencanaan
Perencanaan SDM merupakan bagian dari
alur proses manajemen dalam menentukan pergerakan SDM perusahaan, dari posisi
saat ini menuju posisi yang diinginkan di masa depan. Dengan demikian
keberhasilan perencanaa SDM akan di tentukan oleh ketepatan pemilihan strategi
dalam merancang pemberdayaan SDM perusahaan dan memprediksi kebutuhan di masa
depan sesuai dengan dinamika pertumbuhan dan perkembangan bisnis perusahaan.
Untuk
merancang dan mengembangkan perencanaan sumber daya manusia yang efektif,
Minzani (1996) menyatakan adanya tiga
tipe perencanaan yang saling terkait dan merupakan satu kesatuan sistem
perencanaan tunggal yaitu: a) strategic
planning, yang bertujuan untuk mempertahankan kelangsungan organisasi dalam lingkungan persaingan; b) Operational planning, yang menunjukkan demand terhadap SDM; c) human resources planning, yang digunakan untuk memprediksi kualitas dan
kuantitas kebutuhan sumber daya manusia dalam jangka pendek dan jangka panjang
yang menggabungkan program pengembangan dan kebijaksanaan SDM.
B. Pengertian
Perencanaan Sumber Daya Manusia
Menurut George Milkovich dan Paul C. Nystrom (Dale Yoder, 1981:173) menyatakan bahwa perencanaan SDM merupakan
proses peramalan, pengembangan, pengimplementasian, dan pengontrolan yang
menjamin perusahaan mempunyai kesesuaian jumlah pegawai, penempatan pegawai
secara benar, waktu yang tepat, yang secara otomatis lebih bermanfaat. Werther dan Davis (1989) menyatakan
bahwa perencanaan SDM adalah suatu perencanaan yang sistematiktentang perkiraan
kebutuhan dan pengadaan atau pasokan tentang pekerja. Perencanaan SDM menurut George R. Terrey yaitu meliputi
tindakan-tindakan memilih dan menghubungkan fakta-fakta dan membuat serta
menggunakan asumsi-asumsi mengenai masa yang akan datang dalam hal
memvisualisasikan serta merumuskan aktivitas-aktivitas yang di usulkan yang
dianggap perlu untuk mencapai hasil yang diinginkan. Menurut Eric Vetter dalam Jackson dan Schuler
(1990) dan Schuler dan Walker (1990)
mendifinisikan perencanaan SDM sebagai proses manajemen dalam menentukan
pergerakan SDM perusahaan dan posisinya saat ini menuju posisi yang diinginkan
di masa depan. Dari konsep tersebut perencanaan SDM di pandang sebagai proses
linear, dengan menggunakan data dan proses masa lalu (short- term) sebagai pedoman perencanaan di masa depan (long-term).
“ Arthur
W. Sherman dan George W. Bohlander dalam bukunya managing Human Resources tahun 1992 mengatakan : Perencanaan sdm
adalah proses mengantisipasi dan membuat ketentuan (persyaratan) untuk mengatur
arus gerakan tenaga kerja ke dalam, di dalam dan keluar organisasi.”
C.
Prinsip dalam Perencanaan SDM
Perencanaan SDM perlu di dasarkan pada
prinsip-prinsip berikut ini :
·
Prinsip
pengintegrasian perencanaan SDM dengan strategi divisi lainnya yang sesuai
dengan strategi perusahaan.
·
Manajer
senior harus memberikan kepemimpinan yang menekankan pentingnya pengembangan
perusahaan dengan melibatkan seluruh divisi dalam perusahaan.
·
Dalam
perusahaan yang lebih besar, unit perencanaan SDM yang bertanggung jawab kepada
manajemen senior dapat didirikan. Tujuan utama unit ini akan menkoordinasikan
dan mengatasi tuntutan SDM dari departemen yang berbeda.
·
Jangka
waktu perencanaan perlu di definisikan. Masalah utama dalam pembuatan perkiraan
kebutuhan SDM melibatkan ketidakpastian, sihingga penting untuk dilakukan
kompromi yang jelas mengenai jangka waktu perencanaan SDM.
·
Ruang
lingkup dan rincian tentang perencanaan SDM harus di tentukan.
Perencanaan SDM harus di dasarkan atas
informasi yang paling komprehensif dan akurat.
D. Tujuan
Perencanaan Sumber Daya Manusia
Tujuan
perencanaan SDM menurut Veithzal Rivai
(2009:51) ialah :
·
Untuk
menentukan kualitas dan kuantitas karyawan yang akan mengisi semua jabatan
dalam perusahaan.
·
Menjamin
tersedianya tenaga kerja masa kini maupun masa depan.
·
Menghindari
terjadinya mismanajemen dan tumpang tindih dalam pelaksanaan tugas.
·
Mempermudah
koordinasi, integrasi dan singkronisasi (KIS) sehingga produktivitas meningkat.
·
Menghindari
kekurangan dan atau kelebihan karyawan.
·
Menjadi pedoman dalam menetapkan program
penarikan, seleksi pengembangan, kompensasi, pengintegrasian, pemeliharaan,
kedisiplinan, dan pemberhentian karyawan.
·
Menjadi
pedoman dalam melaksanakan mutasi, (vertical atau horizontal) dan pensiun
karyawan ; dan Menjadi dasar dalam penilaian karyawan.
Tujuan khusus dari perencanaan SDM antara lain :
·
Menyeimbangkan
antara biaya penempatan dan pemanfaatan karyawan.
·
Menentukan
kebutuhan rekrutmen.
·
Menentukan
kebutuhan pelatihan.
·
Pengembangan
manajemen.
·
Hubungan
karyawan dan industri.
Dalam praktiknya perencanaan SDM
berkaitan dengan permintaan dan penawaran tenaga kerja dan masalah yang timbul
dari faktor proses rekonsilasi ini. Setiap sistem harus didasarkan pada
analisis permintaan dan penawaran, serta rencana dan keputusan diikuti dengan
analisis yang mendalam.
E. Manfaat
Perencanaan SDM
Berikut manfaat dari perencanaan SDM :
1)
Meningkatkan
sistem informasi sdm, yang secara terus menerus diperlukan dalam mendayagunakan
sdm secara efektif dan efisien bagi pencapai tujuan bisnis perusahaan.
2)
Bertolak
dari manfaat pertama tersebut dia atas, berate juga perencanaan SDM bermanfaat
untuk :
·
Meningkatkan
pendayagunaan sdm dengan perencanaan yang cermat harus diusahakan agar setiap
tenaga kerja memperoleh peluang dalam memberikan kontribusi terbaik bagi
pencapaian tujuan perusahaan.
·
Menyelaraskan
aktivitas SDM dengan sasaran organisasi secara lebih efisien.
·
Menghemat
tenaga, waktu dan dana serta dapat meningkatkan kecermatan dalam proses penerimaan tenaga kerja
·
Mengembangkan
dan menambah informasi SDM sebagaimana telah diketengahkan pada butir 1
tersebut diatas, dengan demikian akan lebih besar manfaatnya bagi pelaksanaan
kegiatan manajemen SDM lainnya.
3)
Perencanaan
sdm berfungsi juga untuk mempermudah pelaksanaan koordinasi sdm oleh manajer
sdm, dalam usaha memperpadukan pengelolaan sdm, yang juga merupakan tanggung
jawab manajer lainnya, meskipun terbatas di lingkungan unit kerja
masing-masing.
4)
Perencanaan
sdm jangka panjang bermanfaat bagi perusahaan untuk memperkirakan kondisi dan
kebutuhan pengelolaan sdm, selama 2 atau 3 dan bahkan 10 tahun mendatang.
5)
Perencanaan
sdm jangka pendek bermanfaat untuk mengetahui posisi/jabatan pekerjaan yang
lowong pada tahun mendatang.
F. Proses
Perencanaan SDM
Menurut James Walker dalam French (1986), perencanaan program meliputi dua
hal yaitu manajemen kinerja dan manajemen karier. Yang di maksud dari manajemen
kinerja adalah standar kinerja, kualitas kerja, kinerja kerja, dan kompensasi.
Sedangkan manajemen karier terkait dengan rekrutmen, seleksi, suksesi
manajemen, pengembangan kinerja, pelatihan, pendidikan, dsb. Suksesi manajemen
merupakan proses antisipasi kebutuhan managerial
staffing di masa yang akan datang serta pembuatan perencanaan untuk
pengembangannya sehingga mampu mengantisipasi kebutuhan masa depan dan
menyesuaikan dengan kebutuhan organisasi.
Beberapa tahap yang terkait dengan
perencanaan SDM anatara lain :
1.
Tahap
Peramalan Kebutuhan SDM di Masa Depan
Perkiraan kebutuhan (needs forcasting) secara garis besar
terbagi atas 4 kelompok yaitu :
a)
Eksternal
dan internal
b)
Persayaratan
SDM di masa depan.
c)
Ketersediaan
SDM di masa mendatang yang dapat di prediksi melalui investarisasi bakat
karyawan.
d)
Prakiraan
kebutuhan SDM
2.
Perencanaan
Program (Programe Planning)
Rancangan atau rencana program
tersebut meliputi dua hal besar yaitu: manajemen kinerja dan manajemen karir.
Manajemen kinerja meliputi 3 hal
yaitu:
·
Hal-hal
yang berkaitan dengan keorganisasian, seperti aktivitas kerja,dll
·
Penilaian
kinerja yang terdiri dari perencanaan kinerja, tujuan kinerja, bimbingan,
evaluasi kinerja, alat dan model analisis kinerja.
·
Struktur
imbalan seperti kompensasi dan pembagian keuntungan.
Manajemen karir meliputi 4 hal yaitu:
·
Sistem
dan kebijakan perusahaan
·
Suksesi
manajemen
·
Kesempatan
karier
·
Rencana
karier individu
Dengan menggunakan pemahaman Schuler (987:62-78) terdapat empat
tahapan penting dalam proses perencanaan SDM, yaitu:
a)
Gathering, Analyzing, and Forecasting
Supply and Demand Data
Pada tahap ini dilakukan sejumlah
aktivitas untuk mengumpulkan, menginvestigasi, menganalisis dan memprediksi
kebutuhan data untuk supply and demand.
b)
Estabilishing Human Resource
Objectives and Policies
Penetapan tujuan dan kebijakan SDM
mesti berlandaskan tujuan dan kebijakan corporate
yang jelas agar dapat mengantisipasi pengembangan organisasional dalam
merespon perubahan global.
c)
Human Resource Programming
Pada tahap ini dirancang mekanisme dan
prosedur manajemen SDM yang dapat diimplementasikan dengan baik, terutama dalam
rangka meningkatkan daya tawar bagi rekrutmen calon pegawai yang qualified.
d)
Human Resource-Planning-Control and
Evaluation
Pada tahap ini kegiatan lebih
difokuskan untuk mengawasi dan mengevaluasi implementasi program manajemen SDM
yang sedang berjalan agar tetap berada dijalur yang sudah ditetapkan(on the right track).
Rangkaian pelaksanaan perencanaan SDM
yang terintegrasi dengan rencana strategi bisnis baik dalam jangka pendek
maupun jangka panjang menurut Hadari
Nawawi, 1997:144 adalah sebagai berikut:
1.
Dalam
proses perencanaan strategi bisnis, beberapa organisasi/perusahaan akan
melakukan:
·
Menyusun
rencana strategi bisnis dengan perspektif jangka panjang (5-10 tahun) atau
lebih di masa mendatang.
·
Menyusun
rencana operasional bisnis yang dijabarkan dalam rencana strategi dengan
perspektif jangka sedang (3-5 tahun) di masa mendatang.
·
Menyusun
rencana tindakan berupa anggaran dengan perspektif tahunan yang menggambarkan
kegiatan bisnis yang akan dilaksanakan selama satu tahun (tahunan) dengan
menyediakan anggaran tertentu untuk dapat diwujudkan.
2.
Dalam
kegiatan perencanaan SDM
a.
Pada
tahap awal perencanaan SDM mengidentifikasi isu-isu berdasarkan
komponenkomponen di dalam rencana strategi bisnis jangka panjang. Beberapa
komponen yang bisa dijadikan isu perencanaan SDM antara lain (1) filsafat
perusahaan, (2) laporan hasil penelitian tentang hal-hal seputar lingkungan
bisnis, (3) tujuan-tujuan dan sasaran strategis yang akan dicapai, dan (4)
hasil analisis SWOT perusahaan.
b.
Pada
tahap selanjutnya hasil analisis isu digunakan sebagai masukan dari perencanaan
operasional jangka menengah ke dalam tahap kegiatan perkiraan kebutuhan SDM
dalam proses perencanaan SDM.
Hasil perkiraan kebutuhan SDM tersebut
dijadikan masukan secara integral dalam penyusunan anggaran tahunan ke dalam
langkah perencanaan SDM.
G. Implementasi
Sistem Perencanaan SDM
Implementasi
sistem perencanaan SDM yang baik dan efektif perlu di dukung dengan pemilihan
teknik terbaik, yang merupakan starting
point dalam melaksanakan berbagai aktifitas yang berhubungan dengan gaya
manajerial, nilai dan budaya secara keseluruhan. Beberapa teknik perencanaan
SDM berikut ini dapat diimplementasikan dalam proses rekrutmen dan perencanaan
karier (Nursanti, 2002: 61), yaitu :
1)
Rekrutmen
Identifikasi
Kemungkinan ketidakcocokan antara supply dan demand serta penyesuaian melalui rekrutmen, sebelumnya di lihat
sebagai alasan perencanaan manpower tradisional.
Oleh karena itu diperlukan pendekatan baru yang mempertimbangkan kombinasi
kompetensi karyawan melalui pengetahuan, keterampilan dan sikap dan pengalaman
yang dimiliki. Perencanaan SDM dapat dijadikan petunjuk dan memberikan wawasan
masa yang akan datang bagi orang-orang yang diperlukan untuk menyampaikan
produk inovatif atau pelayanan yang berkualitas yang di fokuskan melalui
strategi bisnis dalam proses rekrutmen.
2)
Perencanaan
Karier
Hal ini membutuhkan pengertian
proses-proses yang diintegrasikan pada karakteristik individual dan preferensi
dengan implikasinya pada budaya organisasi, nilai dan gaya, strategi bisnis dan
panduan, struktur organisasi dan perubahan, sistem reward, penelitian dan
sistem pengembangan, syarat penelitian dan sistem promosi. Beberapa organisasi
ini menekankan pada tanggung jawab individual bagi pengembangan karier
masing-masing. Sistem mentoring formal maupun informal di perkenalkan untuk
membantu pencapaian pengembangan karier, seberapa jauh fleksibilitas dan
efisiensi organisasi di tentukan oleh kebijakan pemerintah, baik fiskal maupun
pasar tenaga kerja.
3)
Evaluasi
Perencanaan SDM
Perencanaan SDM dapat digunakan
sebagai indikator kesesuaian antara supply
dan demand bagi sejumlah
orang-orang yang ada dalam organisasi dengan keterampilan yang sesuai,
perencanaan SDM juga berguna sebagai early warning perusahaan terhadap
implikasi strategi bisnis bagi pengembangan SDM dengan melakukan audit terhadap
SDM.
2. Rekruitmen
dan seleksi
A. Pengertian
Rekrutmen
Setiap
organisasi, terlepas dari ukuran, produk, maupun jasa yang dihasilkannya, harus
merekrut pelamar kerja untuk mengisi sebuah posisi. Pengisian kekosongan di
dalam sebuah organisasi apakah disebabkan oleh pertumbuhan, perubahan struktur
dan fungsi, ataupun putaran karyawannya memerlukan pencarian orang-orang yang
dapat memenuhi persyaratan posisi yang kosong. Sumber karyawan dapat berasal
dari sumber internal maupun eksternal. Bentuk pekerjaan yang harus diisi serta
berbagai kebijakan dan praktik organisasi akan menentukan yang mana dari sumber
tadi yang paling tepat untuk mengisi posisi yang lowong. Sebab itu, salah satu
aspek keputusan seleksi adalah pengambilan keputusan dimana akan merekrut.
Rekrutmen
merupakan serangkaian aktivitas untuk mencari dan memikat pelamar kerja dengan
motivasi, kemampuan, keahlian, dan pengetahuan yang diperlukan guna menutupi
kekurangan yang diidentifikasi dalam perencanaan kepegawaian. Aktivitas
rekrutmen dimulai pada saat calon mulai dicari dan berakhir tatkala lamaran
mereka diserahkan. Melalui rekrutmen, individu yang memiliki keahlian yang
dibutuhkan didorong membuat lamaran untuk lowongan kerja yang tersedia di
perusahaan. Hasil rekrutmen adalah sekumpulan pelamar kerja yang akan diseleksi
untuk menjadi karyawan baru. Proses rekrutmen juga berinteraksi dengan
aktivitas-aktivitas sumber daya manusia lainnya, terutama evaluasi kinerja,
kompensasi, pelatihan dan pengembangan, dan hubungan karyawan.
Rekrutmen tidak hanya penting bagi
organisasi saja. Rekrutmen merupakan proses komunikasi dua arah. Pelamar
menghendaki informasi yang akurat mjhjhjkhfejrhjhtjrengenai seperti apakah
rasanya bekerja di dalam organisasi bersangkutan. Organisasi sangat
menginginkan informasi yang akurat tentang seperti apakah pelamar jikalau kelak
dia diangkat jadi pegawai. Pelamar maupun organisasi saling berkirim sinyal
tentang hubungan kepegawaian. Para pelamar menunjukkan bahwa mereka adalah
calon-calon yang menarik dan harus mendapat tawaran kerja, para pelamar juga
mencoba untuk meminta organisasi agar memberikan informasi guna menentukan
apakah mereka akan bergabung dengannya. Organisasi ingin menunjukkan bahwa
mereka merupakan tempat yang nyaman untuk bekerja, mereka ingin mendapat sinyal
dari para pelamar yang memberikan gambaran sejujurnya tentang nilai potensial
mereka kelak sebagai karyawan.
Namun demikian, arti penting aktivitas
rekrutmen tampaknya semakin semarak dewasa ini karena dua sebab. Pertama, mayoritas perusahaan menganggap
bahwa mereka akan menghadapi kekurangan karyawan yang menguasai seragam
keahlian yang dibutuhkan untuk pekerjaan modern. Kedua, perampingan bisnis dan langkah penghematan biaya yang
dijalankan oleh banyak perusahaan dalam tahun-tahun terakhir telah menyebabkan
anggaran rekrutmen yang semakin kecil daripada sebelumnya. Dengan demikian,
para perekrut harus mengetahui kiat baru dan lebih efektif biaya dalam upaya memikat
pelamar-pelamar yang berbobot.
1)
Tujuan
Aktivitas Rekrutmen
Menurut SP. Siagian diadakannya
rekrutmen adalah untuk mendapatkan persediaan sebanyak mungkin calon-calon
pelamar sehingga organisasi akan mempunyai kesempatan yang lebih besar untuk
melakukan pilihan terhadap calon pegawai yang dianggap memenuhi standar
kualifikasi organisasi. Mengingat fungsinya yang begitu besar, maka subuah
proses rekrutmen harus mampu memanggil tenaga kerja untuk berbondong-bondong
mangajukan lamaran. Aspek kedua dalam rekrutmen adalah perihal apakah
penekanannya pada sekedar mengisi lowongan-lowongan saja ataukah pengagkatan
untuk tujuan-tujuan jangka panjang.
Aktivitas
rekrutmen menyisihkan pelamar yang tidak tepat dan memfokuskan upayanya pada
calon yang akan dipanggil kembali. Aktivitas rekrutmen dapat membangun opini
yang menguntungkan dengan cara mempengaruhi sikap para pelamar sedemikian rupa
terlepas dari mereka diangkat atau tidak. Untuk itu aktivitas rekrutmen perlu
memantapkan tujuan-tujuannya.
Adapun tujuan rekrutmen adalah
meliputi :
·
Rekrutmen
sebagai alat keadilan sosial
Rekrutmen yang bertujuan pencapaian
keadilan sosial lebih berpihak pada kepentingan publik secara umum, bukan
berkiblat pada kepentingan spesifik yang harus dicapai oleh organisasi. Dalam
hal ini rekrutmen dilakukan dengan memberikan pertimbangan proporsional kepada
pihak yang perlu dilindungi, yang sangat mungkin berposisi sebagai pihak
dirugikan akibat rekrutmen apabila dibiarkan.
·
Rekrutmen
sebagai teknik untuk memaksimumkan efisiensi
Rekrutmen ini merupakan sebuah
rekrutmen yang biasanya dilakukan secara ketat. Tujuan rekrutmen dapat
menjaring calon pegawai yang
berkualitas, sehingga jika diterima kelak dapat memenuhi tuntutan organisasi.
·
Rekrutmen
sebagai strategi responsivitas politik
Rekrutmen
yang bertujuan untuk responsivitas politik, hal ini disesuaikan dengan gejolak
di suatu Negara, masalah-masalah di perbatasan, perubahan kebijakan politik
yang dibuat. Dengan kondisi yang berubah-ubah
sangat mungkin kebutuhan SDM secara sektoral juga dapat berubah.
Program rekrutmen yang baik perlu
melayani banyak tujuan yang kadangkala bertentangan. Tujuan utama rekrutmen
adalah menemukan pelamar-pelamar berkualifikasi yang akan tetap bersama
perusahaan dengan biaya yang paling sedikit. Oleh karena itu, individu yang underqualified yang belakangan tentunya
akan diberhentikan, dan individu yang overqualified
yang akan menderita frustasi dan meninggalkan organisasi, tidak boleh diangkat
menjadi pegawai. Tujuan pasca pengangkatan (posthiring
goals) perlu pula dipikirkan proses rekrutmen harus menghasilkan karyawan
yang merupakan pelaksana yang baik dan akan tetap bersama dengan perusahaan
sampai jangka waktu yang wajar. Tujuan lainnya adalah bahwa upaya rekrutmen
hendaknya mempunyai efek luberan (spillover
effects) yakni citra umum organisasi harus menanjak, dan bahkan pelamar
yang gagal haruslah mempunyai kesan positif terhadap perusahaan dan
produk-produknya. Lebih lanjut segenap tujuan diatas harus diraih dengan
kecepatan paling tinggi dan dengan biaya serendah mungkin bagi organisasi.
Landasan program rekrutmen yang baik
mencakup factor-faktor berikut :
a.
program
rekrutmen memikat banyak pelamar yang memenuhi banyak syarat ;
b.
program
rekrutmen tidak pernah mengkompromikan standar seleksi ;
c.
berlangsung
atas dasar yang berkesinambungan ; dan
d.
program
rekrutmen itu kreatif, imaginative, dan inovatif. Rekrutmen dapa menarik
individu dari kalangan karyawan yang saat ini dikaryakan oleh perusahaan,
karyawan yang bekerja diperusahaan lain, atau orang yang tidak bekerja.
Organisasi lainnya lebih menggemari pengangkatan individu yang terbukti
berbakat dari luar perusahaan.
2)
Proses
Rekrutment
Sebagaimana didefinisikan sebelumnya
perekutan adalah proses menarik orang-orang pada waktu yang tepat dalam jumlah
yang cukup dan dengan persyaratan yang layak untuk melamar kerja, pada pekerjaan-pekerjaan dalam organisasi.
Gambar di atas
menunjukkan bahwa ketika perencanaan mengidentifikasikan adanya kebutuhan akan
karyawan, perusahaan bisa mengefaluasi alternative-alternatif penarikan
karyawan jika alternative-alternatif tersebut terbukti tidak layak, maka proses
perekrutanpun dimulai. Biasanya, perekrutan dimulai ketika manajer mengeluarkan
permintaan karyawan, sebuah dokumen yang merinci nama pekerja, departemen,
tanggal karyawan dibutuhkan untuk kerja dan rincian-rincian lainnya. Rencana
yang telah disusun dan ditetapkan segera diikuti penyelenggaraan fungsi
berikutnya, yaitu fungsi rekrutmen.
B. Seleksi
Seleksi adalah
proses memilih dari sekelompok pelamar orang yang paling sesuai untuk menempati
posisi tertentu dan organisasi. Mencocokkan secara tepat orang dan pekerjaan
organisasi adalah tujuan proses seleksi. Jika orang-orang melebihi persyaratan
(overqualivied), kurang memenuhi persyaratan (underqualivied), atau karena satu
hal tidak cocok dengan pekerjaan atau organisasi, mereka akan menjadi tidak
efektif mungkin meninggalkan perusahaan, baik sukarela maupun tidak.
Keberhasilan rekrutan perusahaan memiliki pengaruh signifikan terhadap kualitas
keputusan seleksi.
Ada banyak
memperbaiki produktifitas namun tidak ada yang lebih ampuh dari pada membuat
keputusan perekrutan karyawan yang tepat. Para karyawan yang bekinerja terbaik
dalam semua organisasi memberikan kontribusi lebih tinggi 5 hingga 22 kali
dibandingkan para karyawan bekinerja menengah atau rendah. Perusahaan yang
memilih karyawan berkualitas tinggi memetik keuntungan-keuntungan subtansial
yang terus muncul selama karyawan masih bekerja di tempatnya. Disisilain,
keputusan-keputusan seleksi yang buruk dapat menyebabkan kerusakan yang tidak
mungkin diperbaiki.
Proses seleksi
mempengaruhi dan dipengaruhi oleh hampir setiap fungsi lainnya. jika paket
kompensasi yang ditawarkan kurang menarik dibandingkan yang diberikan oleh
pesaing perusahaan maka, menarik pelamar dengan kualitas terbaik menjadi sulit
situasi yang sama terjadi ketika catatan
keselamatan dan kesehatan perusahaan beradah di bawah standart. Disisi lain,
jika proses seleksi hanya memasukkan karyawan yang berkualitas, marginal pada
perusahaan, organisasi tersebut mungkin harus mengintensifkan upaya-upaya
pelatihan. Maka dari beberapa hal tersebut perlu dilakukan audit sumber daya
manusia.
Brenda Tiffani Akie Rusaktiva Rustam, SE., MSA., Ak. dalam jurnalnya yang
berjudul “Audit Manajemen Untuk Menilai Efektivitas Fungsi Sumber Daya”
menunjukkan bahwa tujuan
audit atas seleksi sumber daya manusia adalah untuk memastikan bahwa Fakultas X memiliki prosedur seleksi
sumber daya manusia, prosedur seleksi SDM telah dilaksanakan sesuai dengan SOP,
prosedur seleksi SDM telah sesuai dengan kebutuhan Fakultas dalam mendapatkan
tenaga kerja yang memenuhi kualifikasi yang ditentukan oleh Fakultas, dan
prosedur perekrutan SDM pada Fakultas X sesuai dengan peraturan
perundang-undangan.
Wewenang
proses seleksi tenaga kerja ini tidak dimiliki oleh Fakultas X, melainkan
dilakukan oleh pihak Universitas. Fakultas X berpartisipasi dalam pembuatan
soal dan proses wawancara. Seleksi yang dilakukan oleh pihak Universitas
dilakukan dengan instrumen yang valid dan oleh pihak-pihak yang profesional,
hanya saja terkadang calon tenaga kerja yang lolos seleksi tidak sebanding
jumlahnya dengan jumlah tenaga kerja yang diajukan oleh pihak Fakultas sehingga
masih belum memenuhi rasio ideal karyawan sesuai standar mutu Universitas dan
Fakultas/Program.
Dari
pengembangan criteria, causes, effect menunjukkan bahwa prosedur seleksi
telah dilaksanakan sesuai dengan
peraturan perundangan dan dilaksanakan dengan teknik dan instrumen yang valid
serta melibatkan panitia yang profesional. Akan tetapi hal negatif yang
ditemukan adalah bahwa proses seleksi X terkadang tidak menghasilkan output
yang sesuai dengan kualifikasi dan kompetensi yang dibutuhkan. Walaupun
terdapat kelemahan, namun secara garis besar pelaksanaan prosedur seleksi telah
dilaksanakan dengan baik dan menghasilkan tenaga kerja yang memenuhi
kualifikasi yang diminta oleh Fakultas X. Berdasarkan hal tersebut maka penulis
dapat menyimpulkan bahwa prosedur seleksi sumber daya manusia pada Fakultas X
efektif.
1.
Langkah-Langkah Dalam Proses Seleksi:
a.
Melengkapi
Lamaran Pekerjaan
Bertujuan menenjukkan posisi yang
dikehendaki oleh pelamar, menyediakan informasi bagi pewawancara. Tindakan dan
kecenderungan; hanya memerlukan informasi yang dapat dipakai untuk
memperkirakan keberhasilan dan pekerjaan.
b.
Wawancara
Penyaringan Awal
Bertujuan menyediakan evaluasi dengan
cepat dari kecocokan para pelamar. Tindakan dan kecenderungan; mengajukan
pertanyaan mengenai pengalaman, gaji yang diharpkan, kesediaan untuk
dipindhkan, dan sebagainya.
c.
Tes
Bertujuan mengukur ketrampilan
pekerjaan dan kemampuan pelamar untuk belajar dari pekerjaan. Tindakan dan
kecenderungan; mungkin termasuk tes menggunakan perangkat lunak komputer,
analisis tulisan tangan, kesehatan dan kemampuan fisik.
d.
Penyelidikan
Latar Belakang
Bertujuan memeriksa kebenaran dari
riwayat hidup atau isian formulir lamaran. Tindakan dan kecenderungan;
menelepon mantan supervisor calon (dengan izin) dan memeriksa kebenaran informasi
mengenai calon.
e.
Wawancara
Seleksi Secara Mendalam
Bertujuan mencari tahu lebih jauh
tentang pelamar sebagai individu. Tindakan dan kecenderungan; dilaksanakan oleh
manajer yang akan menjadi atasan pelamar.
f.
Pemeriksaan
Fisik
Bertujuan memastikan prestasi kerja
yang efektif oleh pelamar, melindungi pelamar lain dari penyakit, membuat
catatan kesehatan dari pelamar, melindungi perusahaan dari tuntutan kompensasi
karyawan yang tidak dapat dibenarkan. Tindakan dan kecenderungan; seringkali
dilakukan oleh dokter perusahaan.
g.
Menawarkan
Pekerjaan
Bertujuan mengisi lowongan pekerjaan
atau posisi. Tindakan dan kecenderungan; menawarkan gaji ditambah paket
tunjangan.
3. Performance
Kata performance dalam bahasa inggris diterjemahkan ke dalam bahasa
Indonesia sering berbeda, sampai sekarang belum dibakukan. Ada yang
menerjemahkan sebagai: unjuk kerja, kinerja, hasil karya, karya, pelaksanaan
kerja, hasil pelaksanaan kerja. Ilyas
(1999:65) menerjemahkan performance
menjadi unjuk kerja, sedangkan Wahyudi
(1996:34) menerjemahkan menjadi prestasi kerja.
Berdasarkan hal tersebut di atas, maka
arti performance atau kinerja adalah sebagi berikut: Kinerja (Performance)
adalah hasil kerja yang dapat dicapai oleh seseorang atau sekelompok orang
dalam suatu organisasi, sesuai dengan wewenang dan tanggung jawab
masing-masing, dalam rangka upaya mencapai tujuan organisasi bersangkutan
secara legal, tidak melanggar hukum dan sesuai dengan moral maupun etika.
Disamping itu, kinerja (performance) diartikan sebagai hasil
kerja seseorang pegawai, sebuah proses manajemen atau suatu organisasi secara
keseluruhan, dimana hasil kerja tersebut harus dapat ditunjukan buktinya secara
konkrit dan dapat diukur (dibandingkan dengan standar yang telah ditentukan).
Performance
Management adalah
suatu pendekatan sistematik untuk meningkatkan kinerja individu atau tim dalam
mencapai tujuan / target organisasi (Hendry, Bradley and Perkins, 1997).
Definisi ini menyinggung 3 hal penting, yaitu :
1.
Sistematis.
Pengaturan kinerja organisasi, baik
secara individu maupun tim merupakan sebuah sistem yang terpadu dengan sistem
lainnya, bukan sebuah aktivitas yang terlepas satu sama lain.
2.
Individu
/ tim.
Target / tujuan organisasi harus
diturunkan dan dibagi menjadi beberapa tugas kecil per posisi yang tentunya
harus mendukung satu sama lain. Maka dari itu, hubungan sebab-akibatnya harus
terjaga.
3.
Tujuan
/ target organisasi.
Hanya ada 2 tujuan sebuah organisasi /
perusahaan, yaitu Profit (Keuntungan) dan Growth (Pertumbuhan).Semua hal yang
dikerjakan oleh karyawan haruslah mendukung pencapaian kedua hal ini, bila
tidak, maka perlu ditinjau ulang dan direvisi.
Sedangkan menurut Mangkunegara (2001:67) mendifinisikan kinerja (prestasi kerja)
sebagai berikut: “Kinerja adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang
dicapai seorang pegawai dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung
jawab yang diberikan kepadanya”. Sedangkan Bernardin
dan Russel (1993:397), mengatakan pengertian bahwa: “kinerja pegawai
tergantung pada kemampuan, usaha kerja dan kesempatan kerja yang dapat dinilai
dari out put”.
A. Prinsip-Prinsip Dasar Performance
management
Sebagai
prinsip dasar dalam performance management adalah menghargai kejujuran,
memeberikan pelayanan, tanggung jawab, dirasakan seperti bermain, adanya
perasaan kasihan, adanya perumusan tujuan, terdapat konsensus dan kerja sama,
sifatnya berkelanjutan, terjadi komunikasi dua arah dan mendapatkan umpan
balik.
1.
Kejujuran
Kejujuran menampakkan diri dalam
komunikasi umpan balik yang jujur diantara manajer, pekerja, dan rekan kerja.
Proses penilaian akan memperluas pemahaman bawahan dengan cara mengajak mereka
untuk jujur menyatakan apa yang memotivasi mereka, apa yang mereka suka dan
tidak suka mengenai pekerjaan mereka, apa yang mereka inginkan dan apa yang
menjadi kepentingan mereka dan bagaimana mereka harus dibantu.
Sebaliknya, manajer juga menceritakan
kebenaran dalam hubungannya dengan bawahan tentang apa yang disuka dan apa yang
tidak disuka mengenai pekerjaan mereka.Sehingga manajer mampu memahami
hambatan-hambatan para karyawan untuk mencapai kinerja yang bagus.
2.
Pelayanan
Yang dimaksud dengan pelayanan disini
adalah bagaimana memberikan pelayanan kepada para pekerja, seperti jika pekerja
mengalami kesulitan menyelesaikan pekerjaannya, maka manajer membantu pekerja
tersebut agar mampu menyelsaikan pekerjaannya tersebut.
3.
Tanggung
Jawab
Tanggung jawab merupakan prinsip dasar
dalam mengembangkan kinerja. Dengan memahami dan menerima tanggung jawab atas
apa yang mereka kerjakan dan yang tidak mereka kerjakan untuk mencapai tujuan
mereka. Dalam perspektif manajer, sudah menjadi tanggung jawab manajer untuk
memastikan keberhasilan bawahannya.
4.
Bermain
Performance management menggunakan
prinsip bahwa bekerja sama dengan bermain. Dengan menggunakan prinsip bermain,
maka pekerjan yang dikerjakan tidak akan menjadi beban, justru akan
menyenangkan dan menjadi semangat ketika mengerjakan pekerjaan tersebut.
5.
Rasa
Kasihan
Makna rasa kasihan adalah seorang
manajer memiliki sikap memahami dan empati terhadap orang lain. Rasa kasihan
seorang manajer akan melupakan kesalahan di belakang dan akan memulai denhan
sesuatu yang baru.
6.
Perumusan
Tujuan
Performance management dimulai dengan
melakukan perumusan dan mengklarifikasi terlebih dahulu tujuan yang hendak
dicapai organisasi.
7.
Konsensus
dan Kerja Sama
Performance management mengandalkan
pada kerja sama antara atasan dan bawahan dari pada menekankan pada kontrol dan
melakukan pemaksaan.
8.
Berkelanjutan
Performance management merupakan
proses yang sifatnya berlangsung secara terus menerus, dan berkelanjutan.
9.
Komunikasi
Dua Arah
Performance management memerlukan gaya
menajemen yang bersifat terbuka dan jujur serta mendorong teradinya komunikasi
dua arah. Dengan komunikasi dua arah, bawahan mudah memahami apa yang
diinginkan oleh atasannya. Sebaliknya, atasan lebih memahami apa yang terjadi
dan apa yang diinginkan oleh bawahan.
10.
Umpan
Balik
Umpan balik dalam hal ini berupa
kemungkinan pengalaman dan pengetahuan kinerja pada masa lalu, yang gunanya untuk
meninjau kembali perencanaan kinerja.
B. Tujuan Performance Management
Performance management dalam
praktiknya memiliki berbagai tujuan yang dapat membantu kefektifan dan
keefisienan kerja. Adapun tujuan dari performance management tersebut menurut
Noe dkk (1999) ada tiga tujuan performance management, diantaranya:
1.
Tujuan
Strategik
Performance management harus
mengaitkan kegiatan pegawai dengan tujuan orgaisasi. Pelaksanaan streategi
tersebut perlu mendefenisikan hasil yang akan dicapai, perilaku, karakteristik
pegawai yang dibutuhkan untuk melaksanakan strategi, mengembangkan pengukuran
dan sistem umpan balik terhadap kinerja pegawai.
2.
Tujuan
Administratif
Kebanyakan organisasi menggunakan
informasi performance management khususnya evaluasi kinerja untuk kepentingan
keputusan administratif, seperti: penggajian, promosi, pemberhentian pegawai
dan lain-lain.
3.
Tujuan
Pengembangan
Performance management bertujuan
mengembangkan kapasitas pegawai yang berhasil dibidang kerjanya
Tujuan utama
performance management adalah menciptakan budaya dimana indvidu dan kelompok
dapat bertanggungjawab terhadap perbaikan proses bisnis, skill & kontribusi
mereka sendiri. Sedangkan, tujuan
akhir Performance Management adalah mendapatkan kinerja terbaik karyawan dan
organisasi untuk mencapai Profit dan Pertumbuhan sambil mengembangkan
kompetensi karyawan dalam menghadapi tugas-tugas menantang.
C. Karakteristik
Performance Management
Performance management yang baik
adalah alat untuk memastikan bahwa para manajer mengelola secara efektif; bahwa
mereka menjamin orang atau tim yang mereka kelola, yaitu :
1.
Mengetahui
dan memahami apa yang diharapkan dari mereka
2.
Memiliki
keterampilan dan kemampuan untuk memenuhi harapan-harapan ini
3.
Didukung
oleh organisasi untuk mengembangkan kapasitas guna memenuhi harapan-harapan
ini, diberikan umpan balik tentang kinerja mereka. Memiliki kesempatan untuk
mendiskusikan dan memberikasn kontribusi untuk tujuan dan sasaran individu dan
tim.
D. Pentingnya
Performance Management
Pada umumnya
bahwa penilaian ini merupakan bagian penting dari seluruh proses yang dilakukan
karyawan yang bersangkutan. Hal ini penting juga bagi perusahaan dimana
karyawan tersebut bekerja dan bagi
karyawan, penilaian tersebut berperan sebagai umpan balik tentang berbagai hal
seperti:
a)
kemampuan
b)
kelebihan
c)
kekurangan
d)
dan
potensi pada giliranya bermanfaat untuk menentukan :
ü
tujuan
ü
jalur
ü
rencana
Pengengembangan karir dan bagi
organisasai atau perusahaan sendiri.
E. Hubungan
Performance Management Dengan SDM
Performance
management dimaksudkan sebagai tingkat pencapaian (prestasi) dari organisasi
dalam melakukan aktivitasnya dalam periode tertentu (biasanya dalam satu
tahun). Kinerja merupakan cerminan, apakah organisasi atau perusahaan telah
berhasil atau belum dalam usaha bisnisnya.
Amstrong dan Baron (1998) dan Wibowo (2008
: 7) mengatakan bahwa kinerja merupakan hasil pekerjaan yang mempunyai hubungan
kuat dengan tujuan strategis organisasi, kepuasan konsumen, dan memberikan
kontribusi pada ekonomi. Dengan demikian, kinerja adalah tentang bagaimana
melakukan pekerjaan dan hasil yang dicapai dari pekerjaan tersebut.
Kinerja
individu (karyawan).ada beberapa tolok ukur untuk dapat menilainya, yaitu:
menurut Mei (2009), mengemukakan
empat dimensi pekerjaan, antara lain;
a)
kualitas
pekerjaan
b)
kuantitas
pekerjaan
c)
inisiatif
dalam pekerjaan
d)
peluang
untuk dapat dipromosikan.
Sedangkan menurut Wibowo (2008 : 326) kriteria ukuran kinerja seorang karyawan
adalah: produktivitas, kualitas, ketepatan waktu, cycle time (putaran
waktu), pemanfaatan sumberdaya, dan biaya. Mengukur kinerja dengan
indikator:
1.
aspek
financial
2.
kepuasan
pelanggan
3.
operasi
bisnis internal
4.
kepuasan
karyawan
5.
kepuasan
komunitas dan shareholders / stakeholders
6.
waktu
Dimensi
/ indikator kinerja digunakan untuk meyakinkan bahwa kinerja hari demi hari
organisasi/unit kerja yang bersangkutan menunjukkan kemampuan dalam rangka
menuju tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan (Sedarmayanti, 2009 : 197)
Menyadari
pentingnya peran sumber daya manusia dalam kegiatan perusahaan, maka hendaknya
perusahaan perlu mengelola sumber daya manusia sebaik mungkin, karena kunci
sukses suatu perusahaan bukan hanya pada keunggulan teknologi dan tersedianya
dana, tapi sektor manusianya. Segala tindakan dan keputusan yang dibuat dalam
perusahaan adalah semata-mata untuk mencapai tujuan perusahaan, untuk itu
diperlukan manusia-manusia yang handal yang mampu menjalankantindakan dan
kemudian perusahaan agar dapat selalu survive. Berdasarkan hal tersebut, maka
diperlukan perencanaan dan pengelolaan yang efektif atas sumber daya manusia
yang ada pada perusahaan, sehingga segala keahlian dan tenaga yang diperlukan
perusahaan dapat digunakan sepenuhnya dengan hasil yang efektif dalam peranan
tenaga kerja saat ini dan dapat fleksibel terhadap tanggung jawab yang lain di
luar peran utama tenaga kerja tersebut dalam perusahaan.
4. Pengembangan
Pengembangan
Sumber Daya Manusia (Human Resources
Development) menurut Gouzali (2000.496) yaitu: “pengembangan SDM merupakan
kegiatan yang harus dilaksanakan organisasi, agar pengetahuan (knowledge), kemampuan (ability), dan keterampilan (skill) mereka sesuai dengan tuntutan
pekerjaan yang mereka lakukan. Dengan kegiatan pengembangan ini, maka
diharapkan dapat memperbaiki dan mengatasi kekurangan dalam melaksanakan
pekerjaan dengan lebih baik, sesuai dengan perkembangan ilmu dan teknologi yang
digunakan oleh organisasi”.
Riset juga
penting dalam bidang pengembangan SDM. Penelitian dapat menetukan karyawan yang
dapat memanfaatkan pelatihan. Sebagai contoh, tingkat kesalahan yang tinggi
yang dihubungkan dengan karyawan tertentu dapat menunjukan kebutuhan untuk
pelatihan tambahan.
Riset dalam
program pelatihan mungkin dibutuhkan: apakah karyawan dipersiapkan dengan lebih
baik untuk melakukan pekerjaan mereka setelah pelatihan, atau apakah pelatihan
merupakan suatu pelaksanaan yang sia-sia? Pelatihan dan pengembangan adalah
mahal dan biaya-biayanya mestilah diberikan pembenaran.
Pengembangan (Development) adalan proses peningkatan ketrampilan
teknis, teoristik, konseptual dan moral karyawan melalui pendidikan dan
pelatihan. Fungsi pengembangan meliputi:
·
Penilaian
prestasi kerja
·
Perencanaan
karir
·
Pendidikan
dan pelatihan
·
Pemberian
tugas
·
Mutasi
dan promosi
·
Motivasi
dan disiplin kerja
5.
Pemutusan Hubungan Kerja (PHK)
Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) adalah berakhirnya hubungan kerja sama
antara karyawan dengan perusahaan, baik karena ketentuan yang telah disepakati,
atau mungkin berakhir di tengah karier . Mendengar istilah PHK, terlintas
adalah pemecatan sepihak oleh pihak perusahaan karena kesalahan pekerja. Oleh
sebab itu, selama ini singkatan ini memiliki arti yang negative dan menjadi
momok menakutkan bagi para pekerja.
Menurut
Undang-undang RI No.13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan, Pasal 1 ayat 25, pemutusan
hubungan kerja (PHK) adalah pengakhiran hubungan kerja karena suatu hal
tertentu yang mengakibatkan berakhirnya hak dan kewajiban antara pekerja atau
buruh dan pengusaha.
Manulang
(1988) mengemukakan bahwa istilah pemutusan hubungan kerja dapat memberika
beberapa pengertian:
a. Termination,
putusnya hubungan kerja karena selesainya atau berakhirnya kontrak kerja yang
telah disepakati.
b. Dismissal,
putusnya hubungan kerja karena karyawan melakukan tindakan pelanggaran disiplin
yang telah ditetapkan.
c. Redundancy,
karena perusahaan melakukan pengembangan engan menggunakan mesin-mesin
teknologi baru, seperti: penggunaan robot-robot indrustri dalam proses
produksi, penggunaan alat berat yang cukup dioprasikan oleh satu atau dua orang
untuk menggantikan sejumlah tenaga kerja. Hal ini berakibatpada pengurangan
tenaga kerja.
d. Retrentchment,
yang dikaitkan dengan masalah-masalah ekonomi, seperti resesi ekonomi yang
membuat perusahaan tidak mampu memberikan upah kepada karyawannya.
Maka
dengan ini dapat disimpulkan bahwa Pemutusan Hubungan kerja (PHK) yang juga
dapat disebut dengan Pemberhentian. Pemisahan memiliki pengertian sebagai
sebuah pengakhiran hubungan kerja dengan alasan tertentu yang mengakibatkan
berakhir hak dan kewajiban pekerja dan perusahaan.
BAB III
TUJUAN DAN MANFAAT RISET SDM
1.
Tujuan Riset
Sumber Daya Manusia
Secara umum, riset sumber daya
manusia bertujuan memperoleh informasi berkaitan dengan sumber daya manusia.
Selain itu, tujuan riset sumber daya manusia ialah untuk mengoptimalkan
pencapaian tujuan organisasional dan pribadi.
Dalam riset sumber daya manusia – dan tentunya riset
dalam pemahaman umum – diharapkan mampu memberikan informasi-informasi yang
berkualitas, yang dapa dijadikan “kompas (alat bantu)” pengambilan keputusan.
Terdapat beberapa kriteria yang dapat digunakan untuk menilai bahwa informasi yang
didapat merupakan informasi yang berkualitas atau tidak, diantaranya:
a. Relevan, yang mempunyai arti bahwa informasi yang
disediakan berhubungan dengan masalah penelitian SDM.
b. Akurat, menunjukkan tingkat atau derajat ketetapan
informasi yang diberikan.
c. Reliabel, berarti informasi tersebut dapat diandalkan
/ dipercayai kebenarannya.
d. Valid, yakni informasi tersebut memiliki konsistensi.
e. Aktual, artinya informasi masih baru atau tidak
ketinggalan zaman, sehingga masih sesuai dengan konteks waktu saat keputusan
akan dibuat.
Riset sumber
daya manusia dilakukan dalam suatu perusahaan dengan tujuan sebagai berikut:
a. Mencari
hal-hal yang berpotensi menimbulkan masalah serius di kemudian hari.
b. Mencari area
yang dapat dilakukan perbaikan dan improvement.
c. Sebagai alat
dokumentasi untuk merger, akuisisi maupun reorganisasi.
d. Untuk
mencari tahu seberapa jauh pemenuhan sistem dengan standar, peraturan dan
regulasi yang ada.
Menurut
Rivai (2004, p. 567), riset SDM bertujuan untuk:
1.
Menilai efektifitas SDM
2. Mengenali aspek-aspek
yang masih dapat diperbaiki
3. Mempelajari
aspek-aspek tersebut secara mendalam, dan
4. Menunjukkan
kemungkinan perbaikan, serta membuat rekomendasi untuk pelaksanaan perbaikan
tersebut.
Menurut Vithzal Rivai (2008, 567) di dalam
buku Akhmad Subekhi, M.M. dan Mohammad
Jauhar, S.Pd. menyatakan bahwa tujuan audit SDM adalah untuk menilai
apakah program atau aktifitas SDM telah berjalan efektif dan efisien.
|
Menurut Hasibuan di dalam buku Drs. H. Malayu S.P. Hasibuan yang berjudul Manajemen Sumber Daya Manusia edisi revisi
menyatakan bahwa tujuan audit SDM adalah untuk menghindari terjadinya
kesalahan sedini mungkin (dalam karyawan bekerja dengan baik dan berperilaku
sesuai rencana) dan tindakan perbaikannya dapat dilakukan secepatnya.
|
Menurut Henry Simamora di dalam buku Manajemen Sumber Daya Manusia
karangan Henry Simamora menyatakan bahwa tujuan audit SDM adalah untuk
mengoptimalkan pencapaian tujuan organisasional dan pribadi
|
Menurut Istijanto di dalam buku Riset
Manajemen Sumber Daya Manusia karangan Istijanto, M. M., M. Com tahun 2005 menyatakan bahwa tujuan audit SDM
adalah untuk membantu pengambilan keputusan SDM
|
Menurut Jimmy L Gaol di dalam buku
yang berjudul A to Z Human Capital karangan CHR. Jimmy L. Gaol menyatakan
bahwa tujuan audit SDM adalah sebagai berikut:
1. Menilai efektifitas SDM
2. Mengenali dan mempelajari
aspek-aspek yang masih dapat diperbaiki
3. Menunjukkan kemungkinan perbaikan,
dan membuat rekomendasi untuk pelaksanaan perbaikan tersebut. pelaksanaan
audit ini hendaknya mencakup evaluasi terhadap fungsi SDM, penggunaan
prosedur oleh para manajer, dan dampak kegiatan tersebut pada sasaran dan
kepuasan kerja.
|
2.
Manfaat
Riset Sumber Daya Manusia
Melakukan riset sumber daya manusia didalam suatu perusahaan tentunya akan memberikan
berbagai manfaat seperti:
a. Mengidentifikasi
kontribusi yang dapat diberikan bagian kepegawaian kepada organisasi/
perusahaan dalam usaha mencapai tujuan dan sasarannya.
b. Menumbuhkan
citra profesional dari bagian kepegawaian
c. Mendorong
para pejabat dan petugas pengelola sumber daya manusia untuk meningkatkan
pengetahuan dan ketrampilannya
d. Memperjelas
tugas, wewenang dan tanggung jawab bagian kepegawaian agar tidak terjadi
duplikasi tugas, wewenang dan tanggung jawab para manajer fungsional dan operasional
yang sering menjadi salah satu sumber ketidakserasian hubungan kerja
e. Mendorong
keseragaman penerapan berbagai kebijaksanaan yang telah ditetapkan
f. Meningkatkan
kemampuan bagian kepegawaian bersikap proaktif artinya mampu mengantisipasi
kemungkinan timbulnya permasalahan dan mengambil langka-langkah yang perlu
diambil sebelum permasalahan berubah menjadi krisis
g. Menjamin
ketaatan organisasi beserta seluruh komponennya kepada berbagai peraturan
perundang-undangan yang diterbitkan oleh pemerintah serta ketentuan yang
berlaku khusus bagi organisasi yang bersangkutan
h. Turut serta
memikirkan dan berperan dalam meningkatkan efisiensi, efektivitas dan
produktifitas kerja seluruh pekerja
i.
Menciptakan iklim kerja sedemikian rupa sehingga para anggota organisasi termasuk
yang berkarya di bagian kepegawaian siap secara teknikal dan mental menerima
perubahan yang terjadi
j.
Menjamin bahwa sistem informasi kepegawaian selalu mutakhir, akurat, dapat
dipercayai dan mudah digunakan untuk berbagai kepentingan seperti perekrutan,
perencanaan karir, pembinaan dan pengembangan sumber daya manusia.
Pentingnya melakukan riset sumber daya manusia didalam suatu perusahaan
dapat dilihat dari 3 sudut pandang:
a. Untuk
kepentingan pemenuhan berbagai ketentuan perundangan-undangan yang berlaku
b. Untuk
kepentingan dalam menentukan imbalan yang diberikan kepada tenaga kerja sebab
bukan hanya memberikan gaji ataupun upah melainkan semua biaya finansial yang
perlu menerapkan suatu sistem imbalan tertentu seperti prinsip keadilan,
perbandingan dan kewajaran.
c. Untuk
berbagai kegiatan yang dilakukan oleh tenaga kerja sebab akan mempengaruhi
seluruh aspek kekaryaan para tenaga kerja.
Menurut
Rivai (2004, p. 567), riset SDM mengevaluasi aktifitas SDM yang digunakan dalam
suatu perusahaan dan merupakan pengendalian kualitas keseluruhan yang
mengevaluasi aktifitas SDM dalam suatu perusahaan. Manfaat dari riset SDM ini
antara lain yaitu:
1.
Mengidentifikasi kontribusi-kontribusi departemen SDM
terhadap perusahaan
2. Meningkatkan
citra profesional departemen SDM
3. Mendorong
tanggungjawab dan profesionalisme yang lebih besar diantara karyawan departemen
SDM
4. Memperjelas
tugas-tugas dan tanggungjawab departemen SDM
5. Menstimulasi keragaman
kebijakan dan praktik-praktik SDM
6. Menemukan
masalah-masalah SDM yang kritis
7. Menyelesaikan
keluhan-keluhan dengan berpedoman pada aturan yang berlaku
8. Mengurangi
biaya-biaya SDM melalui prosedur yang efektif
9. Meningkatkan
kesediaan untuk mau menerima perubahan yang diperlukan didalam departemen SDM.
Riset SDM
merupakan suatu metode evaluasi untuk menjamin bahwa potensi SDM dikembangkan
secara optimal (Rosari, 12 Mei 2008). Secara lebih terinci, riset SDM juga
memberi feedback dan kesempatan untuk:
a. Mengevaluasi keefektifan berbagai fungsi SDM, yang meliputi: rekrutmen dan
seleksi, pelatihan, dan penilaian
kinerja.
b. Menganalisis kontribusi fungsi SDM
pada operasi bisnis perusahaan
c. Melakukan benchmarking kegiatan SDM
untuk mendorong perbaikan secara berkelanjutan
d. Mengidentifikasi berbagai masalah
strategi dan administratif implementasi fungsi SDM
e. Menganalisis kepuasan para pengguna
pelayanan departemen SDM
f. Mengevaluasi ketaatan terhadap
berbagai peraturan perundang-undangan, kebijakan dan regulasi pemerintah
g. Meningkatkan keterlibatan fungsi lini
dalam implementasi fungsi SDM
h. Mengukur dan menganalisis biaya dan
manfaat setiap program dan kegiatan SDM
i.
Memperbaiki
kualitas staf SDM
j.
Memfokuskan
staf SDM pada berbagai isu penting dan mempromosikan perubahan serta
kreatifitas.
BAB IV
PENDEKATAN RISET SDM
1.
Pendekatan
Riset Sumber Daya Manusia
Didalam melakukan riset ada
beberapa pendekatan riset sumber daya manusia yang dapat diterapkan pada
perusahaan, antara lain:
A. Riset Terapan (Applied
Research)
Riset ini digunakan untuk mengevaluasi aktivitas-aktivitas SDM. Kadang
kala risetnya mungkin canggih, tergantung pada desain dan statistik yang
digunakan. Melaui riset ini berupaya untuk memperbaiki kinerja departemen.
B. Pendekatan Komparatif (Comparative
Approach)
Bentuk riset
ini adalah bentuk yang sederhana. Pendekatan ini menggunakan perusahaan lain
sebagai model, setelah itu membandingkan hasil atau prosedur mereka dengan yang
dari perusahaan lain tersebut. Pendekatan komparatif kerap digunakan untuk membandingkan
maslah ketidakhadiran, perputaran karyawan, dan data gaji. Pendekatan ini dapat
membantu dalam mendeteksi bidang-bidang yang memerlukan perbaikan. Tim riset
sumber daya manusia membandingkan perusahaan (divisi) dengan perusahaan atau
divisi lainnya guna menyingkap bidang-bidang yang berkinerja buruk. Pendekatan
lini lazimnya digunakan untuk membandingkan hasil-hasil dari
aktivitas-aktivitas atau program sumber daya manusia spesifik. Pendekatan ini
membantu mendeteksi bidang-bidang yang membutuhkan pembenaran
C. Pendekatan otoritas pihak
luar (Outside Authority Approach)
Risetor
dapat menggunakan pendekatan keahlian yang standarnya ditentukan oleh konsultan
atau dari temuan penelitian yang telah dipublikasikan, kemudian dijadikan
sebagai standar atas kegiatan dan selanjutnya dievaluasi. Dalam hal ini
konsultan dapat membantu mendiagnosis penyebab timbulny masalah. Tim riset
sumber daya manusia bergantung pada keahlian-keahlian konsultan dari luar atau
temuan-temuan riset yang dipublikasikan sebagai suatu standar terhadapnya aktivitas-aktivitas
atau program sumber daya manusia dievaluasi. Konsultan ataupun temuan-temuan
riset dapat membantu mendiagnosis penyebab masalah-masalah yang timbul
D. Pendekatan Statistik (Statistical
Approach)
Melalui
pendekatan ini adalah dengan mengembangkan ukuran statistical kinerja
berdasarkan sistem informasi perusahaan yang ada. Sebagai contoh, dari catatan
yang ada dalam perusahaan mengungkapkan tingkat ketidakhadiran dan
perputaran karyawan. Data ini menunjukkan seberapa baik aktivitas SDM dan manajer
operasi dalam mengendalikan permasalahan ini. Pendekatan ini biasanya
dilengkapi dengan perbandingan terhadap informasi eksternal yang dapat
dikumpulkan dari perusahaan lain. Informasi ini sering dinyatakan juga sebagai
rasio yang mudah dihitung dan digunakan. Dengan standar statistik ini, dapat
ditemukan kesalahan-kesalahan sebelum kejadian tersebut menjadi berlarut ke
arah yang merugikan perusahaan. Dari catatan-catatan yang ada, tim riset sumber
daya manusia menghasilkan standar-standar statistical terhadapnya
aktivitas-aktivitas dan program-program sumber daya manusia dievaluasi. Dengan
standar matematis ini, tim riset dapat menemukan kesalahan-kesalahan pada saat
kesalahan-kesalahan tersebut masih kecil, berupa Data yang dikumpulkan per
tahun, metode kuantitatif seperti :
·
Regresi:
memanfaatkan hubungan antara dua atau lebih variabel kuantitatif sehingga satu
variabel dapat diprediksikan dari variabel lainnya
·
Korelasi:
mengukur tingkat asosiasi yang ada antara dua atau lebih variabel
·
Diskriminan:
mengidentifikasi faktor-faktor yang membedakan antara dua atau lebih kelompok
dalam suatu populasi
E. Pendekatan Kepatuhan (Compliance
Appoach)
Pendekatan
kegiatan ini adalah strategi riset SDM lainnya. Metode ini meninjau
praktik-praktik di masa lalu untuk menentukan apakah tindakan-tindakan tersebut
telah sesuai atau tidak mengikuti kebijakan dan prosedur perusahaan, atau
bahkan terjadi penyimpangan hukum. Cara kerjanya adalah dengan mengambil sampel
data/informasi dari formulir kerja, kompensasi, disiplin, dan penilaian kerja.
Tujuan pendekatan ini adalah untuk memastikan apakah para manajer patuh
terhadap peraturan dan ketentuan yang berlaku di perusahaan. Dengan mengambil
sample elemen-elemen system informasi sumber daya manusia, tim riset mencari
penyimpangan-penyimpangan dari berbagai peraturan, kebijakan, serta
prosedur-prosedur perusahaan, melalui upaya-upaya pencarian fakta, tim riset
dapat menemukan apakah terdapat kepatuhan berbagai kebijakan dan peraturan
perusahaan.
F. Pendekatan Manajemen
Berdasarkan Sasaran (Management by Objective Approach)
Pendekatan
terakhir adalah meminta staf SDM dan manajer menetapkan tujuan sesuai dengan
tanggung jawab mereka. Pendekatan manajemen berdasarkan sasaran ini menciptakan
tujuan khusus terhadap kinerja sehingga dapat diukur. Selanjutnya diteliti
kinerja aktual dan membandingkannya dengan tujuan yang ditetapkan sebelumnya.
Dalam praktiknya pendekatan di atas tidak semuanya diterapkan sekaligus pada
semua departemen SDM. Lazimnya, hanya menggunakan beberapa dari pendekatan
tersebut, tergantung pada aktivitas-aktivitas SDM yang diriset. Di sini risetor
biasanya memberikan umpan balik terhadap temuan-temuan yang ada di dalam
departemen tersebut, demikian pula kepada para manajer dan para karyawan. Umpan
balik yang tidak menguntungkan akan menyebabkan tindakan korektif yang
membenahi kontribusi aktivitas-aktivitas SDM. Pada saat pendekatan manajemen
berdasarkan tujuan digunakan terhadap bidang-bidang sumber daya manusia, tim riset
dapat membandingkan hasil-hasil actual dengan tujuan-tujuan yang dinyatakan.
Bidang-bidang berkinerja buruk dapat dideteksi dan dilaporkan. Dari hasil
perhitungan dan penggunaan alat-alat/instrumen-instrumen riset SDM yang dilakukan
oleh tim Riset terhadap Risetee, maka dapat dianalisa bahwa risetee menyatakan
Manajemen SDM sudah tidak maksimal dalam kinerjanya.
2.
Beberapa Alat Pengumpul Data
Riset ini diarahkan
untuk meningkatkan kinerja dari departemen tersebut. Beberapa alat pengumpul
data dapat membantu dalam menghimpun data mengenai aktivitas SDM sebuah
perusahaan. Setiap alat menyajikan pandangan yang berbeda mengenai aktivitas
SDM sebuah perusahaan. Seandainya dapat digunakan dengan sebaik mungkin, maka
team risetor akan mampu menyusun pandangan-pandangan tersebut menjadi sebuah
gambaran yang jelas mengenai segala bentuk aktivitas yang ada dalam sebuah
perusahaan. Adapun alat-alat tersebut adalah, sebagai berikut:
a. Interview atau Wawancara
Wawancara terhadap
karyawan dan manajer memberikan risetor alat yang sangat kuat untuk
mengumpulkan informasi tentang kegiatan SDM dan mengidentifikasi bidang-bidang
yang membutuhkan perbaikan. Contohnya, ketika ada masalah pergantian karyawan
katakanlah pada depatemen Loan Officer diidentifikasikan, kepada divisi
SDM dan seorang konsultan mengadakan wawancara dengan manajer yang terkait
untuk mempelajari masalah tersebut. Di sini kritik dan saran yang didapat dari
wawancara dapat membantu menunjukkan dengan tepat persepsi dan penyebab yang
dapat menyusun dasar bagi tindakan-tindakan ke departemen tersebut. Demikian
pula saran dari manajer-manajer lain dapat mengungkap cara untuk memberikan
mereka pelayanan yang lebih baik. Ketika kritikan tersebut dinyatakan cukup
valid, maka perubahan harus segera dilakukan. Melalui wawancara langsung dapat
pula dilakukan dengan mempersilahkan karyawan mengungkapkan pandangan-pandangan
mereka tentang pekerjaan dan perusahaannya, dengan menggunakan
pertanyaan-pertanyaan yang telah dipersiapkan oleh risetor.
Setiap pendapat atau
komentar karyawan dicatat dan kemudian ditinjau selama riset dilaksanakan untuk
mencari penyebab masalah pergantian/berhentinya karyawan, ketidakpuasan kerja,
dan masalah-masalah lainnya. Umumnya karyawan enggan melakukan kritik, maka
pewawancara harus pandai menggunakan waktu untuk menggali dan mendengarkan
pandangan atau tanggapan karyawan dengan hati-hati, di antara departeman,
divisi atau manajer.
b.
Informasi Eksternal
Informasi
sebagai alat utama risetor. Perbandingan dari luar memberikan risetor suatu
perspektif dalam menghadapi kegiatan-kegiatan perusahaan yang dapat dinilai.
Beberapa informasi yang dibutuhkan diperoleh dengan mudah, sementara data lain
sulit diperoleh. Sumber informasi yang signifikan adalah dari pemerintah.
Melalui departemen ini secara rutin mempublikasikan informasi tentang
kesempatan kerja di masa mendatang, tingkat pergantian karyawan, proyeksi
karyawan, survei upah dan gaji serta frekuensi kecelakaan kerja yang dpat
dijadikan sebagai pedoman atau pembanding.
c.
Survei
Untuk survei
ini memakan waktu dan biaya yang relatif besar, sehingga dalam praktiknya
dibatasi hanya pada beberapa orang saja, sehingga untuk ini banyak departemen
SDM menggunakan kuesioner untuk memperluas ruang lingkup penelitian mereka.
Kuesioner juga dapat memunculkan jawaban-jawaban yang lebih jujur daripada
wawancara langsung, dengan menggunakan kuesioner seperti berikut ini:
Sikap Karyawan
1.
Apakah
pekerjaan para supervisor sangat memuaskan atau sangat tidak memuaskan ?
2. Apakah para supervisor tertentu memerlukan pelatihan
untuk meningkatkan kualitasnya ?
3. Sudah diperbaik
4. Sikap-sikap tersebut semenjak survey terakhir.
Sikap
Karyawan Tentang Pekerjaan
1. Apa saja unsur-unsur yang umum dalam pekerjaan yang
dapat menimbulkan sikap negatif ? dan apa yang dapat menimbulkan sikap positif
?
2. Menurut Anda dapatkah pekerjaan yang menimbulkan sikap
negatif didesain ulang untuk meningkatkan kepuasan kerja ?
3. Menurut Anda dapatkah pekerjaan yang menimbulakan
sikap negative diberikan jadwal kerja alternatif (misalnya hari minggu kerja
hanya 6 jam atau waktu kerja yang fleksibel)
Persepsi
Keefektifan Departemen Sdm
1. Apakah karyawan pernah berpikir bahwa mereka bekerja
untuk perusahaan yang bagus atau buruk
2.
Apakah
karyawan pernah berpikir bahwa mereka hanya sekedar memiliki jabatan atau
karier ?
a. Apakah karyawan pernah berpikir bahwa mereka memiliki
kesempatan untuk memecahkan masalah di samping atasan mereka sendir ?
b. Apakah karyawan pernah diberitahu perkembangan
perusahaan ?
c. Apakah karyawan menegetahui apa yang diharapkan dari
mereka dalam pekerjaannya ?
d. Apakah karyawan puas dengan jumlah dan jenis feedback
yang mereka dapatkan tentang kinerjanya ?
d. Eksperimen SDM
Cara ini sebagai cara terakhir, terutama eksperimen lapangan, yang membandingkan kelompok eksperimen dengan kelompok control di bawah kondisi nyata. Cara ini dipakai untuk penelitian ketidakhadiran, pergantian, kepuasan kerja, kompensasi, keselamatan kerja karyawan dan kegiatan lainnya. Contoh: departemen SDM mengimplementasikan program latihan keselamatan kerja untuk sebagian supervisor. Kelompok ini disebut sebagai kelompok eksperimen, kelompok control terdiri dari supervisor yang tidak diberi latihan. Lalu dibandingkan dari sisi biaya dan benefitnya dari perusahaan. Eksperimen ini memiliki kelemahan, karena kemungkinan ada karyawan yang kecewa karena tidak terpilih untuk mengikuti eksperimen.
e. Analisis Sejarah
Terkadang informasi dapat berisi catatan analisis historis yang seringkali dilakukan untuk memastikan kepatuhan pada aturan dan prosedur perusahaan, sebagai contoh riset terhadap keselamatan kerja. Dimana risetor harus mencari keterangan atau catatan tentang semua pelanggaran keselamatan kerja dan kesehatan kerja.
f. Riset Internasional
Riset internasional lebih kompleks dan lebih penting. Kompleksitasnya mengriset kegiatan SDM lintas batas luar negeri dipersulit dengan perbedaan dalam hal hukum, kebudayaan, tradisi, sikap dan harapan. Kesulitan bagi risetor terletak pada masalah pengidentifikasian bidang-bidang yang berbeda dari praktik-prakrik perusahaan yang tidak sesuai dengan keadaan negara asing. Di satu sisi fungsi SDM mencari keseragaman pada praktik dan prosedur semua kegiatan untuk memastikan kepatuhan pada kebijakan perusahaan dan menjamin keseragaman budaya perusahaan. Di pihak lain, kompetisi, hukum, kebudayaan dan kepuasan karyawan dapat menuntut perbedaaan dari kebijakan, praktik dan prosedur perusahaan.
BAB V
JENIS – JENIS RISET SDM
1. Jenis Riset SDM
Terdapat berbagai
macam jenis riset, tergantung dari tujuannya, yaitu :
A.
Riset Laporan
Keuangan
Riset terhadap
laporan keuangan suatu entitas atau organisasi yang akan menghasilkan opini
mengenai relevansi, akurasi, dan kelengkapan laporan-laporan tersebut.
Riset Laporan
Keuangan Menurut Boynton dan Kell (2003:6), terdapat tiga tipe riset, yaitu:
1.
Riset
laporan keuangan (financial statement riset), berkaitan dengan kegiatan
memperoleh dan mengevaluasi bukti tentang laporan-laporan entitas dengan maksud
agar dapat memberikan pendapat apakah laporan-laporan tersebut telah disajikan
secara wajar sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan, yaitu
prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku umum (GAAP).
2.
Riset
kepatuhan (compliance riset), berkaitan dengan kegiatan memperoleh dan
memeriksa bukti-bukti untuk menetapkan apakah kegiatan keuangan atau operasi
suatu entitas telah sesuai dengan persyaratan ketentuan, atau peraturan
tertentu.
3.
Riset
operasional (operational riset), berkaitan dengan kegiatan memperoleh dan
mengevaluasi bukti-bukti tentang efisiensi dan efektivitas kegiatan operasi
entitas dalam hubungannya dengan pencapaian tujuan tertentu.
Yusuf (2001:6) menyatakan riset atas laporan keuangan
adalah salah satu bentuk jasa atestasi yang dilakukan risetor. Dalam pemberian
jasa ini, risetor menerbitkan laporan tertulis yang berisi pernyataan pendapat
apakah laporan keuangan telah disusun sesuai dengan prinsip-prinsip yang
berlaku umum.
Dalam PSA No. 02 (IAI,2001:110.1) dinyatakan bahwa
tujuan riset umum atas laporan keuangan oleh risetor independen adalah untuk
menyatakan pendapat atas kewajaran dalam semua hal yang material, posisi
keuangan, hasil usaha, dan arus kas yang sesuai dengan prinsip akuntansi yang
berlaku umum. Laporan risetor merupakan sarana bagi risetor untuk menyatakan
pendapatnya, atau apabila keadaan mengharuskan, untuk menyatakan tidak memberikan
pandapat, ia harus menyatakan apakah risetnya telah dilaksanakan berdasarkan
standar riseting yang telah ditetapkan Ikatan Akuntan Indonesia.
Dalam pelaksanaannya, riset atas laporan keuangan
melalui beberapa tahapan (Mulyadi dan Puradiredja,1997:117), yaitu:
1. Penerimaan Penugasan Riset.
Di dalam memutuskan apakah suatu penugasan riset dapat diterima atau tidak, risetor menempuh suatu proses yang terdiri dari 6 tahap, yaitu:
Di dalam memutuskan apakah suatu penugasan riset dapat diterima atau tidak, risetor menempuh suatu proses yang terdiri dari 6 tahap, yaitu:
a. Mengevaluasi integritas manajemen.
b. Mengidentifikasi keadaan khusus dan resiko luar biasa.
c. Menentukan kompensasi untuk melaksanakan riset.
d. Menilai independensi.
e. Menentukan kemampuan untuk menggunakan kecermatan dan
keseksamaan.
f. Membuat surat penugasan riset.
2. Perencanaan Riset.
Keberhasilan penyusunan penugasan riset sangat
ditentukan oleh kualitas perencanaan riset yang dibuat oleh risetor. Tujuh
tahapan yang harus ditempuh oleh risetor dalam merencanakan risetnya, yaitu:
a. Memahami bisnis dan industri klien
b. Melaksanakan prosedur analitik.
c. Mempertimbangkan tingkat materialitas awal.
d. Mempertimbangkan risiko bawaan.
e. Mempertimbangkan berbagai faktor yang berpengaruh
terhadap saldo awal, jika penugasan klien berupa riset tahun pertama.
f. Mereview informasi yang berhubungan dengan kewajiban-kewajjiban
legal klien.
g. Mengembangkan strategi riset awal terhadap asersi
signifikan.
h. Memahami struktur pengendalian intern klien.
3. Pelaksanaan Pengujian Riset.
Tahap ini disebut juga tahap ”pekerjaan lapangan”.
Tujuannya adalah untuk memperoleh bukti riseting tentang efektivitas struktur
pengendalian intern klien dan kewajaran laporan keuangan klien. Tahap ini harus
mengacu pada standar pekerjaan lapangan.
4. Pelaporan Riset.
Tahap ini harus mengacu pada standar pelaporan. Dua
langkah penting yang dilakukan adalah menyelesaikan riset dengan meringkas semua
hasil pengujian dan menarik kesimpulan serta menerbitkan laporan riset yang
melampiri laporan keuangan yang diterbitkan klien.
Dalam setiap tahap riset atas
laporan keuangan yang dilakukan oleh risetor independen harus ditetapkan
standar riseting. Standar riseting merupakan suatu kaidah agar mutu riseting
dapat dicapai sebagaimana mestinya.
B.
Riset Operasional
Pengkajian terhadap
setiap bagian organisasi terhadap prosedur operasi standar yang diterapkan
dengan tujuan untuk mengevaluasi efisiensi, efektivitas, dan keekonomisan.
Banyak definisi riset operasional yang mencakup
penyebutan efficiency
(pengeluaran yang minimum dari sumber daya), effectiveness
(pencapaian hasil yang diinginkan) dan economy
(kinerja dari suatu entitas). Dalam artikulasi yang berbeda, riset operasional
dikenal sebagai riset
manajemen.
Perbedaan antara kedua istilah tersebut tidak jelas dan sering digunakan secara
bergantian. Berbagai pengertian riset operasional menurut berbagai
ahli riseting
bisa dilihat dibawah ini.
Pengertian Riset
Operasional menurut ahli riseting
Menurut (Amin Wijaya Tunggal, 2001), ada
beberapa definisi riset operasional yang dikemukakan
oleh para ahli riseting, antara lain:
1. Pengertian Riset
Operasional
menurut Dale L.
Flesher dan Steward Siewert (2001) “An
operational riset is an organized search for ways of improving efficiency and
effectiveness. It can be considered a form of constructive critism.”
(Riset operasional merupakan pencarian cara-cara untuk memperbaiki efisiensi
dan efektivitas. Riset operasional dapat dipertimbangkan sebagai suatu bentuk
kecaman yang konstruktif).
menurut (Casler
dan Crochet, 1999) “Operational
riseting is a sistematic process of evaluating and organization’s
effectiveness, efficiency and economy of operation under management’s control
and reporting to appropriate person the result of the evaluating along with
recommendation for improvement.” (Riset operasional adalah
suatu proses yang sistematis untuk menilai efektivitas organisasi, efisiensi
dan ekonomi operasi di bawah pengendalian manajemen dan melaporkan kejadian
kepada orang yang tepat hasil dari penilaian bersama dengan disertai
rekomendasi untuk perbaikan).
menurut (Leslie
R. Howard, 2000) “Management
riset is an investigation of a business from the highest level downword in
order to ascertain whether sound management prevals throughout, this
facilitating in most effective relationship with the outside world and the most
efficient organization and smooth running of internal organization”.
(Riset manajemen merupakan penyelidikan suatu usaha dari tingkat yang tinggi ke
bawah untuk meyakinkan bahwa manajemen yang sehat berjalan
sesuai dengan prosedur, dengan demikian memudahkan hubungan yang paling efektif
dengan dunia luar dan organisasi lainnya).
menurut(William P.
Leonard , 2002) “Management riset
as a comprehensive and constructive examinitation of an organizational
structure of a company, institution or branch of goverment or of any component
there of , such as division or departement, and its plans and objectives, it
means of operations, and its use of human and physical fasilities.”
(Riset manajemen sebagai suatu
pengujian yang menyeluruh dan konstruktif dari struktur organisasi suatu
perusahaan, lembaga atau cabang dari pemerintah atau setiap komponen dari
padanya, seperti suatu divisi atau departemen, dan rencana dan tujuannya, alat
operasionalnya, dan utilisasi manusia dan fasilitas fisik).
(Amin Wijaya Tunggal, 2001) juga
mendefinisikan berbagai tipe dari riseting sebagai berikut :
1.
Pemeriksaan
manajemen (management
riseting), dapat didefinisikan sebagai
penilaian sistem manajemen perusahaan (risetee), apakah sistem tersebut
berjalan secara efektif dan resiko apa yang mungkin timbul apabila sistem
tersebut telah beroperasi secara efisien.
2.
Pemeriksaan
operasional (operational
riseting), dapat didefinisikan sebagai kerangka
yang sama dengan pemeriksaan manajemen, kecuali bahwa pemeriksaan operasional
lebih berlaku terhadap sistem opresai risetee daripada terhadap sistem operasi
manajemennya. Dengan demikian untuk unit operasional tertentu seperti
departemen pembelian, pemeriksaan manajemen akan berfokus pada bagaimana
sebaiknya unit tersebut dikelola, sedangkan pemeriksaan operasional akan
berfokus pada bagaimana agar unit tersebut benar-benar beroperasi.
3.
Pemeriksaan
komprehensif (comprehensive
riseting). merupakan integrasi dari berbagi
unsur manajemen operasional dan pemeriksaan keuangan tradisional. Pemeriksaan
komprehensif ini mencakup penilaian manajemen risetee, operasi, pengendalian
finansial dan sistem
akuntansi untuk
menentukan apakah pengendalian dan mekanisme akuntabilitas telah memadai dan
dapat dipertanggungjawabkan pada pemegang saham.
Menurut
ketetapan Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan dalam Pedoman Pemeriksaan
Operasional (1993), riset
operasional adalah: “Riset yang sistematis terhadap program,
kegiatan/aktivitas organisasi dan seluruh atau sebagian dari aktivitas dengan
tujuan menilai dan melaporkan apakah sumber daya dan dana telah digunakan
secara ekonomis dan efisien, serta apakah tujuan program dan kegiatan/aktivitas
yang telah direncanakan dapat dicapai dengan tidak bertentangan dengan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.”
Menurut
(Mulyadi dan Kanaka Punadireja, 1998), pengertian
riset operasional
adalah “Riset operasional merupakan suatu review secara sistematis mengenai
kegiatan organisasi atau bagian dari padanya dalam hubungannya dengan tujuan
tertentu”.
Sedangkan menurut (Arens dan Loebbecke,
2000), pengertian riset operasional adalah “Riset
operasional merupakan penelaahan atas bagian manapun dari prosedur dan metode
operasi suatu organisasi untuk menilai efisiensi dan efektifitas.”
Menurut (Amin Wijaya Tunggal, 2001), meskipun
terdapat beberapa perbedaan dari definisi riset operasional seperti telah
dijelaskan di atas, dapat disimpulkan bahwa riset operasional merupakan:
1.
Proses yang sistematis
Seperti dalam riset laporan keuangan, riset
operasional juga mencakup serangkaian langkah atau prosedur yang terstruktur
dan terorganisasi. Aspek ini mencakup perencanaan yang tepat, mendapatkan dana
secara objektif serta menilai bukti yang berkaitan dengan aktivitas yang diriset.
2.
Menilai operasi organisasi
Penilaian operasi organisasi didasarkan pada
suatu kriteria yang ditetapkan atau yang disetujui. Dalam riset operasional,
kriteria sering dinyatakan dalam standar kinerja (performance standards) yang ditetapkan oleh
manajemen. Namun dalam beberapa hal, standar-standar ini mungkin juga
ditetapkan oleh industri. Kriteria penilaian organisasi ini sering kali kurang
jelas didefinisikan dibandingkan kriteria yang digunakan dalam riset laporan
keuangan. Pemeriksaan operasional mengukur tingkat korespondensi antara kinerja
aktual dengan kriteria penilaian yang telah ditetapkan.
3.
Efektifitas, efisiensi dan ekonomi operasi
Tujuan utama dari riset operasional adalah membantu
manajemen organisasi yang diriset untuk dapat memperbaiki efektivitas,
efisiensi dan ekonomi operasi organisasinya. Ini berarti bahwa riset
operasional memfokuskan pada masa yang akan datang dan hal ini berlawanan
langsung dengan riset laporan keuangan yang mempunyai fokus historis.
4.
Melaporkan kepada orang yang tepat Penerima laporan riset operasional yang tepat adalah
manajemen atau individual yang meminta diadakannya riset, kecuali kalau
pelaksanaan riset tersebut diminta oleh pihak ketiga, dan pembagian laporan
dilakukan tetap dalam entitas bersangkutan. Dalam kebanyakan hal, dewan
komisaris atau panitia riset menerima salinan laporan riset operasional.
5.
Rekomendasi atau perbaikan
Tidak seperti riset laporan keuangan, suatu riset
operasional tidak berakhir sampai dengan pelaporan hasil temuan riset,
melainkan diperluas untuk dibuatkannya rekomendasi-rekomendasi yang bertujuan
untuk perbaikan manajemen organisasi yang diriset.
C.
Riset Ketaatan
Proses kerja yang
menentukan apakah yang diriset telah mengikuti standar, prosedur, dan aturan
tertentu yang telah ditetapkan.
D.
Riset Investigatif
Serangkaian kegiatan
mengenali, mengidentifikasi, dan menguji secara detail informasi dan
fakta-fakta yang ada untuk mengungkap kejadian yang sebenarnya dalam rangka
pembuktian untuk mendukung proses hukum atas dugaan penyimpangan yang dapat
merugikan keuangan suatu entitas.
Jadi, riset itu adalah suatu rangkaian kegiatan yang
menyangkut:
1.
Proses
pengumpulan dan evaluasi bahan bukti
2. Informasi yang dapat diukur. Informasi yang dievaluasi
adalah informasi yang dapat diukur. Hal-hal yang bersifat kualitatif harus
dikelompokkan dalam kelompok yang terukur, sehingga dapat dinilai menurut
ukuran yang jelas, seumpamanya Baik Sekali, Baik, Cukup, Kurang Baik, dan Tidak
Baik dengan ukuran yang jelas kriterianya.
3. Entitas ekonomi. Untuk menegaskan bahwa yang diriset
itu adalah kesatuan, baik berupa Perusahaan, Divisi, atau yang lain.
4. Dilakukan oleh seseorang (atau sejumlah orang) yang
kompeten dan independen yang disebut sebagai Risetor.
5. Menentukan kesesuaian informasi dengan kriteria
penyimpangan yang ditemukan. Penentuan itu harus berdasarkan ukuran yang jelas.
Artinya, dengan kriteria apa hal tersebut dikatakan menyimpang.
6. Melaporkan hasilnya. Laporan berisi informasi tentang
kesesuaian antara informasi yang diuji dan kriterianya, atau ketidaksesuaian
informasi yang diuji dengan kriterianya serta menunjukkan fakta atas
ketidaksesuaian tersebut.
BAB VI
TAHAPAN RISET / AUDIT SDM
1.
Tahapan Riset SDM
Untuk menyediakan informasi yang realibel, Riset SDM
menggunakan metode yang sistematis dan objektif artinya dalam Riset SDM
diterapkan beberapa tahap yang merupakan kesatuan logis, sehingga hasilnya
dapat diterima oleh semua pihak secara objektif. Penggunaan tahap-tahap dalam
riset SDM diperlukan untuk menjamin informasi yang dihasilkan benar-benar
berkualifikasi, akan tetapi tahap-tahap riset SDM tidak berisfat baku, adapaun
tahap-tahap riset SDM adalah sebagai berikut
- Penentuan Masalah Riset
Penetapan masalah dalam riset SDM
merupakan langkah yang pertama dan paling penting dalam riset SDM. Untuk
menetapkan masalah riset dengan tepat, periset dapat menggunakan beberapa
pedoman. Pertama, periset perlu menempatkan masalah sebagai titik awal proses
riset SDM (Buttler, 1994). Proses Riset SDM harus dimulai dari masalah, bukan
dari tahap – tahap lain. Penetapan masalah yang dilakukan setelah riset
dijalankan membawa dampak negative, sebab arah riset menjadi tidak jelas.
Alhasil pelaksanaan riset tidak efektif dan efisien.
sesuatu yang tampak sehingga mudah
dikenali. Perlu kejelian dalam hal ini karena banyak manajer maupun periset
yang terjebak hanya meneliti gejala. Padahal informasi yang perlu diketahui
adalah sesuatu yang melandasi gejala. Gejala hanyalah kondisi yang
mengindikasikan adanya masalah (Buttler, 1994). Gejala dalam SDM tentu tidak
terbatas atau tidak bisa diseragamkan, sebab bersifat kasus per kasus unutk
setiap perusahaan.
Berikut beberapa contoh gejala yang
biasanya menjadi keluhan para manajer SDM :
•
Prestasi
kerja menurun
•
Jumlah
keluhan meningkat
•
Jumlah
ketidakhadiran karyawan tinggi
•
Jumlah
keterlambata karyawan tinggi
•
Karyawan
sering berdemo dan mogok kerja
Disini tugas riset SDM adalah
mengetahui lebih dalam masalah – masalah sebenarnya dibalik munculnya gejala
tersebut. Untuk bisa memahami alur dengan baik, periset harus mendapatkan
informasi mendasar mengenai karyawan dengan teliti.
B. Penentuan
Desain Riset
Pada dasarnya desain riset dibagi
menjadi tiga : riset eksploratori, riset deskritif, dan riset kausal. Ketiga
macam riset ini menghasilkan informasi yang berbeda-beda. Sehingga penentuan
riset yang digunakan tergantung pada informasi yang akan dicari dalam riset
SDM. Jika informasi yang dicari sekedar untuk mengetahui permasalahan awal atau
ada tidaknya masalah, riset eksploratori dapat dilakukan sedangakn jika
informasi yang dibutuhkan bertujuan mengambarkan sesuatu, riset dekritif bias
diterapkan. Selanjutnya, jika informasi yang dinginkan diperoleh adalah menguji
hubunhan sebab-akibat, memanfaatkan riset kausal.
1)
Riset Eksploratori
Sesuai dengan kata eksploratori yang
berasal dari kata kerja bahasa inggris “to explore” (menyelidiki), riset
eksploratori (exploratory reseanch) berusaha menemukan masalah yang mungkin
dihadapi manajer SDM. Riset eksploratori bersifat “meraba-raba” masalah atau
peluang SDM perusahaan. Dengan demikian, riset eksploratori merupakan desain
riset yang bertujuan utama untuk memperoleh pandangan mendalam dan menyeluruh
tentang masalah manajemen SDM yang sebenarnya. Hasil riset eksploratori dapat
digunakan sebagi pedoman menentukan jenis informasi yang dibutuhkan. Sebagi
contoh : produktivitas kerja karyawan bagian perakitan menuru dratis. Disini
manajer atau periset berupaya menggali penyebab-penyebab yang mungkin
menimbulakan penurunan tersebut,
sehingga masalah SDM yang spesifik dapat ditetapkan. Karena merupakan riset
awal, riset eksporatori biasanya ditindak lanjuti dengan riset berikutnya,
yaitu riset deskriptif.
2)
Riset Deskriptif
Riset deskriptif berasal dari kata “to describe”
(berarti menggambarkan), bertujuan utama menggambarkan sesuatu. Contoh hal yang
isa digambarkan dalam riset deskriptif adalah profil SDM, sikap karyawan
terhadap pekerjaan,motivasi ekrja, tingkat kepuasan karyawan, aliran komuikasi
antarkaryawan, dsb. Sering kali riset ini merupakan lanjutan dari riset
eksploratori yang dijalankan sebelumnya, sehingga tidak menutup kemungkinan
riset eksploratori dan riset deskriptif dilakukan berurutan. Sebagai contoh,
kasus produktivitas kerja yang menurun. Dari hasil riset eksploratori
sdiidentifikasikan penyebabnya adalah factor kepuasan kerja karyawan. Peranan
riset deskriptif dalam hal ini adalah mengungkapkan informasi yang
menggamabrkan seberapa besar tingkat kepuasan/ketidakpuasan kerja karyawan
secara keseluruhan, apa variable yang menyebabkan karyawan tidak puas,
ada-tidaknya perbedaan kepuasan kerja antarbagian, dsb. Riset deskriptif
relative banyak dilakukan dalam riset SDM.
3)
Riset Kasual
Kata kasual berasal dari kata kerja bahasa inggris “to
cause” yang berarti menyeabkan atau memengaruhi. Artinya, riset kasual
merupakan riset yang bertujuan utama membuktikan hubungan sebab-akibat atau
hubungan memengaruhi and dipegaruhi dari variable-variabel yang diteliti. Periset
berusaha mengungkapkan variable yang memengaruhi atau menyebabkan perubahan
variable lain. Variable yang memengaruhi ini disebut variable inependen,
sedangkan variable yang dipengaruhi oleh perubahan variable independent disebut
variable dependen. Dalam riset SDM, variable independent bisa berwujud
kebijakan SDM (seperti perubahan kompensasi, pakaian seragam kerja, pelatihan
kerja, rotasi jabatan, piknik karyawan) maupun kondisi lingkungan luar (seperti
adanya perubahan UU Tenaga Kerja, perubahan UMR). Variable dependen dapat
berupa produktivitas kerja karyawan, tingkat kepuasan kerja karyawan, loyalitas
karyawan dan sebagainya.
- Metode Pengumpulan Data
Ada berbagai sumber data yang bisa
dikumpulkan atau diakses oleh periset untuk menghasilkan informasi. Dilihat
dari asal atau usulnya dapat dikelompokkan menjadi dua sumber yaitu data
sekunder dan data primer. Data Sekunder adalah data yang dikumpulkan oleh pihak
lain (bukan periset sendiri), sedangkan data primer adalah data yang
dikumpulkan oleh periset sendiri. Dilihat berdasarkan Sumber Data dapat
dikelompokkan menjadi dua sumber yaitu internal dan eksternal. Data internal
adalah data yang menggambarkan situasi dan kondisi pada suatu organisasi secara
internal. Misal : data keuangan, data pegawai, data produksi, dsb. Data
eksternal adalah data yang menggambarkan situasi serta kondisi yang ada di luar
organisasi. Contohnya adalah data jumlah penggunaan suatu produk pada konsumen,
tingkat preferensi pelanggan, persebaran penduduk, dan lain sebagainya. Dilihat
berdasarkan Jenis / type data, dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu data
kualitatif dan data kuantitatif. Data kuantitatif adalah data yang dipaparkan
dalam bentuk angka-angka. Data kualitatif adalah data yang disajikan dalam
bentuk kata-kata yang mengandung makna.
- Metode Pengambilan Sampel
Metode
pengambilan sampling dapat dikelompokkan menjadi 2 kelompok besar yaitu :
1) Probability Sampling
Probability sampling adalah teknik
pengambilan sample dengan memberikan peluang yang sama bagi setiap anggota
populasi untuk dipilih menjadi anggota sample, yang
terdiri dari :
a. Simple random sampling adalah pengambilan sample dari
populasi yang dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata dalam populasi
tersebut.
b. Proportionate stratified random sampling adalah
pengambilan sample dari populasi yang dilakukan secara acak dengan
memperhatikan strata secara proporsi dalam populasi tersebut.
c. Disproporsi stratified random sampling adalah
pengambilan sample dari populasi yang dilakukan secara acak apabila dalam
populasi berstrata tersebut kurang proporsional.
d. Cluster sampling adalah teknik pengambilan sample dari
populasi yang dilakukan secara acak apabila dalam populasi tersebut terdiri
dari populasi yang sangat luas.
2)
Nonprobability Sampling
Adalah teknik pengambilan sample yang tidak memberi
peluang yang sama bagi setiap unsur dari populasi untuk dipilih menjadi sample,
yang terdiri dari :
a. Sampling sistematis adalah teknik pengambilan sample
berdasarkan urutan dari anggota popuasi yang telah diberi nimor urut. Sampling
kuota adalah teknik pengambilan sample dari populasi yang mempunyai ciri-ciri
tertentu sampai jumlah (kuota) yang diinginkan.
b. Sampling incidental adalah tekhnik penentuan sample
berdasarkan kebetulan yaitu siapa saja yang secara incidental bertemu dengan
peneliti dapat digunakan sebagai sample, apabila orang yang kebetulan ditemui
cocok sebagai sumber data
c. Sampling purporsive adalah tekhnik penentuan sample
dengan pertimbangan tertentu Sample jenuh adalah tekhnik penentuan sample
apabila semua anggota populasi digunakan sebagai sample.
d.
Snowball
sampling adalah tekhnik penentuan sample yang mula-mula jumlahnya kecil
kemudian membesar
3) Penulisan
dan Penyampaian Proposal Riset
Setelah menentukan masalah, desain riset, metode
pengumpulan data serta teknik pengambilan sample, maka langkah selanjutnya
periset dapat mulai menyusun proposal yang mencakup semua hal tersebut diatas.
Proposal tersebut nantinya diajukan kepada manajer SDM untuk disetujui dan akan
digunakan sebagai pedoman dalam melakukan riset, sehingga tidak melenceng dari
proposal tersebut.
4) Pengumpulan
Data
Langkah selkanjutnya setelah proposal telah disetujui,
maka periset dapat langsung melakukan pengumpulan data target yang akan
diteliti dengan menggunakan metode yang telah tercantum dalam proposal
5) Pengeditan,
Pengkodean, Tabulasi, Dan Pemrosesan Data
Setelah seluruh data telah terkumpul, periset dapat
mulai melakukan pemrosesan data tersebut, biasanya meliputi penghitungan, serta
pengkodean dari informasi – informasi yang diperoleh dari objek yang diteliti.
6) Analisis dan
Penginterpretasian Hasil Riset
Hasil data final dari riset tersebut kemudian di
analisis sesuai dengan masalah – masalah
yang diangkat untuk dijadikan objek riset.
7) Penulisan
dan Penyampaian Laporan Akhir
Setelah di analisi maka seluruh informasi mengenai
hasil riset dapat dilaporkan kepada manajer agar dapat ditentukan langkah apa
yang akan dilakukan selanjutnya, untuk dapat mengatasi masalah yang sudah
diteliti tersebut.
Masalah
|
MSDM
|
Riset SDM
|
Fokus
|
Gejala yang
tampak
Contoh:
produktivitaas kerja karyawan rendah, malas bekerja
|
Faktoe
penyebab
Contoh:
motivasi kerja
|
Pertanyaan
|
Apa
keputusan yang perlu di ambil?
Contoh: apa
yang harus dilakukan untuk meningkatkan produktivitas kerja karyawan
|
Apa
informasi yang dibutuhkan dan bagaimana mendapatakannya?
Contoh:
bagaimana keterampilan kerja karyawan? Apakah jumlah karyawan mencukupi?
|
Orientasi
|
Tindakan
Contoh:
perusahaan perlu memberikan training rutin kepada karyawan
|
Informasi
Contoh:
motivasi kerja karyawan rendah
|
Ketiga,
periset perlu memperoleh pandangan dari pihak perusahaan dan pihak terkait
dibidang SDM yaitu manajer SDM dan atau Departemen Tenaga Kerja (Depnaker).
Periset perlu mendapatkan pandangan dari klien atau manajer SDM yang
bersangkutan, termasuk sasaran SDM yang ingin dicapai dan kondisi SDM
perusahaan saat itu. Periset juga perlu mengetahui perubahan
keputusan–keputusan SDM yang dilakukan manajersaat ini, misalnya jumlah karyawan
baru yang direkrut atau dipecat, kebijakan gaji, beban tenaga kerja dsb.
Keempat,
periset juga seharusnya mempertimbangkan sumber dan jenis informasi. Periset
perlu mengetahui jenis informasi yang sebenarnya dibutuhkan manajer SDM untuk
menilai apakah informasi tersebut telah tersedia atau sama sekali belum ada.
Hal inipenting sebab seringkali manajer hanya terperangkap oleh informasi yang
telah tersedia sehingga cara pandangnya terhadap suatu masalah menjadi
terbatas. Oleh karena itu tindakan menyelidiki atau mendalami masalah perlu
dilakukan pada tahap–tahap awal riset.
Pengkategorian
masalah riset SDM hanya bertujuan memudahkan
pengindetifikasian masalah riset. Untuk itu ditinjau dari luang
lingkupnya, masalah riset SDM dibedakan menjadi dua macam: masalah yang
berhubungan dengan lingkungan makro atau lingkungan luar (politik, ekonomi,
social, budaya, hukum) dan masalah yang berhubungan dengan lingkungan mikro
(kebijakan rekrutmen, promosi jabatan, rotasi kerja, pelatiahan atau training,
PHK).
Riset
SDM juga dapat dikelompokan atas dasar tujuannya: riset untuk
mengindentifikasikan masalah dan riset untuk memecahkan masalah (Malhotra,
2004) riset indentifikasi masalah dilakukan untuk membantu menemukan atau
melihat masalah yang mungkin belum tampak atau berpontesi muncul diwaktu
mendatang. Riset memecahkan masalah dijalankan untuk membantu memecahkan
masalah SDM yang spesifik (disesuaikan dari Malhotra, 2004).
A.
Penentuan
Desain Riset
Pada
dasarnya desain riset dibagi menjadi tiga: riset eksploratori, riset deskritif,
dan riset kausal. Ketiga macam riset ini menghasilkan informasi yang
berbeda-beda. Sehingga penentuan riset yang digunakan tergantung pada informasi
yang akan dicari dalam riset SDM. Jika informasi yang dicari sekedar untuk
mengetahui permasalahan awal atau ada tidaknya masalah, riset eksploratori
dapat dilakukan sedangakn jika informasi yang dibutuhkan bertujuan mengambarkan
sesuatu, riset dekritif bisa diterapkan. Selanjutnya, jika informasi yang
dinginkan diperoleh adalah menguji hubunhan sebab-akibat, memanfaatkan riset
kausal.
·
Riset Eksploratori
Sesuai
dengan kata eksploratori yang berasal dari kata kerja bahasa inggris “to
explore” (menyelidiki), riset eksploratori (exploratory reseanch) berusaha
menemukan masalah yang mungkin dihadapi manajer SDM. Riset eksploratori
bersifat “meraba-raba” masalah atau peluang SDM perusahaan. Dengan demikian,
riset eksploratori merupakan desain riset yang bertujuan utama untuk memperoleh
pandangan mendalam dan menyeluruh tentang masalah manajemen SDM yang
sebenarnya. Hasil riset eksploratori dapat digunakan sebagi pedoman menentukan
jenis informasi yang dibutuhkan. Karena merupakan riset awal, riset eksporatori
biasanya ditindak lanjuti dengan riset berikutnya, yaitu riset deskriptif.
·
Riset Deskriptif
Riset
deskriptif berasal dari kata “to describe” (berarti menggambarkan), bertujuan
utama menggambarkan sesuatu. Contoh hal yang bisa digambarkan dalam riset
deskriptif adalah profil SDM, sikap karyawan terhadap pekerjaan, motivasi
ekrja, tingkat kepuasan karyawan, aliran komuikasi antar karyawan, dsb.
Sering
kali riset ini merupakan lanjutan dari riset eksploratori yang dijalankan
sebelumnya, sehingga tidak menutup kemungkinan riset eksploratori dan riset
deskriptif dilakukan berurutan. Sebagai contoh, kasus produktivitas kerja yang
menurun. Dari hasil riset eksploratori sudah didentifikasikan penyebabnya
adalah factor kepuasan kerja karyawan. Peranan riset deskriptif dalam hal ini
adalah mengungkapkan informasi yang menggamabrkan seberapa besar tingkat
kepuasan/ketidakpuasan kerja karyawan secara keseluruhan, apa variable yang
menyebabkan karyawan tidak puas, ada tidaknya perbedaan kepuasan kerja antar
bagian, dsb. Riset deskriptif relative banyak dilakukan dalam riset SDM.
·
Riset Kasual
Kata
kasual berasal dari kata kerja bahasa inggris “to cause” yang berarti menyeabkan
atau memengaruhi. Artinya, riset kasual merupakan riset yang bertujuan utama
membuktikan hubungan sebab-akibat atau hubungan memengaruhi dan dipengaruhi
dari variable-variabel yang diteliti. Periset berusaha mengungkapkan variable
yang memengaruhi atau menyebabkan perubahan variable lain. Variable yang
memengaruhi ini disebut variable inependen, sedangkan variable yang dipengaruhi
oleh perubahan variable independent disebut variable dependen.
Dalam
riset SDM, variable independent bisa berwujud kebijakan SDM (seperti perubahan
kompensasi, pakaian seragam kerja, pelatihan kerja, rotasi jabatan, piknik
karyawan) maupun kondisi lingkungan luar (seperti adanya perubahan UU Tenaga
Kerja, perubahan UMR). Variable dependen dapat berupa produktivitas kerja
karyawan, tingkat kepuasan kerja karyawan, loyalitas karyawan dan sebagainya.
Perbedaan
tiga jenis riset (riset eksploratori, deskriptif, dan kausal)
|
Perbedaan Riset
|
||
Eksploratori
|
Deskriptif
|
Kausal
|
|
Tujuan
|
Menentukan
masalah, memberikan pemahaman terhadap masalah MSD
|
Menggambarkan
profil SDM, sikap karyawan terhadap pekerjaan, morivasi kerja
|
Menemukan
sebab/akibat
|
Ciri-ciri
|
Relative
tidak terstruktur, fleksibel, informasi yang dicari ditetapkan longgar,
ukuran sampel kecil, analisis data kualitatif
|
Terstruktur,
formal, informasi yang dicari harus jelas, ukuran sampel besar, analisis data
kuantitatif, lanjutan dari riset eksploratori
|
Terstruktural,
formal, sampel besar, terdiri dari satu atau lebih variabel
|
Motode
|
Data
sekunder, diskusi grup terfokus, wawancara, teknik proyeksi
|
Data
sekunder, survey, observasi
|
Eksperimen
|
Hasil
temuan
|
Bersifat
tentatif (secara garis besar dan sementara)
|
Masukan
untuk pengambilan keputusan
|
Memberi
kesimpulan, membantu mengambil keputusan
|
B.
Menentukan
Metode Pengumpulan Data
Ada
berbagai sumber data yang bisa dikumpulkan atau diakses oleh periset untuk
menghasilkan informasi. Dilihat dari asal atau usulnya dapat dikelompokkan
menjadi dua sumber yaitu data sekunder dan data primer. Data Sekunder adalah
data yang dikumpulkan oleh pihak lain (bukan periset sendiri), sedangkan data
primer adalah datayang dikumpulkan oleh periset sendiri.
Dilihat
berdasarkan Sumber Data dapat dikelompokkan menjadi dua sumber yaitu internal
dan eksternal. Data internal adalah data yang menggambarkan situasi dan kondisi
pada suatu organisasi secara internal. Misal: data keuangan, data pegawai, data
produksi, dsb. Data eksternal adalah data yang menggambarkan situasi serta
kondisi yang ada diluar organisasi. Contohnya adalah data jumlah penggunaan
suatu produk pada konsumen, tingkat preferensi pelanggan, persebaran penduduk,
dan lain sebagainya.
Dilihat
berdasarkan Jenis/type data, dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu data
kualitatif dan data kuantitatif. Data kuantitatif adalah data yang dipaparkan
dalam bentuk angka-angka. Data kualitatif adalah data yang disajikan dalam
bentuk kata-kata yang mengandung makna.
C.
Merancang
pertanyaan, skala dan alat analisis
Setelah
menentukan metode yang digunakan dalam melakukan riset, maka langkah
selanjutnya adalah merancang pertanyaan, skala dan alat analisis. Pertanyaan
yang akan diajukan apakah bersifat terbuka (berlkau untuk semua individu) atau
tertutup (berbeda untuk tiap individu). Kemudian periset juga merancang
skala–skala yang akan digunakan serta alat analisis nya (kualitatif atau
kauantitatif). Biasanya terdapat beberapa pilihan dalam menentukan skala yang
digunakan, berikut beberapa contohnya:
·
Data
kualitatif adalah data yang dinyatakan dalam bentuk kata, kalimat sketsa dan
gambar.
·
Data
kuantitatif adalah data yang berbentuk angka atau data yang diangkakan.
·
Data
diskrit (data nominal) adalah data yang hanya dapat digolong-golongkan secara
trepisah, secara diskrit atau kategori.
·
Data
kontinum adalah data yang bervariasi menurut tingkatan dan diperoleh dari hasil
pengukuran.
·
Ordinal
adalah data yang berbentuk rangking atau peringkat.
·
Interval
adalah data yang jaraknya sama tetapi tidam mempunyai nilai 0 (nol) mutlak.
·
Rasio
adalah data yang jaraknya sama.
·
Variable
adalah atribut seseorang atau objek yang mempunyai variasi antara satu orang
dengan yang lain atau satu objek dengan objek yang lain.
D.
Menentukan Metode Pengambilan Sampling
Metode
pengambilan sampling dapat dikelompokkan menjadi 2 kelompok besar yaitu:
·
Probability
Sampling
Probability
sampling adalah teknik pengambilan sample dengan memberikan peluang yang sama
bagi setiap anggota populasi untuk dipilih menjadi anggota sample, yang terdiri
dari:
ü
Simple
random sampling adalah pengambilan sample dari populasi yang dilakukan secara
acak tanpa memperhatikan strata dalam populasi tersebut.
ü
Proportionate
stratified random sampling adalah pengambilan sample dari populasi yang
dilakukan secara acak dengan memperhatikan strata secara proporsi dalam
populasi tersebut.
ü
Disproporsi
stratified random sampling adalah pengambilan sample dari populasi yang
dilakukan secara acak apabila dalam populasi berstrata tersebut kurang
proporsional.
ü
Cluster
sampling adalah teknik pengambilan sample dari populasi yang dilakukan secara
acak apabila dalam populasi tersebut terdiri dari populasi yang sangat luas.
·
Nonprobability
Sampling
adalah teknik pengambilan sample yang
tidak memberi peluang yang sama bagi setiap unsur dari populasi untuk dipilih
menjadi sample, yang terdiri dari:
ü
Sampling
sistematis adalah teknik pengambilan sample berdasarkan urutan dari anggota
popuasi yang telah diberi nomor urut. Sampling kuota adalah teknik pengambilan
sample dari populasi yang mempunyai ciri-ciri tertentu sampai jumlah (kuota)
yang diinginkan.
ü
Sampling
incidental adalah tekhnik penentuan sample berdasarkan kebetulan yaitu siapa
saja yang secara incidental bertemu dengan peneliti dapat digunakan sebagai
sample, apabila orang yang kebetulan ditemui cocok sebagai sumber data
ü
Sampling
purporsive adalah tekhnik penentuan sample dengan pertimbangan tertentu
ü
Sample
jenuh adalah tekhnik penentuan sample apabila semua anggota populasi digunakan
sebagai sample.
ü
Snowball
sampling adalah tekhnik penentuan sample yang mula-mula jumlahnya kecil
kemudian membesar.
E.
Penulisan
dan Penyusunan Proposal Riset
Setelah
menentukan masalah, desain riset, metode pengumpulan data serta teknik
pengambilan sample, maka langkah selanjutnya periset dapat mulai menyusun
proposal yang mencakup semua hal tersebut diatas. Proposal tersebut nantinya
diajukan kepada manajer SDM untuk disetujui dan akan digunakan sebagai pedoman
dalam melakukan riset, sehingga tidak melenceng dari proposal tersebut.
F.
Pengumpulan
Data
Langkah
selkanjutnya setelah proposal telah disetujui, maka periset dapat langsung melakukan pengumpulan data
target yang akan diteliti dengan menggunakan metode yang telah tercantum dalam
proposal.
G.
Pengeditan,
Pengkodean, Tabulasi dan Proses Data
Setelah
seluruh data telah terkumpul, periset dapat mulai melakukan pemrosesan data
tersebut, biasanya meliputi penghitungan, serta pengkodean dari
informasi–informasi yang diperoleh dari objek yang diteliti.
H.
Analisis
dan Penginterprestasikan Hasil Riset
Hasil
data final dari riset tersebut kemudian di analisis sesuai dengan
masalah–masalah yang diangkat untuk dijadikan objek riset.
I.
Penulisan
dan Pelaporan Informasi
Setelah
di analisi maka seluruh informasi mengenai hasil riset dapat dilaporkan kepada
manajer agar dapat ditentukan langkah apa yang akan dilakukan selanjutnya,
untuk dapat mengatasi masalah yang sudah. diteliti tersebut.
BAB VII
PERENCANAAN
RISET SDM
1. Pengertian
Rancangan (perencanaan) Penelitian
Rancangan
penelitian digunakan sebagai dasar atau patokan dalam melakukan penelitian agar
pelaksanaannya dapat berjalan secara benar, baik, dan lancar. Olehkarenanya,
rancangan penelitian mempunyai manfaat yang besar bagi kelancaran sebuah
penelitian. Dalam rancangan penelitian dijelaskan pula tentang tujuan
penilitian. Dengan tujuan penelitian maka peniliti mempunyai arah dan petunjuk
yang tepat dalam penelitian sehingga kegiatan penelitian menjadi terpusat
kepada objek yang benar. Rancangan penelitian memberikan gambaran tentang apa
yang harus dilakukan dan kesulitan–kesulitan yang akan dihadapi saat
penelitian. Dengan rancangan penelitian, seorang peneliti mampu sikap dan
keputusan yang tepat dalam mengatasi masalah penelitian. Jadi rancangan
penelitian adalah sebuah rencana, struktur dan strategi penelitian yang
dimaksudkan untuk menjawab permasalahan yang dihadapi, dengan mengupayakan
optimasi yang berimbang antara validitas dalam dan validitas luar, dengan
melakukan pengendalian varians. Dapat juga dikatakan rancangan penelitian
adalah suatu rencana, struktur dan strategi penelitian yang dimaksudkan untuk
menjawab permasalahan yang dihadapi dengan mengupayakan Optimasi yang Berimbang
antara validitas internal dan validitas
eksternal dengan melakukan pengendalian varian. (Pratiknya,2007) Menurut
Margono, (2010:100) Rancangan itu adalah alur kegiatan peneliti dalam
memecahkan masalah. Disusun secara matang dan cermat sehingga nantinya akan
sangat membantu peneliti maupun orang yang membaca hasil penelitiannya dalam
memahami masalah serta cara mengatasinya.
Rancangan Penelitian
disebut sebagai rencana, karena Rancangan Penelitian itu mengandung secara
Sistematis Keseluruhan Kegiatan yang akan dilakukan oleh seorang peneliti.
Rancangan penelitian
disebut sebagai struktur , karena rancangan penelitian itu melakukan
strukturisasi penelitian, di mana dalam rancangan penelitian tergambar model atau paradigma
operasionalisasi variabel penelitian dengan mengidentifikasi jenis dan sifat
variabel serta hubungan antar variabel tersebut.
Rancangan penelitian
merupakan strategi , karena dalam
rancangan penelitian terkandung petunjuk prosedur bagaimana rencana dan strukturisasi tersebut dapat dijalankan,
sehingga permasalahan penelitian dapat terjawab secara adekuat dan varian dapat
dikendalikan. (Pratiknya, 2007)
Rancangan atau desain
penelitian, pada dasarnya adalah strategi untuk memperoleh data yang
dipergunakan untuk menguji hipotesa. Desain penelitian ditetapkan dengan
mengacu pada hipotesa yang telah dibangun.
Rancangan/desain
penelitian, merupakan rencana tentang cara mengumpulkan data dan menganalisis
data agar dapat dilakukan secara ekonomis dan sesuai dengan tujuan penelitian.
Rancangan penelitian
dapat juga dikatakan sebagai skema atau bagan karena rencana itu membuat atau
memuat peta kegiatan yang akan kita laksanakan dan digunakan sebagai petunjuk.
Rancangan juga mengingatkan kita untuk melakukan ini, jangan melakukan yang
itu, hati-hati dalam melakukan ini, ini tidak penting dan seterusnya. Ini
merupakan sebuah petunjuk dan pedoman seorang peneliti dalam menyelesaikan
penelitiannya dan mendapatkan hasil yang memuaskan.
Menurut Soegeng dalam
Tahir (2011:51) Rancangan penelitian adalah langkah-langkah penelitian yang
terstruktur, Ekonomis dan Sesuai dengan Tujuan Penelitian sehingga data-data
yang didapatkan adalah data yang akurat. Sedangkan menurut Sukardi (2003:69),
perencanaan penelitian yaitu bayangan untuk seorang peneliti tentang apa yang
akan kita lakukan saat menelitian dan menemukan cara mengatasi masalah yang
menjadi objek penelitiannya.
Kerlinger dan Lee dalam
Setyosari (2010:170) mengemukakan bahwa kegunaan rancangan penelitian yang
pertama adalah pedoman dalam menemukan
hasil/cara mengatasi suatu permasalahan, yang dulu sebelum kita
melakukan penelitian menjadi tanda tanya yang akan kita temukan jawabannya dan
setelah melakukan penelitian bertolak dari rancangan itu sendiri kini
pertanyaan-pertanyaan itu terjawab semua dan merupakan hasil penelitian. Kedua
adalah mengontrol atau mengendalikan variabel yang saling berhubungan,
variabel-variabel apa yang harus kita dahulukan.
Agar rancangan dapat
memperkirakan hal-hal apa yang akan dilakukan dan dipegang selama penelitian,
perumusannya harus memperhatikan criteria sebagai berikut:
a.
Mencakup
semua kegiatan yang akan dilakukan, seperti masalah, tujuan, sumber data,
sarana prasarana dan sebagainya
b.
Disusun
secara sistematis logis sehingga memberi kemungkinan kemudahan bagi peneliti
dalam melaksanakan dan bagi orang lain dalam melakukan penilaian.
c.
Harus
dapat memperkirakan sejauh mana hasil yang akan diperoleh, serta usaha-usaha
yang mungkin dilakukan untuk memperoleh hasil secara efektif dan efisien.”
Margono (2010,100)
2.
Perencanaan Riset SDM
Manajer departemen audit harus
menyusun rencana-rencana dalam melaksanakan tanggung jawab departemen audit.
a. Rencana-rencana ini harus sejalan
dengan lingkup tugas dan tanggung jawab departemen audit dan sasaran
perusahaan.
b. Proses perencanaan meliputi penetapan:
·
Sasaran-sasaran
·
Jadwal
pelaksanaan audit
·
Perencanaan
staf dan anggaran biaya
·
Laporan
kegiatan
c. Sasaran departemen audit harus mampu
dicapai sesuai dengan rencana-rencana kegiatan usaha, dan sedapat mungkin harus
dapat diukur. Sasaran tersebut harus disertai dengan kriteria pengukuran dan
tanggal penyelesaian yang ditargetkan.
d. Jadwal pekerjaan audit harus:
·
Kegiatan-kegiatan
yang akan diperiksa
·
Kapan
audit itu akan dilakukan
·
Perkiraan
waktu yang dibutuhkan, dengan memperhitungkan lingkup audit yang direncanakan,
sifat dan luasnya audit yang dilakukan oleh yang lain.
Hal-hal
yang perlu dipertimbangkan dalam menetapkan prioritas dalam audit harus
termasuk:
·
Tanggal
dan hasil audit yang lallu
·
Pengungkapan
kondisi keuangan
·
Potensi
kerugian dan resiko
·
Permintaan
manajemen
·
Perubahan
yang besar dalam kegiatan operasional, program-program, sistem dan pengendalian
·
Kesempatan
untuk mencapai manfaat kegiatan operasional
·
Perubahan
dan kemampuan auditor
3. Langkah-langkah
Perencanaan SDM
Dalam perencanaan SDM ada
emapat pokok yakni:
a.
Perencaan
untuk kebutuhan masa depan Beberapa orang dengan kemampuan yang dibutuhkan
perusahaan agar dipertahankan selama suatu jangka waktu yang dapat diperkirakan
di masa depan.
b.
Perencanaan
untuk keseimbangan masa depan. Berapa banyak SDM yang ada sekrang yang dapat
diharapkan tetap tinggal dalam perusahaan? Selisih antara angka ini dengan
angka yang akan dibutuhkan oleh perusahaan membawa langka berikutnya.
c.
Perencanaan
untuk pengadaan dan seleksi atau pemberhentian sementara. Bagaimana perusahaan
dapat mencapai jumlah SDM yang akan diperlukan.
d.
Perencanaan
untuk pengembangan. Bagaimana seharusnya pelatihan dan penyesuaian SDM dalam
perusahaan diatur sehingga perusahaan akan terjamin dalam hal pengisian yang
kontinu tenaga-tenaga yang berpengalaman dan berkualitas. Untuk menyelesaikan langkah-langkah
ini, manajer program perencanaan SDM harus dapat mempertimbangkan berbagai hal.
Faktor utama adalah rencana strategis organisasi. Sebagai contoh, personel
tambahan harus dipekerjakan baik dalam suatu perusahaan/lembaga lainnya,
diamana pengambilalihan personil tersebut sebagai suatu strategi untuk
kebutuhan perubahan mencapai tujuan-tujuan organisasi. Contoh lain dapat
dilakukan dengan cepat untuk memberikan tambahan bahasa Inggris kepada personel
yang akan berlayar ke luar negeri.
4. Tantangan
Perencanaan Sumber Daya Manusia
Perencanaan
SDM dalam suatu organisasi/perusahaan akan dirasakan efektif atau tidak sangat
tergantung pada kualitas dan jumlah informasi yang relevan dan tersedia bagi
pengambilan keputusan. Dalam praktek pelaksanaan perencanaan SDM yang efektif,
pada era global seperti sekarang ini akan menghadapi tantangan yang tidak
ringan. Salah satu tantangan yang harus dihadapi, antara lain (Henry Simamora, 1997:73):
a.
Mempertahankan
keunggulan kompetitif. Dalam persaingan bisnis yang keras, keunggulan
kompetitif menjadi tujuan setiap organisasi bisnis. Keunggulan kompetitif yang
diraih dan dinikmati oleh organisasi hanya bersifat jangka pendek karena
organisasi/perusahaan lain juga melakukan usaha untuk mencari dan meraih
keunggulan kompetitif dengan strategi yang sama dengan yang kita lakukan.
Sehingga tantangan dari perspektif SDM adalah membuat strategi-strategi yang
menawarkan keunggulan kompetitif yang dapat dipertahankan (sustainable
competitive advantage).
b.
Mendukung
keseluruhan strategi bisnis. Penyusunan strategi SDM untuk mendukung
keseluruhan strategi bisnis merupakan tantangan karena beberapa sebab (1)
manajemen puncak tidak selalu mampu mengucapkan secara jernih apa strategi
bisnis perusahaan, (2) kemungkinan terdapat ketidakpastian atau ketidaksetujuan
mengenai strategi-strategi SDM yang harus digunakan untuk mendukung keseluruhan
strategi bisnis,(3) perusahaanperusahaan besar mungkin memiliki unit-unit
bisnis yang berbeda.
c.
Menghindari
konsentrasi berlebihan pada masalah-masalah harian. Kebanyakan para manajer
lebih banyak mencurahkan hal-hal yang bersifat rutinitas dan berperspektif
jangka pendek. Dalam konteks ini perencanaan SDM memiliki tantangan untuk masa
datang dalam melahirkan orang-orang visioner yang mampu melihat gambaran masa
depan secara integral melebihi orang lain di sekitarnya.
d.
Menyusun
strategi-strategi SDM yang sesuai dengan karakteristik-karakteristik unik
organisasi. Menjadi tugas dalam perncanaan SDM mendatang dalam menyusun
strategi bisnis berbeda dengan pesaing. Keunikan strategi bisnis yang
dijalankan antar perusahaan tidak ada yang sama persis, namun dalam menjaga
strategi bisnis yang sukses dijalankan selama ini menjadi suatu hal yang sangat
sulit sehingga mudah ditiru pesaing.
e.
Menanggulangi
perubahan lingkungan. Lingkungan bisnis yang kompetitif merupakan tantangan
bagi program perencaan, bukan saja dalam bidang SDM tetapi dalam hal
perencanaan produksi, pemasaran, dan penganggaran lainnya.
f.
Menyita
komitmen manajemen. Perencanaan SDM di tengah-tengah persaingan bisnis pada
situasi ekonomi global saat ini, departemen/manajer SDM seringkali dibuat
pusing karena jarang dilibatkan dalam perencanaan strategi bisnis pada tingkat
korporat. Tidak adanya pelibatan departemen SDM dalam penentuan rencana
strategi bisnis perusahaan mengakibatkan pencapaian tujuan-tujuan organisasi
secara keseluruhan kurang optimal. Hal ini menjadi tantangan di masa datang
dalam usaha memenangkan setiap persaingan.
g.
Menterjemahkan
rencana strategic ke dalam tindakan. Tantangan lain dalam pelaksanaan
perencanaan SDM dan perencanaan strategi bisnis adalah sering tidak adanya
kesesuaian antara rencana yang bagus tetapi jelek dalam praktek. Dengan belajar
dari keadaan ini, selayaknya pada masa datang sebelum rencana direalisasikan
harus diuji dan kaji dulu sehingga bisa memberikan jaminan keberhasilan sebuah
perencanaan.
Mengakomodasikan perubahan-perubahan.
Tantangan terakhir dalam perencanaan SDM dan perencanaan strategi bisnis perusahaan
adalah bagaimana semua rencana yang akan dilakukan dapat menyesuaikan dengan
dinamika jaman yang ada. Perencanaan yang tidak akomodatif, tidak lentur, tidak
fleksibel dan tidak peka terhadap perkembangan pasar hanya akan melahirkan
kumpulan-kumpulan rencana yang sulit untuk direalisasikan.
5. Teknik-teknik
Perencanaan SDM
Teknik-teknik
perencanaan SDM terbagi atas dua, yaitu secara nonilmiah dan ilmiah.
a.
Teknik
nonilmiah, diartikan bahwa perencanaan SDM hanya didasarkan atas pengalaman,
imajinasi dan perkiraan-perkiraan perencanaannya saja. Perencanaan SDM semacam
ini resikonya cukup besar, misalnya kualitas dan kuantitas SDM tidak sesuai
dengan kebutuhan perusahaan. Akibatnya, akan timbul mismanajemen dan pemborosan
yang akhirnya akan merugikan perusahaan.
b.
Sedangkan
teknik ilmiah diartikan bahwa perencanaan SDM dilakukan berdasarkan atas hasil
analisis dan data, informasi dan peramalan-peramalan (forecasting) dan perencanaan yang baik. Perencanaan SDM semacam ini
resikonya relatif kecil karena segala sesuatunya telah diperhitungkan terlebih
dahulu. Pada teknik ini, data dan informasinya harus akurat, serta analisis
yang baik dan benar.
6. Permasalahan
dalam Perencanaan SDM
Persoalan yang di hadapi dalam
perencanaan SDM terutama dalam pengembangan dan implementasinya berdasarkana
manajemen strategi dapat di kelompokkan ke dalam empat permasalahan (Rothwell,1995) :
a.
Perencanaan
menjadi suatu problema yang dirasa tidak bermanfaat karena adanya perubahan
pada lingkungan eksternal organisasi, meskipun nampak adanya peningkatan
kebutuhan bagi perencanaan.
b.
Realitas
dan bergesernya kaleidoskop prioritas kebijakan dan strategi yang ditentukan
oleh keterlibatan interes grup yang memiliki power.
c.
Kelompok
faktor-faktor yang berkaitan dengan sifat manajemen dan keterampilan serta
kemampuan manajer yang memiliki preferensi bagi adaptasi pragmatik diluar
konseptualisasi, dan rasa ketidakpercayaan terhadap teori atau perencanaan yang
dapat disebabkan olheh kurangnya data, dll
d.
Pendekatan
teoritik konseptual yang dilakukan dalam pengujian kematangan perencanaan SDM
sangat idealisitis dan preskriptif, di sisi lain tidak memenuhi realita
organisasi dan cara manajer mengatasi masalah-masalah spesifik.
Permasalahan tersebut merupakan resiko
yang perlu diantisipasi dengan kemampuan fleksibilitas perusahaan dan manajemen
sebagai pemegang wewenang, sehingga setiap manajer dituntut untuk menyiapkan
langkah-langkah antisipasi secara cemat dalam setiap perkembangan yang terjadi,
karena pada dasarnya, perencanaan SDM tidak perlu diubah secara menyeluruh,
diperlukan analisis terhadap perencanaan yang dibuat dengan menerapkan analisa strength, weekness, opportunity, and traits
(SWOT).
7. Faktor-faktor
yang Mempengaruhi Perencanaan SDM
1)
Faktor
Eksternal
a.
Faktor
ekonomi nasional dan global
b.
Faktor
sosial, politik dan hukum
c.
Faktor
teknologi
d.
Faktor
pesaing
2)
Faktor
Internal (Organisasi)
a.
Rencana
strategic dan renacana operasonal (taktik)
b.
Anggaran/Cost
SDM
c.
Peramalan
(perediksi) produksi dan penjualan
d.
Faktor
bisnis baru
e.
Faktor
desain organisasi dan desain pekerjaan
f.
Faktor
keterbukaan keikutsertaan manajer
3)
Faktor
Ketenaga Kerajaan
Faktor
ini sebagaian telah dibahas pada uraian tentang analisis tenaga kerja pada bab
ini juga. Untuk lebih meningkatkan kecermatan dalam menyusun perencanaan SDM,
akan dijelaskan secara singkat di bawah ini.
a.
Pensiun,
pemutusan hubungan kerja (PHK), meninggal dunia, dan tenaga kerja yang selalu
absen, dalam peencanaan SDM harus diperhitungkan sebagai pengurangan tenaga
kerja, yang harus diganti.
b.
Promosi,
pindah, tenaga kerja yang mendapat pelatihan dan yang mengikuti pendidikan di
luar perusahaan sehingga keterampilan/keahliannya meningkat, harus
dperhitungkan, baik untuk menggantinya maupun untuk merancang penempatan yang
lebih tepat.
4)
Faktor-faktor
Lain
a.
Pasar
tenaga kerja
b.
Prestasi
kerja
c.
Waktu
yang tersedia untuk mencapai sasaran/tujuan bisnis jangka pendek
d.
Faktor
demografi
e.
Faktor
supervise,
f.
Faktor
staf pendukung,
g.
Faktor
lokasi, yang harus diperhitungkan dalam perencanaan SDM
8. Sistem
Perencanaan SDM
Perencanaan SDM baru dapat dilakukan
dengan baik dan benar jika informasi tentang job analysis, organisasi, dan situasi persediaan SDM. Sistem
perencanaan SDM pada dasarnya meliputi prakiraan (estimasi)
permintaan/kebutuhan dan penawaran/penyediaan SDM. Estimasi permintaan SDM
dapat dibagi dengan dua cara, yakni:
a. Estimasi
suplai internal
Hal
ini dilakukan untuk menghitung karyawan yang ada, tetapi juga mengaudit untuk
mengevaluasi kemampuan-kemampuan mereka. Informasi ini menugaskan pada karyawan
tertentu untuk mengisi lowongan-lowongan pekerjaan diwaktu yang akan datang.
b. Estimasi
suplai eksternal
Tidak
setiap lowongan yang dipenuhi terdapat langsung persediaan SDM. Kebutuhan SDM
yang harus dipenuhi dari sumber suplai eksternal dapat diperoleh dengan
menganalisis pasar tenaga kerja (labour
market). Selain perlu pula memperhatikan trend kondisi kependudukan (demografis) dan sikap masyarakat
terhadap perusahaan/lembaga lainnya.
9. Analisa
Tenaga Kerja untuk Perencanaan SDM
a.
Jumlah
tenaga kerja
Bertolak
dari tujuan SDM yang disusun berdasarkan tugas-tugas di dalam deskripsi
pekerjaan, termasuk wewenang dan tanggung jawabnya, dapat ditetapkan Volume dan
Beban Kerja setiap unit kerja.
b.
Komposisi
tenaga kerja
Pada giliran
berikutnya diperlukan juga analisis tenaga kerja dilihat dari komposisinya,
baik di dalam setiap unit kerja maupun keseluruhan perusahaan. Analisis
komposisi ini, pertama kegiatannya untuk mengetahui apakah semua posisi/jabatan
telah terisi atau belum.
c.
Kualitas
Kegiatan
analisis tenaga kerja dari segi kualitasnya untuk diacu denga kemampuan
melaksanakan tugas-tugas sebagaimana terdapat dan dipersyaratkan di dalam
deskripsi dan spesifikasi pekerjaan/jabatan adalah bagian yang tersulit.
Kegiatannya dilakukan dalam bentuk “inventarisasi kemampuan” para pekerja,
dihubungkan dengan tgas-tugas yang sedang atau akan diembannya, untuk
memberikan kontribusi bagi pencapaian tujuan unit kerja atau tujuan bisnis
perusahaan.
Kegiatan
inventarian kemampuan dalam rangka analisis tenaga kerja, harus mampu
mengungkapkan informasi-informasi sebagai berikut :
a.
Informasi
mengenai posisi/jabatan terakhir setiap tenaga kerja.
b.
Paosisi/jabatan
yang terdapat dalam struktur organisasi/perusahaan, dan yang ditempati sebelum
posisi/jabatan yang terakhir oleh tenaga kerja yang bersangkutan.
c.
Jenis
dan tingkat pendidikan, untuk yang sarjana lengakap dengan jurusan atau program
studi atau disiplin ilmunya. Demikian pula jika memilki sertifikat atau lisensi
kecakapan tertentu.
d.
Pengalaman
kerja di perusahaan dan di tempat lain sebelumnya, yang penting
dihubungkan dengan bisnis perusahaan.
e.
Keterampilan/penguasaan
bahasa asing dan pengalaman internasional yang relevan.
f.
Pelatihan
dan program pengembangan yang pernah diikuti.
g.
Tanggung
jawab kepemimpinan di perusahaan/industri dan di masyarakat.
h.
Dta
tentang penilaian karya (kinerja) yang lalu dan terakhir.
i.
Disiplin
dalam bekerja
j.
Penghargaan
yang prnah diterima.
10. Komponen
Rancangan Penelitian
Menurut Sukardi
(2003:69-73) Secara umum rencana penelitian mempunyai beberapa komponen
penting, diantaranya:
a.
Halaman
judul
Halaman
judul terletak paling pertama dalam laporan penelitian. Pada halaman ini
berbeda dengan halaman-halaman selanjutnya sebab, tulisannya lebih tebal dan
dengan huruf yang besar. Selain itu, halaman judul berisi judul permasalahan
yang akan kita teliti, nama peneliti, logo lembaga (jika penelitian dilakukan
dibawah naungan suatu lembaga atau organisasi saperti universitas) dan yang
paling terakhir adalah nama dari lembaga itu sendiri. Judul penelitian yang
ditulis bersifat mewakili masalah yang membutuhkan pemecahan dan solusi, harus
singkat, padat dan jelas. ( Sukardi:2003:70)
b.
Pengantar
Halaman
ini merupakan halaman untuk si peneliti sebab disinilah peneliti memperkenalkan
secara sederhana masalah yang hendak di teliti. Pada halaman ini pula peneliti
menyampaikan ucapan-ucapan terimah kasih kepada rekan-rekan yang turut membantu
proses penelitian, kepada pimpinan dan orang-oarng yang menjadi inspirasi terlaksananya kegiatan
penelitian. Seringkali peneliti menuliskan sebuah kalimat yang menjadi
prinsipnya dalam mencari solusi atas permasalahan.(Sukardi : 71)
c.
Pendahuluan
Bagian-bagian
di dalam bab pendahuluan adalah: latar belakang yaitu peneliti memberikan
pemahaman kepada pembaca tentang kejadian-kejadian yang sangat berhubungann
dengan permasalahan yang ingin diteliti serta apa yang menjadi dasar penelitian
tersebut dilaksanakan dan perlu untuk dilakukannya penelitian. Identifiksi
permsalahan yaitu permasalahan yang mungkin saja ada dalam kasus penelitian
yang mempunyai hubungan dengan masalah pokoknya namun dalam menentukan masalah
peneliti hrus mempertimbangkan kelayakannya, peneliti hanya mengambil masalah
yang sangat erat kaitannya dengan penelitian. Rumusan masalah yaitu untuk
memudahkan peneliti memperoleh informasi-informasi yang ilmiah sehingga dalam
menemukan jawabannya juga akan mudah dan tepat. Tujuan yaitu apa yang
diinginkan peneliti terhadap permasalahan itu sebenarnya sehingga dilakukan
penelitian dan Manfaat penelitian yaitu hasil dari penelitian tersebut
berdampak positif kepada diri sendiri sebagai peneliti teritama
masyarakat. (Sukardi:2003:70)
d.
Kajian
pustaka
Menurut
Setyosari (2010:84) .kajian pustaka yaitu bahan- bahan bacaan yang pernah
dibaca oleh peneliti dan menpunyai kaitan dengan apa yang akan diteliti dan
membantu peneliti untuk lebih memahami masalah yang dihadapi. Pada kajian
pustaka peneliti mengajukan kerangka berpikir, hipotesis, arah metode yang
dikehendaki.
e.
Metodologi
Menurut
sukardi (2003:71) Pada metodologi terdapat sekumpulan peraturan, kegiatan, dan
prosedur yang digunakan oleh peneliti dalam melakukan penelitian sehingga
subjek yang akan diteliti dapat dipahami Disini juga peneliti memaparkan metode
penelitian yang diterapkan dalam mengatasi permasalahan yang menjadi bahan
penelitiannya.
f.
Jadwal
penelitian
Komponen
ini merupakan penjelasan tenggang waktu yang dugunakan peneliti. Penentuan
jadwal menjadi sebuah target yang waktu yang akan diselesaikan dalam
melaksanakan penelitian. Agar setiap kegiatan dapat diperhitungkan semakin
singkat waktu penelitian maka semakin sedikit pula biaya yang dikeliarkan.
(Sukardi:2003:71)
g.
Rencana
anggaran/estimasi biaya (jika diperlukan)
Dalam
melakukan penelitian pelaku memerlukan biya yang bervariasi, tergantung tempat
dan waktu penelitian. Semakin jauh tempat tempat mengumpulkan data maka akan
memerlukan waktu yang sangat lama dan semakin banyak pula biaya yang diperlukan.
11. Jenis-Jenis
Rancangan Penelitian Kuantitatif
Menurut Tahir (2011:52)
penelitian kuantitatif terdiri dari metode eksperimen dan metode non
eksperimen. Dalam metode eksperimen terdapat true experiment dan quasi
experiment. Sedangkan dalam metode non eksperimen terdapat metode deskriptif,
metode korelasional dan metode survei.
1.
Metode
eksperimen
a)
True
experiment
True
experiment atau eksperimen sungguhan dilakukan dengan memberi perlakuan
(treatment) kepada kelompok atau subjek untuk mengetahui apakah perlakuan
tersebut memiliki dampak pada variabel atau factor hasil tersebut. True
experiment ialah untuk menguji hubungan sebab akibat ( Emzir:2007:98)
b)
Quasi
experiment
Dalam
penelitian quasi experiment bertujuan untuk mambandingkan suatu kelompok.
Peneliti memilik secara kelompok atau subjek secara acak dan menentukan
kelompok treatment atau kelompok yang mendapat perlakuan dan control.
(Setyosari:2010:42)
2.
Metode
non eksperimen
a)
Rancangan
penelitian deskriptif
Metode
penelitian yang mengambarkan ojek sesuai dengan apa adanya yang diperoleh dari
peneliti langsung.penelitian ini dapat ditampilkan seperti penggambaran secara
factual tentang perkembangan sekolah. Margono (2010:106)
b)
Rancangan
penelitian korelasional
Menurut
Soegeng dalam Tahir (2011:55) penelitian korelasional adalah suatu penelitian
yang melibatkan tindakan pengumpulan data guna menentukan apakah ada hubungan
dan tingkat hubungan antara dua variabel atau lebih.
c)
Rancangan
penelitian survey
Yaitu model
penelitian yang paling banyak digunakan untuk meneliti kehidupan social dan
pendidikan. Penelitian survey mengumpulkan data seakurat mungkin guna
mendapatkan informasi mengenai keadaan dan kejadian yang terjadi dikalangan
masyarakt tersebut.
BAB VIII
PENGORGANISASIAN
RISET SDM
1.
Pengertian
pengorganisasian
Agar penelitian
berjalan dengan baik maka harus mengikuti aturan dan bagian-bagian dalam penelitian. Bagian-bagian dalam
penelitian diantaranya yaitu pengorganisasian data dan
informasi.Pengorganisasian data pada saat ini sangat diperlukan. Dengan adanya
data yang terorganisasi akan memudahkan pengguna dalam melakukan pengolahan
data yang dibutuhkan. Data yang terorganisasi juga memungkinkan pencarian data
dengan lebih cepat dibandingkan dengan data yang tidak terorganisir.
Organisasi (mengorganisasikan)
Sebuah kesatuan yang terdiri dari sekelompok orang yang bertindak secara
bersama-sama dalam rangka mencapai tujuan bersama (Burky dan Perry, 1998).
Organisasi Menurut
Stoner, Organisasi adalah suatu pola hubungan-hubungan yang melalui mana
orang-orang di bawah pengarahan manajer mengejar tujuan bersama.
Organisasi Menurut
James D. Mooney, Organisasi adalah bentuk setiap perserikatan manusia untuk
mencapai tujuan bersama.
Organisasi Menurut
Chester I. Bernard Organisasi merupakan suatu sistem aktivitas kerja sama yang
dilakukan oleh dua orang atau lebih.
“Organisasi di mana
orang-orangnya secara terus-menerus mengembangkan kapasitasnya guna menciptakan
hasil yang benar-benar mereka inginkan, di mana pola-pola berpikir baru dan
berkembang dipupuk, di mana aspirasi kelompok diberi kebebasan, dan di mana
orang-orang secara terus-menerus belajar mempelajari (learning to learn)
sesuatu secara bersama” (Peter Senge, 1990).
Fungsi dari manajemen Pengorganisasian merupakan
sebuah aktivitas penataan sumber daya manusia yang tepat dan bermanfaat bagi
manajemen, dan menghasilkan penataan dari karyawan.
Pengertian pengorganisasian menurut para ahli
:
a. Gr.Terry Pengorganisasian
adalah tindakan mengusahakan hubungan – hubungan kelakuan yang efektif antara
orang – orang, sehingga mereka dapat bekerjasama secara efisien, dan dengan
demikian memperoleh kepuasan pribadi dalam hal melaksanakan tugas –tugas
tertentu dalam kondisi likungan tertentu guna mencapai tujuan atau sasaran
tertentu.
b.
Koontz & Donnell Fungsi
pengorganisasian manajer meliputi penentuan golongan kegiatan – kegiatan yang
diperlukan untuk tujuan – tujuan perusahaan, pengelompokan kegiatan tersebut
kedalam suatu bagian yang dipimpin oleh seorang manajer serta melimpahkan
wewenang untuk melaksanakannya.
c.
Sp. Hasibuan
Pengorganisasian adalah suatu proses penentuan, pengelompokan
dan pengaturan bermacam – macam aktifitas yang diperelukan untuk mencapai
tujuan, menempatkan orang – orang pada setiap aktifitas, menyediakan alat –
alat yang diperlukan, menetapkan wewenang yang secara relatif didelegasikan
kepada setiap individu yang akan melakukan aktifitas tersebut.
Hal pokok yang perlu diperhatikan dari
pengorganisasian :
a.
Menentukan
arah dan sasaran satuan organisasi,
b.
Menganalisa
beban kerja masing-masing satuan organisasi
c.
Membuat job
description ( uraian pekerjaan )
d.
Menentukan
seseorang atau karyawan yang berdasarkan atas pertimbangan arah dan sasaran,
beban kerja, dan urian kerja dari masing-masing satuan organisasi.
Prinsip dasar koordinasi / organizing :
a.
Seseorang
yang duduk di satuan organisasi harus memiliki kompentensi , yaitu kemampuan
dan kemauan.
b.
Memiliki
karakter, yaitu sikap dan kepribadian yang sesuai dengan hal – hal pokok dalam
berorganisasi.
c.
Memiliki
talenta, yaitu bakat dan potensi yang sesuai dengan hal – hal pokok dalam
berorganisasi.
d.
Memiliki
komitmen, yaitu keikatan dan loyalitas dalam berorganisasi.
Agar karyawan dapat menjalankan prinsip dasar dengan
baik dan memiliki performa yang layak, manajemen berkewajiban mengembangkan
para pegawai. Untuk itu perlu dilakukan hal – hal sebagai berikut :
a. Untuk membentuk kompetensi, manajemen dapat
meningkatkan kemampuan lewat on the job training dan atau off the job training.
·
On the job
training adalah pelatihan di tempat kerja, bisa berupa magang atau belajar
sambil bekerja baik dengan sesama karyawan yang lebih senior maupun pada atasan
mereka.
·
Off the job
training adalah melatih kompetensi di luar tempat kerja. Pelatihan ini bersifat
teoritis seperti yang dilakukan oleh lembaga – lembaga pendidikan formal
seperti diploma, strata, maupun kursus yang dilakukan oleh organisasi yang
bersangkutan maupun lembaga lain.
Kedua komponen inilah ( kemampuan dan kemauan ) yang
dapat melihat kematangan seseorang dalam bekerja, yaitu seorang karyawan dapat
dikatakan matang dalam bekerja jika dia memiliki kemampuan yang cukup dan
semangat kerja yang tinggi.
1)
Pembentukan
karakter dapat dibentuk melalui proses pembentukan kompetensi, yang umumnya
dibentuk melalui : adanya pembaruan pengetahuan ( up date knowledge ) yang
dalam proses terus-menerus akan berubah menjadi sikap yang selanjutnya menjadi
prilaku yang selaras dengan visi dan misi yang ditetapkan oleh manajemen.
2)
Memiliki
talenta. Talenta sering diterjemahkan dengan bakat potensi. Bakat merupakan
sikap bawaan seseorang yang belum siap pakai untuk melakukan aktivitas secara
layak. Potensi merupakan bakat yang telah siap pakai karena adanya proses
pembelajaran, pelatihan, dan proses lain yang dilakukan oleh seseorang.
3)
Komitmen
adalah suatu keadaan dimana seorang pekerja atau karyawan memiliki tingkat
kelekatan (kohesif) yang tinggi pada organisasi dan manajemen. Komitmen dapat
dibentuk apabila prinsip dasar (kompetensi, karakter dan talenta) dapat dilalui
manajemen dengan baik.
2.
Pengorganisasian Dalam Riset SDM
Penyatupaduan dari laporan audit beberapa
bagian seperti:
a.
Judul
b. Abstrak
c.
Daftar isi
d.
Ringkasan
dan kesimpulan yang berguna bagi pimpinan eksekutif puncak
e.
Masalah-masalah
pokok baik itu tujuan audit, analisis maupun evaluasi
f.
Kesimpulan
dan saran
g.
Isi dari
laporan audit seperti data, fakta, pandangan, serta alasan yang merupakan dasar
kesimpulan dansaran
h.
Sumber data
i.
Lampiran
Dengan
adanya pengorganisasian riset sdm ini membantu membuat Laporan audit sehingga
dapat disusun secara sistematik, jelas ruang lingkup dan tujuannya, ringkas,
menyajikan semua fakta secara lengkap dan tidak memihak serta temuan dan
kesimpulan secara objektif sehingga dapat meninjau kembali fakta dan menilai
laporan.
3. Data
Data
(dalam kebiasaan bahasa Indonesia tidak dibedakan apakah jamak atau tunggal)
berasal dari bahasa latin. Dalam bahasa latin data dibedakan antara datum dan
data. Datum untuk yang tunggal, sementara data untuk yang jamak.
4. Informasi
Secara
umum informasi dapat didenifisikan sebagai data yang sudah diolah menjadi suatu
bentuk lain yang lebih berguna yaitu pengetahuan atau keterangan yang ditujukan
bagi penerima dalam pengambilan keputusan, baik masa sekarang atau yang akan
datang.
Data
yang telah diletakkan dalam konteks yang lebih berarti dan berguna yang
dikomunikasikan kepada penerima untuk digunakan di dalam pembuatan
keputusan disebut informasi (Suyanto,
2000:6).
Menurut
Gordon B. Davis, informasi adalah data yang telah diolah menjadi suatu bentuk
yang penting bagi si penerima dan mempunyai nilai yang nyata yang dapat
dirasakan dalam keputusan-keputusan yang sekarang atau keputusan-keputusan yang
akan datang.
Menurut
Davis dalam Abdul Kadir (2003:28) Informasi adalah data yang telah diolah
menjadi sebuah bentuk yang berarti bagi penerimanya dan bermanfaat bagi
pengambilan keputusan saat ini atau saat mendatang.
Informasi
merupakan kumpulan data yang diolah menjadi bentuk yang lebih berguna dan lebih
berarti bagi yang menerima (Andri Kristanto, 2003:6). Informasi adalah data
yang diolah menjadi bentuk yang lebih berguna dan lebih berarti bagi yang
menerimanya (Jogiyanto, 1990:8).
5. Jenis
Data Penelitian
Data (dalam kebiasaan
Indonesia tidak dibedakan apakah jamak atau tunggal) berasal dari bahasa latin.
Dalam bahasa latin data dibedakan antara datum dan data. Datum untuk yang
tunggal, sementara data untuk yang jamak.
Beberapa pengertian data:
1.
Menurut
Nuzulla Agustina, data adalah keterangan mengenai sesuatu hal yang sudah sering
terjadi dan berupa himpunan fakta, angka, grafik, tabel, gambar, lambang, kata,
huruf-huruf yang menyatakan sesuatu pemikiran, objek, serta kondisi dan
situasi.
2.
Menurut
Arikunto (2002), data merupakan segala fakta dan angka yang dapat dijadikan
bahan untuk menyusun suatu informasi, sedangkan informasi adalah hasil
pengolahan data yang dipakai untuk suatu keperluan.
3.
Menurut
Slamet Riyadi, data adalah kumpulan informasi yang diperoleh dari hasil suatu
pengamatan di mana data dapat berupa angka atau lambang.
4.
Menurut
Anhar, data adalah kenyataan yang menggambarkan suatu kejadian dan merupakan
kesatuan nyata yang nantinya akan digunakan sebagai bahan dasar suatu
informasi.
5.
Menurut
Haer Talib, data adalah sekumpulan fakta dan sebuah fakta tak lain adalah
sebuah kenyataan atau kejadian.
6.
Menurut
Kuswadi dan E. Mutiara, data adalah kumpulan informasi yang diperoleh dari
suatu pengamatan, dapat berupa angka, lambang, atau sifat.
7.
Menurut
Lia Kuswayatno, data adalah kumpulan kejadian atau peristiwa yang terjadi di
dunia nyata yang berupa angka-angka, huruf-huruf, simbol-simbol khusus, atau
gabungan dari semuanya.
8.
Menurut
H. J. Sriyanto, data adalah suatu keterangan atau informasi tentang objek
penelitian.
9.
Menurut
Wahyu Supriyanto dan Ahmad Muhsin, data adalah bahan baku dalam sebuah
informasi, atau kelompok teratur simbol-simbol yang mewakili kuantitas, fakta,
tindakan, benda, dan sebagainya.
10.
Menurut
Zulkifli A. M., data adalah keterangan atay bukti mengenai suatu kenyataan yang
masih mentah, masih berdiri sendiri-sendiri, belum diorganisasikan, dan belum
diolah.
Secara umum, penelitian
diartikan sebagain suatu proses pengumpulan dan analisis data yang dilakukan
secara sistematis dan logis untuk mencapai tujuan – tujuan tertentu.
Penelitian merupakan
upaya untuk mengembangkan pengetahuan, mengembangkan dan menguji teori.
McMillan dan Schumacher mengutip pendapat Walberg (1986) ada lima langkah
pengetahuan melalui penelitian, yaitu :
1.
Mengidentifikasi
masalah penelitian
2.
Melakukan
studi empiris
3.
Melakukan
replikasi atau pengulangan
4.
Menyatukan
(sintesis) dan mereview
5.
Menggunakan
dan mengevaluasi oleh pelaksanaan
Menurut Gordon B.
Davis, informasi adalah data yang telah diolah menjadi suatu bentuk yang
penting bagi si penerima dan mempunyai nilai yang nyata yang dapat dirasakan
dalam keputusan-keputusan yang sekarang atau keputusan-keputusan yang akan
datang.
Penulis lain, Burch dan
Strater, menyatakan: informasi adalah pengumpulan atau pengolahan data untuk
memberikan pengetahuan atau keterangan.
Sedangkan George R.
Terry, Ph. D. menyatakan bahwa informasi adalah data ya ng penting yang memberikan pengetahuan
yang berguna.
Jadi, secara umum
informasi adalah data yang sudah diolah menjadi suatu bentuk lain yang lebih
berguna yaitu pengetahuan atau keterangan yang ditujukan bagi penerima dalam
pengambilan keputusan, baik masa sekarang atau yang akan datang.
Untuk memperoleh
informasi yang berguna, tindakan yang pertama adalah mengumpulkan data,
kemudian mengolahnya sehingga menjadi informasi. Dari data-data tersebut
informasi yang didapatkan lebih terarah dan penting karena telah dilalui
berbagai tahap dalam pengolahannya diantaranya yaitu pengumpulan data, data apa
yang terkumpul dan menemukan informasi yang diperlukan.
sebagian ahli
menyarankan suatu perbedaan antara data dan informasi, yaitu:
1.
Data
dapat diartikan suatu kenyataa (fakta) yang telah diorganisasikan, tetapi belum
diberi penafsiran dan belum di proyeksikan ke waktu yang akan datang.
2.
Informasi
merupakan data yang telah di proyeksikan ke waktu yang akan datang.
Jika penelti telah
mengenal perbedaan antara data dan bukan data, maka pertama – tama secara garis
besar, peneliti akan mengenal berbagai macam data, yaitu:
·
Jenis
data menurut perolehannya
ü
Data
primer
ü
Data
sekunder
·
Macam-macaam
data berdasarkan sumber data
ü
Data
internal
ü
Data
eksternal
·
Klasifikasi
data berdasarkan jenis datanya
ü
Data
kuantutatif
ü
Data
kualitatif
·
Pembagian
jenis data berdasarkan sifat data
ü
data
diskrit
ü
data
kontinyu
·
Jenis-jenis
data menurut waktu pengumpulannya
ü
Data
cross section
ü
Data
time series/berkala
6.
Pola Klasifikasi
Jika bemacam-macam data
dan informasi sudah terkumpul sebagian atau seluruhnya, maka peneliti harus
bersiap-siap untuk menyusun pola organisasi karya tulis ilmiah. Pola organisasi
kartya tulis adalah suatu bentuk, model, atau gaya penulisan. Dengan singkat
dapat dikatakan bahwa pola organisasi karya tilis itu adalah desain tulisan.
Sedikitnya ada dua kelompok pola organisasi karya tulis.
a.
Pola
naratif versus pola deskriftif
ü
Pola
naratif atau pola kronologis atau pola vertikal, pola ini adalah pola karya tulis
yang didasarkan pada susunan dan keteraturan waktu. Unsur waktu dalam tulisan
adalah implisit.
ü
Pola
deskriptif atau pola spasial atau pola horisontal, pola ini menunjukkan bahwa
unsur tempat (ruang) memegang peranan sebagai dimensi utama. Tulisan yang menggunakan
pola deskriptif akan bergerak dari suatu tempat ke tempat lainnya, dari suatu
kategori ke kategori ke ketegori lainnya.
b.
Pola
impresionistis versus pola objektif
ü
Pola
impresionistis, merupakan pendekatan
yang subjektif, suatu pendekatan yang tergantung pada jalan pikiran penulisnya
sendiri. Pola ini tidak melukiskan apa yang dilihat, dirasakan, atau didengar,
tetapi gaungnya yang muncul dari penangkapan idrawi.
ü
Pola
objektif, merupakan ola tang mengutamakan pemikiran rasional melalui metode berpikir
tertentu. Dalam pola objektif peneliti akan menemukan organisasi tulisan yang
disusun berdasarkan pembagian logis dari pokok karya tulis ilmiah.
Para peniliti umumnya
berharap, bukan saja dapat menghimpun data dan informasi yang relefan dan
bermutu, tetapi juga diberikan kemampuan umtuk dapat mengklasifikasikannya
dengan baik sehingga mudah untuk dibaca, mempelajari, menganalisis dan
menafsirkannya. Harapan tersebut bukan hanya harapan peneliti tetapi juga para
pembacanya.
Hal-hal berikut yang perlu diingat
oleh peneliti:
1.
Bahwa
pengklasifikasian data dan informasi dapat membantu menyederhanakan jenis
masalah, sehingga peneliti dapat menggambarkannya dalam peta atau anatomi
pemasalahan yang dapat membawa dirinya keluar dari hutan rimba dan informasi yang
terurai dengan tidak teratur.
2.
Bahwa
pengklasifikasian data dan informasi yang dilakukan oleh seorang peneliti akan
menyebabkan para pembacanya merasa lebih mendapatkan pengertian yang menyeluruh
dan dapat difahami dengan cara mengemukakan bahwa peristiwa-peristiwa tertentu
itu sama dengan, atau berbeda dengan peristiwa lainnya.
3.
Bahwa
cara seperti itu memungkinkan pembacanya mengadakan perbandingan dan
mempertentangkan pengalaman peneliti dengan pendapatnya dan karena itu mampu
membangun peta mental yang teratur mengenai kenyataan-kenyataan yang akhirnya
menolong mereka dalam menghadapi kenyataan hidup.
7.
Struktur Sistem
Struktur sistem
klasifikasi dalam ilmu pengetahuan manapun merupakan bagian integral dari ilmu
pengetahuan. Konsep struktur mengacu pada sistem klasifikasi yaitu:
1.
Tipe
atau jenis kategori
2.
Hubungan
yang muncul di antara kategori-kategori itu.
Jenis struktur yang
terkenal dalam peneliti adalah sebagai berikut:
a.
Kuantitas
dimensi
Dimensi
(atau variabel) merupakan aspek kehidupan yang membawa kita pada fokus
klasifikasi. Jadi, dimensi–dimensi itu mungkin dalam bentuk umur, gender,
intelegensi, sikap terhadap pemerintah, sikap terhadap korupsi.
b.
Pola
dimensi
Pola
hubungan di antara variabel-variabel dalam sistem klasifikasi mungkin
berbeda-beda.
Dari sistem klasifikasi
diatas bahwa dimensi-dimensi dan kategori-kategori di dalamnya dapat dibangun
atas berbagai tahapan penelitian. Hal itu di pengruhi oleh dua hal:
a.
Sejauh
mana kecermatan ramalan peneliti mengenai jenis dimensi dan kategori terbaik yang
dapat membantudalam menjawab pertanyaan penelitian
b.
Ketika
proses proyek penelitian itu sedang di laksanakan, apakah muncul
pertanyaan-pertanyaan baru?
Jika peneliti membuat
kategorisasi sebelum menghimpun data dari lapangan, maka peneliti sedikit banyak
akan terarah pada satu tema dan sasaran yang terlebih dahulu direncanakan.
Sebaliknya, jika
peneliti membuat kategorisasi sesudah data terhimpun, maka peneliti akan
mendapat gambaran yang lebih nyata dan lebih tepat.
8.
Ketepatan dan Kejelasan
Salah satu masalah
penting dalam pengklasifikasian yang dapat mengurangi kepercayaan atas hasil
kajian adalah ketidaktepatandan ketidakjelasan definisi kategori-kategori
variabel. Biasanya ada dua buah keadaan yang menyebabkan masalah itu terjadi:
1.
Ketika
para responden mengisi angket atau menjawab pertanyaan wawancara.
2.
Ketidakjelasan
dan ketidakkomunikatifan angket, baik pernyataan maupun opsi yang diajukan,
menyebabkan para responden menjadi “bingung” atau mengisinya asal-asalan.
3.
Gambling
yang dilakukan oleh responden sungguh merugikan peneliti. Jika terjadi seperti
ini bisa jadi peneliti akan kehilanggan raport selama atau sesudah penelitian.
4.
Ketika
peneliti berusaha untuk mengklasifikasikan isi naratif orang-orang dalam bantuk
kesaksian, surat, jawaban tertulis atas pertanyaan esai, tanggapan wawancara
dan sebagainya. Peristiwa ini serngkali terjadi jika peneliti menggunakan
pertanyaan naratif yang mendapat jawaban naratif juga.
Masalah yang mucul
karena adanya pola pengklasifikasian dapat di atasi dengan sejumlah metode:
1.
Mendefinisikan
kembali kelas-kelas yang telah di tetapkan. Penilaian ini berkaitan dengan
konsistensi penilaian suksesif dari keputusan-keputusan dari penyusun kode.
2.
Tambahkan
contoh-contoh ilustratif kepada definisi-definisi tersebut, dan latihlah kembali
para pembuat kode itu. Metode ini berkaitan dengan reliabilitas antar penilai
(interrater reliability).
9.
Penafsiran
Salah satu tujuan
pengorganisasian data dalam rangkaian penyajian penulisan karya tulis ilmiah
adalah agar peneliti memperoleh kemudahan untuk menafsirkan data yang telah
terhimpun dalam sistematika tertentu, hingga akhirnya dapat memberi makna
(meanings) dari prespektif penelitian tersebut.
Ilmu tafsir sebagai
ilmu yang menjelaskan makna sesuatu sesuai dengan petunjuk yang lahir dalam batas-batas
kemampuan manusia, maka ketika peneliti menafsirkan data yang telah
diorganisasikan sebenarnya peneliti pada saat itu, sedang:
a.
Menjelaskan
atau mengemukakan makna dan signifikasi mengenai data yang terorganisasi
b.
Memahami
data yang teorganisasi berdasarkan atau sesuai dengan keyakinan, penilaian,
atau minat peneliti.
Kemampuan untuk
membangun penafsiran merupakan kemampuan istimewa yang dapat dikemukakan
melalui suatu interaksi antara peniliti dan subjek penelitiannya. Justru
terhadap sifat hubungan interaksi antara peneliti dan subjek penelitian
merupakan suatu ancaman dimana peneliti hanya mengedepankan kerangka acuan
berfikirnya sendiri sembari menafsirkan segala pandangan subjek penelitian.
BAB
IX
AKTUASI
RISET SDM
1. Definisi
dan Pengertian
Aktuasi
adalah kata lain dari direction (bimbingan) dan merupakan fungi manajemen yang
tidak dapat dilepaskan dari beberapa fungsi manajemen lainnya,serta saling
berhubungan erat.
Perencanaan
dan pengorganisasian tidak dapat disangkal memang merupakan fungsi yang penting
dalam kegiatan manajemen, namun tanpa adanya aktuasi, hasil nyata dari kegiatan
kedua fungsi tadi tidak akan pernah terwujud. Aktuasi sebagai “gerak pelaksaan”
merupakan fungsi dan tindak lanjut yang sangat penting dalam proses manajemen.
Dalam
penerapannya, konsep aktuasi selain dikenal dengan direction, juga dikenal
dalam beberapa istilah lain misalnya, motivating dan influensing. Istilah-
istilah lain ini pada dasarnya memberi pengertian yang hampir sama, sehingga
definisi dari tiap-tiap konsep sulit untuk dibedakan secara tegas dan jelas.
Aktuasi, direction,motivating, dan influencing disepakati untuk mempunyai
pengertian yang sama yaitu “gerak pelaksaan yang diarahkan untuk mewujudkan
tujuan organisasi.”
Jadi,
actuating artinya menggerakkan orang-orang agar mau bekerja dengan sendirinya
atau dengan kesadaran secara bersama-sama untuk mencapai tujuan yang
dikehendaki secara efektif.
A.
Aktuasi dan tantangannya
Pada dasarnya ruang lingkup
pelaksanaan fungsi aktuasi berpusat pada pengelolaan sumber daya manusia.
Tujuan utama dilakukannya aktuasi adalah untuk terciptanya. kerjasama yang
lebih efisien, berkembangnya kemampuan, dan keterampilan anggota serta timbulnya
perasaan untuk menyukai pekerjaan yang dilakukan. Semua ini ditentukan dan
sangat tergantung pada kemampuan dari para menajer. Para manajer harus
menunjukkan, dalam tingkah laku maupun melalui keputusan-keputusan yang
ditetapkan, bahwa mereka memberi perhatian yang besar terhadap anggotannya.
Selain memperhatikan kepentingan
anggotanya manajer dituntut mampu menumbuhkan kepercayaan dan keyakinan para
anggota, menciptakan dan memelihara suasana serta lingkungan kerja yang
memuaskan dan menyadarkan para anggota mengenai pentingnya peranan mereka
masing-masing dalam usaha mencapai tujuan.
B.
Aktuasi dan pendekatan sumber daya
manusia
Sumber daya manusia merupakan modal
dasar suatu perusahaan karena melalui manusia-manusia, inilah sumber daya
lainnya dapat dikelola dan dikembangkan. Akibatnya keberhasilan pelaksanaan
fungsi aktuasi dalam suatu erusahaan akan diukur dari berkembang atau tidaknya
sumber daya manusia yang berada dalam perusahaan tersebut.
C.
Aktuasi dan ilmu perilaku
“Bagaimanakah cara mengembangkan
sumber daya manusia dalam suatu perusahaan”? Atau lebih tepatnya “bagaimanakah
cara melaksanakan fungsi aktuasi yang berhasil”? Untuk menjawab pertanyaan ini,
hal pertama yang harus diingat adalah pada perinsipnya pelaksanaan fungsi
aktuasi di dasakan pada hubungan antar manusia. Aktuasi adalah proses ( dalam
kelompok yang sama ) kearah pencapaian tujuan yang sama. Dengan demikian, untuk
melaksanakan fungsi aktuasi dengan baik sangat dibutuhkan pengetahuan dan
pemahaman mengenai tingkah laku manusia, karena tanpa mengerti ilmu perilaku,
sulit untuk dapat mengarahkan orang-orang ke dalam satu tujuan yang sama.
Perlu pula diperhatikan proses
pelaksanaan fungi aktuasi. Sebagai suatu proses, aktuasi dimulai dari diri
sendiri. Dalam diri seorang manajer selayaknya tertanam tekad untuk mencapai
kemajuan dan kemampuan untuk bekerja sama secara harmonis dengan orang-orang
lain. Tanpa adanya tekad dan kemampuan ini sulitlah diharapkan terjadinya
aktuasi terhadap orang-orang lain.
Hal lain yang penting untuk
diperhatikan adalah objektivitas. Untuk terlaksanya fungsi aktuasi yang baik
manajer dituntut untuk bersikap objektif . Manajer selayaknya mengevaluasi
tindakan, kegiatan, ataupun reaksi anggota perusahaannya berdasarkan hasil-hasil
pengamatan.
Seorang manajer tidak dapat
menyamaratkan karakter satu individu dengan lainnya. Sebaliknya, ia dituntut
untuk mengenal dan , mengerti tiap-tiap karakter sebagaimana adanya.
Proposi yang ada dalam teori perilaku
pada prinsipnya didasarkan atas generalisasi mengenai sifat-sifat manusia.
Walaupun diakui bahwa manusia pada hakikatnya mempunyai sifat-sifat yang
berbeda, tetapi dapat ditarik beberapa persamaan yang secara umum.
Persamaan-persamaan itu adalah :
a. Tingkah laku manusia dapat dimengerti
terutama dengan memperhatikan faktorfaktor kebiasaan dan emosi.
b. Perasaan bahwa seorang merupakan tokoh
penting serta keterikatanya dengan suatu kelompok yang di akui merupakan
pendorong yang ampuh untuk banyak orang.
c. Apabila dirasakan perlu, orang-orang
akan mengharuskan penghargaan atas selesainya pekerjaan mereka.
d. Para perkerja akan mempergunakan
kemampuan terbaik mereka dan pada dasarnya merupakan pendorong untuk
menyelesaikan pekerjaan yang di tugaskan.
e. Para pekerja umumnya terdorong untuk
melaksanakan hal-hal yang dapat membuat mereka bangga.
f. Para pekerja lebih memilih dan
mengikuti atasan yang mereka hormati dan percayai.
g. Para perkerja umumnya tidak suka di
keritik ataupun ditegur di depan umum, mereka tidak ingin kehilangan muka.
h. Perubahan ataupun gagasan-gagasan baru
biasanya akan lebih mudah diterima apabila orang-orang telah disiapkan
sebelumnya perubahan yang dilakukan secara mendadak sebaiknya dihindari.
i. Bila pekerjaan melakukan suatu
kesalahan dalam tugasnya, mereka mengharapkan untuk ditegur dan sekaligus
diberitahukan cara-cara untuk melakukan secara benar.
j. Kebanyakan pekerja mengharapkan adanya
tindakan yang tepat dan tegas apabila terjadi pelanggaran/ penyimpangan, dan
mereka tidak menyukai atasan yang kurang tegas. Disamping sifat-sifat dari
manusia sebagai individu, sifat kelompok sangat diperlukan untuk berhasilnya
pelaksanaan fungsi aktuasi.
Sifat-sifat itu adalah:
a.
Tujuan
yang mendasari pembentukan kelompok akan mempengaruhi tindakantindakan dari
kelompok yang bersangkutan.
b.
Tingkah
laku kelompok cenderung untuk lebih emosional dan tidak rasional dibandingkan
dengan tingkah laku individu.
c.
Beberapa
kelompok mempunyai keterlibatan yang rendah, anggota-anggotanya keluar masuk
silih berganti. Ada pula beberapa kelompok yang mempunyai keterkaitan yang
sangat erat dan mendapatkan dukungan dan berkesinambungan dari
anggotaanggotanya.
d.
kelompok
yang mempunyai keterikatan kuat lebih memaksakan adanya pandangan yang tidak
digariskan oleh kelompok, disbanding dengan kelompok-kelompok yang keterikatannya
kurang kuat.
e.
Bila
terjadi perbedaan pendapat dalam suatu kelompok hanya aka nada sedikit orang
yang bersikeras untuk mempertahankan pada pihak yang “setuju” dan “tidak
setuju”.
f.
Penentang
atau pembangkang dalam kelompok yang mempuntai keterikatan kuat akhirnya akan
dikucilkan demi kelompok tersebut. Apabila usaha mengubahnya agar tidak
membangkang mengalami kegagalan, maka akhirnya penentang akan dikeluarkan.
g.
Secara
umum, anggota-anggota kelompok berusaha untuk mempengaruhi anggotaanggota lainnya,
merupakan orang yang paling mudah menerima pandanganpandangan dari orang lain
Sifat
manusia sebagai individu, dalam generasi mengenai sifat dan tingkah laku banyak
terdapat pengecualian. Hal yang dimaksudkan menjadi tau bila bertujuan untuk
mempengaruhi satu kelompok atau lebih efektif apabila langsung menghadapi
kelompok sebagai satu unit dan tidak mencoba mempengaruhi komponen-komponen
kelompok atau melalui anggota kelompok satu persatu. Ini dapat terjadi karena,
misalnya, perubahan pada pandangan anggota kelompok helm tentu mampu mengubah
pandangan kelompok secara keseluruhan.
Demikianlah,
berdasarkan proposi dan generasi dari ilmu perilaku, nampak bahwa keberhasilan
pelaksanaan fungsi aktuasi akan semakin mudah.
D.
Aktuasi Sebagai Proses Pertumbuhan
Motivasi
Pemahaman dan pengetahuan atas
proposi-proposi ilmu perilaku merupakan dasar atau prasyarat untuk berhasilnya
pelaksanaan fungsi aktuasi. Seorang manajer dapat menentukan secara tepat
tindakan, karena semuanya butuh proses untuk semua anggota. Tetapi dalam
pelaksanaannya seorang manajer terkadang tidak berhasil mewujudkan tujuan
diharapkan, kendatipun ia telah melakukan tindakan ataupun melakukan cara-cara
dianggapnya paling cepat.Atau dengan kata lain, walaupun manajer tersebut telah
memahami hakikat manusia baik sebagai individu maupun sebagai kelompok, ia
tetap tidak mampu menggerakkan anggotanya untuk bekerja keras sesuai dengan apa
yang diharapkan.
2. Pengertian
Aktuasi Menurut Para Ahli
·
G.R.
Terry
Pengarahan adalah membuat semua anggota
kelompok, agar mau bekerjasama dan bekerja secara ikhlas serta bergairah untuk
mencapai tujuan sesuai dengan perencanaan dan usaha pengorganisasian.
·
Koontz
dan O’Donnel
Pengarahan
adalah hubungan antara aspek-aspek individual yang ditimbulkan oleh adanya
pengaturan terhadap bawahan-bawahan untuk dapat dipahami dan pembagian
pekerjaan yang efektif untuk tujuan perusahaan yang nyata. Jadi pengarahan
adalah kegiatan yang dilakukan oleh pimpinan untuk membimbing, menggerakan,
mengatur segala kegiatan yang telah diberi tugas dalam melaksanakan sesuatu
kegiatan usaha. Pengarahan ini dapat dilakukan dengan cara persuasif atau
bujukan dan instrufi, tergantung cara mana yang paling efektif.
Pengarahan disebut efektif, jika
dipersiapkan dan dikerjakan dengan baik serta benar oleh karyawan yang ditugasi
untuk itu.
·
Prof.
Dr. Mr. S. Prajudi Atmosudirdjo
Penggerakan
adalah pengaktifan dari pada orang-orang sesuai dengan rencana-rencana dan pola
organisasi yang telah ditetapkan.
·
Prof.
Dr. H. Arif in Abdulrachman
Penggerakan
adalah kegiatan manajemen untuk membuat orangorang lain suka dan dapat bekerja.
·
Prof.
Dr. Sondang P. Siagian, M.P.A.
Penggerakan
adalah keseluruhan proses pemberian motif bekerja kepada para bawahan
sedemikian rupa, sehingga mereka mau bekerja dengan ikhlas demi tercapainya
tujuan organisasi dengan efisiensi dan ekonomis.
Fungsi
aktuasi yaitu untuk menggerakkan dan mengarahkan pelaksanan program. Aktuasi
lebih memusatkan perhatian pada pengelolaan sumber daya manusia. Oleh karena
itu, fungsi aktuasi lebih menekankan pada manajer dalam mengarahkan dan
menggerakkan semua sumber daya (manusia dan yang bukan manusia) untuk mencapai
tujuan yang telah disepakati. pergerakan dalam suatu organisasi adalah usaha
untuk tindakan dari pimpinan dalam rangka menimbulkan kemauan dan membuat staf
mengerti dalam menjalankan tugasnya sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan
sebelumnya. Untuk menggerakkan dan mengarahkan sumber daya manusia dalam
organisasi, peranan kepemimpinan (leadership), motivasi staf, kerja sama dan
komunikasi antar staf merupakan hal pokok yang perlu mendapat perhatian para
manajer organisasi.
3. Fungsi
Riset SDM
Fungsi
audit secara umum dapat dikategorikan ke dalam tiga bidang utama yaitu :
·
Policy
audit/manajemen audit atau penilaian yang dilaksanakan secara sistematis dan
independen, berorientasi ke masa depan terhadap : keputusan dan kebijakan yang
dilakukan oleh manajemen yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas SDM melalui
perbaikan pelaksanaan fungsi manjemen, pencapaian rencana yang sudah
ditetapkan, serta pencapaian social objective.
·
Performance/operasional
audit, merupakan suatu kegiatan penilaian yang sistematis, dilaksanakan secara
objektive dan independen berorientasi atas masa depan untuk semua kegiatan yang
ada dalam suatu perubahan yang utamanya dalam bidang SDM.
·
Financial
audit, yang mempunyai orientasi pengujian / penilaian secara independen dan
objektif atas tingkat kewajaran dan kecermatan serta data keuangan untuk
memberikan perlindungan keamanan asset perusahaan dengan melakukan evaluasi
kelayakan internal control yang di tetapkan. Audit ini sendiri dapat dilakukan
dalam beberapa situasi, di antaranya :
1.
ketika
dirasa perlu oleh manjemen puncak
2.
Ketika
suatu kekuatan ekternal yang memaksa untuk dilakukan suatu tinjauan
3.
Ketika
seorang manajer baru yang merasa bertanggung jawab atas departemen SDM
4.
Ketika
suatu perusahaan yang signifikan dalam suatu dunia usaha yang memaksa untuk
melakukan considerasi ulang manajemen SDM.
5.
Ketika
zsuatu keinginan spesialist SDM untuk meningkatkan praktik dan sistem SDM
organisasi.
4.
Fungsi dan Tujuan Pelaksanaan
(Actuating)
Fungsi pelaksanaan menurut Nawawi, 2000 dalam Anggowo,2013 adalah
sebagai berikut:
Fungsi Actuating lebih menekankan pada
kegiatan yang berhubungan langsungdengan orang-orang dalam organisasi.
Perencanaan dan pengorganisasian yang baikkurang berarti bila tidak diikuti
dengan penggerakan seluruh potensi sumber dayamanusia dan non-manusia pada pelaksanaan
tugas. Semua sumber daya manusia yangada harus dioptimalkan untuk mencapai
visi, misi dan program kerja organisasi. SetiapSDM harus bekerja sesuai dengan
tugas, fungsi, peran, keahlian, dan kompetensimasing-masing SDM untuk mencapai
visi, misi dan program kerja organisasi yangtelah ditetapkan.
Fungsi dari Pelaksanaan (actuating)
adalah sebagai berikut: (James Stoner, 1993)
1)
Mengimplementasikan
proses kepemimpinan, pembimbingan, dan pemberianmotivasi kepada tenaga kerja
agar dapat bekerja secara efektif dan efisien dalampencapaian tujuan
2)
Memberikan
tugas dan penjelasan rutin mengenai pekerjaan
3)
Menjelaskan
kebijakan yang ditetapkan
4)
Proses
implementasi program agar dapat dijalankan oleh seluruh pihak dalamorganisasi
serta proses memotivasi agar semua pihak tersebut dapat
menjalankantanggungjawabnya dengan penuh kesadaran dan produktifitas yang
tinggi.
Fungsi
aktuasi haruslah dimulai pada diri manajer selaku pimpinan organisasi.Manajer
yang ingin berhasil menggerakkan karyawannya agar bekerja lebih produktif,harus
memahami dan menerapkan ilmu psikologi, ilmu komunikasi, kepemimpinandan
sosiologi.
Seorang
manajer harus mampu bersikap yaitu objektif dalam menghadapiberbagai persoalan
organisasi melalui pengamatan, objektif dalam menghadapiperbedaan dan persamaan
karakter stafnya baik sebagai individu maupun kelompokmanusia. Manajer
mempunyai tekad untuk mencapai kemajuan, peka terhadaplingkungan dan adanya
kemampuan bekerja sama dengan orang lain secaraharmonis.(Herujito, 2003)
Dengan
kata lain, manajer harus peka dengan kodrat manusia yaitu mempunyaikekuatan dan
kelemahan, tidak mungkin akan mampu bekerja sendiri dan pasti akanmemerlukan
bantuan orang lain, manusia mempunyai kebutuhan yang bersifat pribadidan
sosial, dan pada diri manusia kadang-kadang muncul juga sifat-sifat
emosional.(Herujito, 2003)
Tujuan fungsi aktuasi,
adalah:
1)
Menciptakan
kerja sama yang lebih efisien
2)
Mengembangkan
kemampuan dan ketrampilan staf
3)
Menumbuhkan
rasa memiliki dan menyukai pekerjaan
4)
Mengusahakan
suasana lingkungan kerja yang meningkatkan motivasi danprestasi kerja staf
5)
Membuat
organisasi berkembang secara dinamis
Jadi,
yang berperan dalam pencapaian tujuan tersebut adalah pimpinan,karenadalam hal
ini pimpinan yang selalu mengusahakan suasana kerja yang meningkat,dengan diberikan
motivasi dan prestasi supaya bawahannya lebih semangat dalambekerja.
5. Prinsip
Pelaksanaan (actuating)
Pelaksanaan merupakan aspek hubungan
antar manusiawi dalam kepemimpinanyang mengikat para bawahan untuk bersedia
mengerti dan menyumbangkan tenagakerja efektif serta efesien untuk mencapai
tujuan. Fungsi pengarahan/pelaksanaan ini bersifat sangat kompleks karena
disampingmenyangkut manusia, juga menyangkut berbagai tingkah laku dari
manusia-manusiaitu sendiri. Manusia dengan berbagai tingkah laku yang
berbeda-beda, memiliki pandangan serta pola hidup yang berbeda pula. Oleh
karena itu, pengarahan yangdilakukan oleh pimpinan harus berpegang pada
beberapa prinsip, yaitu:
a.
Prinsip
mengarah pada tujuan
Tujuan pokok dari pengarahan nampak
pada prinsip yang menyatakan bahwa makinefektifnya proses pengarahan, akan
semakin besar sumbangan bawahan terhadapusaha mencapai tujuan. Pengarahan tidak
dapat berdiri sendiri,artinya dalammelaksanakan fungsi pengarahan perlu
mendapatkan dukungan/bantuan dari factor-faktor lain seperti :perencanaan,
struktur organisasi, tenaga kerja yang cukup,pengawasan yang efektif dan
kemampuan untuk meningkatkan pengetahuan sertakemampuan bawahan.
b.
Prinsip
keharmonisan dengan tujuan
Orang-orang
bekerja untuk dapat memenuhi kebutuhannya yang mungkn tidakmungkin sama dengan
tujuan perusahaan. Mereka mengkehendaki demikian denganharapan tidak terjadi
penyimpangan yang terlalu besar dan kebutuhan mereka dapatdijadikan
sebagai pelengkap serta harmonis dengan kepentingan perusahaan.Semuaini dipengaruhi
oleh motivasi masing-masing individu. Motivasi yang baikakan
mendorong orang-orang untuk memenuhi kebutuhannya dengan cara yangwajar. Sedang
kebutuhan akan terpenuhi apabila mereka dapat bekerja dengan baik,dan pada saat
itulah mereka menyumbangkan kemampuannya untuk mencapaitujuan organisasi.
c.
Prinsip
kesatuan komando
Prinsip
kesatuan komando ini sangat penting untuk menyatukan arah tujuan dantangggung
jawab para bawahan. Bilamana para bawahan hanya memiliki satu jalurdidalam
melaporkan segala kegiatannya. Dan hanya ditujukan kepada satu pimpinansaja,
maka pertentangan didalam pemberian instruksi dapat dikurangi, serta
semakinbesar tanggung jawab mereka untuk memperoleh hasil maksimal.
Menurut
Kurniawan (2009) prinsip-prinsip dalam penggerakan/ Actuating antara lain:
a)
Memperlakukan
pegawai dengan sebaik-baiknya
b)
Mendorong
pertumbuhan dan perkembangan manusia
c)
Menanamkan
pada manusia keinginan untuk melebihi
d)
Menghargai
hasil yang baik dan sempurna
e)
Mengusahakan
adanya keadilan tanpa pilih kasih
f)
Memberikan
kesempatan yang tepat dan bantuan yang cukup
g)
Memberikan
dorongan untuk mengembangkan potensi dirinya
6. Cara
Pelaksanaan (Actuating)
Cara pelaksanaan ini digunakan karena
pada umumnya pimpinan menginginkanpengarahan kepada bawahan dengan maksud agar
mereka bersedia bekerja dengansebaik mungkin, dan diharapkan tidak menyimpang
dari prinsip-prinsip di muka.Adapun cara-cara pengarahan yang dilakukan dapat
berupa:
1)
Orientasi
Merupakan cara pengarahan dengan
memberikan informasi yang perlu supayakegiatan dapat dilakukan dengan baik.
Biasanya, orientasi ini diberikan kepadapegawai baru dengan tujuan untuk
mengadakan pengenalan dan memberikan solusiatas berbagai masalah yang
dihadapinya. Pegawai lama yang pernah menjalani masaorientasi tidak selalu
ingat atau paham tentang masalah-masalah yang pernahdihadapinya. Suatu ketika
mereka bisa lupa, lalai, atau sebab-sebab lain yang membuatmereka kurang
mengerti lagi. Dengan demikian orientasi ini perlu diberikan
kepadapegawai-pegawai lama agar mereka tetap memahami akan perananya. Informasi
yangdiberikan dalam orientasi dapat berupa diantara lain, :
a.
Tugas
itu sendiri
b.
Tugas
lain yang ada hubungannya
c.
Ruang
lingkup tugas
d.
Tujuan
dari tugas
e.
Delegasi
wewenang
f.
Cara
melaporkan dan cara mengukur prestasi kerja
g.
Hubungan
antara masing-masing tenaga kerja, Dst.
2)
Perintah
Perintah
merupakan permintaan dari pimpinan kepada orang-orang yang beradadibawahnya
untuk melakukan atau mengulang suatu kegiatan tertentu pada keadaantertentu.
Jadi, perintah itu berasal dari atasan, dan ditujukan kepada para
bawahan ataudapat dikatakan bahwa arus perintah ini mengalir dari atas ke
bawah. Perintah tidakdapat diberikan kepada orang
lain yang memiliki kedudukan sejajar atau orang lainyang berada
di bagian lain. (Halomoan.2009). Adapun perintah yang dapat berupa :
a.
Prinsip
mengarah pada tujuan
Tujuan pokok dari pengarahan nampak
pada prinsip yang menyatakan bahwa makinefektifnya proses pengarahan, akan
semakin besar sumbangan bawahan terhadapusaha mencapai tujuan. Pengarahan tidak
dapat berdiri sendiri,artinya dalammelaksanakan fungsi pengarahan perlu
mendapatkan dukungan/bantuan dari faktor-faktor lain seperti :perencanaan,
struktur organisasi, tenaga kerja yang cukup,pengawasan yang efektif dan
kemampuan untuk meningkatkan pengetahuan sertakemampuan bawahan.
b.
Prinsip
keharmonisan dengan tujuan
Orang-orang bekerja untuk dapat
memenuhi kebutuhannya yang mungkn tidakmungkin sama dengan tujuan perusahaan.
Mereka mengkehendaki demikian denganharapan tidak terjadi penyimpangan
yang terlalu besar dan kebutuhan mereka dapat dijadikan sebagai
pelengkap serta harmonis dengan kepentingan perusahaan.Semua
ini dipengaruhi oleh motivasi masing-masing individu. Motivasi
yang baikakan mendorong orang-orang untuk memenuhi kebutuhannya dengan
cara yangwajar. Sedang kebutuhan akan terpenuhi apabila mereka dapat bekerja
dengan baik,dan pada saat itulah mereka menyumbangkan kemampuannya untuk
mencapai tujuan organisasi.
c.
Prinsip
kesatuan komando
Prinsip
kesatuan komando ini sangat penting untuk menyatukan arah tujuan dantangggung
jawab para bawahan. Bilamana para bawahan hanya memiliki satu jalurdidalam
melaporkan segala kegiatannya. Dan hanya ditujukan kepada satu pimpinansaja,
maka pertentangan didalam pemberian instruksi dapat dikurangi, serta semakinbesar
tanggung jawab mereka untuk memperoleh hasil maksimal.
BAB X
PENGAWASAN
RISET SDM
1. Pengertian
Pengawasan
Pengertian
Pengawasan Menurut Para Pakar, sebagai berikut :
PengertianPengawasan menurut VictorM.Situmorang dan Jusuf Juhir adalah
setiap usaha dan tindakan dalam rangka untuk mengetahui sampai dimana
pelaksanaan tugas yang dilaksanakan menurut ketentuan dan sasaran yang hendak
dicapai.
Menurut SondangP.Siagian, Pengertian
Pengawasan adalah proses pengamatan dari pelaksanaan seluruh kegiatan
organisasi untuk menjamin agar semua pekerjaan yang sedang dilakukan berjalan
sesuai dengan rencana yang telah ditentukan sebelumnya.
DjamaluddinTanjung dan Supardan mengemukakan Pengertian
Pengawasan yaitu salah satu fungsi manajemen untuk menjamin agar
pelaksanaan kerja berjalan sesuai dengan standar yang telah ditetapkan dalam
perencanaan.
Pengawasan sebagai komponen dalam proses manajemen memiliki
peran penting dalam proses pencapaian tujuan yang sudah ditetapkan. Proses ini
dilaksanakan ketika suatu program sedang dilaksanakan sampai dengan kegiatan
tersebut selesai dilaksanakan. Istilah pengawasan ini didalamnya mengandung
beberapa aktifitas, diantaranya adalah inspeksi, control dan evaluasi.
Berdasarkan dari paparan tersebut, maka sebenarnya ketika membahas tentang
pengawasan, maka secara otomatis aktifitas control juga dilakukan. Oleh karena
itu dalam pembahasan ini hanya akan dibahas pada masalah pengawasan sebagai
fungsi manajemen.
Sebelum lebih jauh membahas tentang pengawasan, maka terlebih
dahulu perlu dipaparkan tentang pengertian dari pengawasan itu sendiri :
1. Pengawasan pada hakekatnya adalah suatu aktifitas
dalam usaha mendalikan, menilai dan mengembangkan kegiatan organisasi agar
sesuai dengan rencana dan tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya.
2. Pengawasan berarti para manajer berusaha untuk
meyakinkan bahwa organisasi bergerak dalam arah atau jalur tujuan. Apabila
salah satu bagian dalam organisasi menuju arah yang salah, para manajer
berusaha untuk mencari sebabnya dan kemudian mengarahkan kembali ke jalur
tujuan yang benar.
3. Pengawasan ialah suatu proses dimana pimpinan ingin
mengetahui apakah hasil pelaksanaan pekerjaan yang dilakukan oleh bawahannya
sesuai dengan rencana, perintah, tujuan, atau kebijaksanaan yang telah
ditentukan.
4. pengawasan (controlling) merupakan suatu kegiatan
untuk mencocokkan apakah kegiatan operasional (actuating) di lapangan sesuai
dengan rencana (planning) yang telah ditetapkan dalam mencapai tujuan (goal)
dari organisasi.
5. Pengawasan dapat diartikan sebagai proses kegiatan
monitoring untuk meyakinkan bahwa semua kegiatan organisasi terlaksana seperti
yang direncanakan dan sekaligus juga merupakan kegiatan untuk mengoreksi dan
memperbaiki bila ditemukan adanya penyimpangan yang akan mengganggu pencapaian
tujuan.
Berdasarkan dari paparan tersebut diatas tentunya dapat disimpulkan
bahwa pengawasan mengandung komponen; suatu aktifitas yang dilakukan dengan
melihat-mengecek-menilai-mengoreksi-mencocokkan kegiatan yang dilaksanakan
dengan perencanaan yang sudah ditetapkan dan melakukan perbaikan apabila
pekerjaan yang dilakukan tidak sesuai dengan rencana. Dengan demikian yang
menjadi obyek dari kegiatan pengawasan adalah mengenai kesalahan, penyimpangan,
cacat dan hal-hal yang bersifat negatif seperti adanya kecurangan, pelanggaran
dan korupsi, untuk kemudian dilakukan perbaikan-perbaikan.
2. Tujuan Pengawasan
Pada
dasarnya tujuan pengawasan secara tidak langsung dapat dicermati dari batasan
pengertian pengawasan tersebut, yakni suatu upaya melakukan perbaikan-perbaikan
terhadap pelaksanaan pekerjaan yang tidak sesuai dengan ketentuan yang
ditetapkan guna mencapai tujuan yang diinginkan. Namun secara rinci tentang
tujuan dari kegiatan pengawasan dalam sebuah manajemen adalah agar ;
1.
Pelaksanaan tugas sesuai dengan ketentuan, prosedur dan
perintah yang telah ditetapkan.
2.
Hasil yang dicapai sesuai dengan tujuan yang ditetapkan.
3.
Sarana yang ada dapat didayagunakan secara efektif dan
efisien.
4.
Diketahui kelemahan dan kesulitan organisasi untuk dicari
jalan perbaikannya.
Berdasarkan maksud tujuan dari dilaksanakannya pengawasan tersebut
diharapkan dapat mencapai target tentang adanya kepastian terhadap kualitas dan
kuantitas pekerjaan, meminimalisir pemborosan bahan, tenaga, biaya dan pikiran
sehingga dapat diketahui perkembangan dari tiap-tiap taraf dan langkah-langkah
kegiatan serta dapat diketahui pula ada atau tidaknya perubahan dan perlu atau
tidaknya perbaikan, penyesuaian rencana, bimbingan, pengarahan dan system yang
diterapkan.
3. Prinsip
Pengawasan
Prinsip pengawasan dalam sebuah organisasi terhadap suatu
pekerjaan dalam mencapai tujuan yang ditetapkan sebenarnya adalah dalam rangka
untuk melakukan perbaikan-perbaikan demi tercapainya suatu tujuan. Masalah yang
dihadapi dalam melaksanakan pengawasan dalam suatu organisasi adalah bagaimana
mengubah pola pikir yang bersifat otokratif dan korektif menjadi konstruktif
dan kreatif. Suatu sikap yang menciptakan situasi dan relasi dimana para
pekerja merasa aman dan merasa diterima sebagai subyek yang dapat berkembang
sendiri.
Pengawasan merupakan suatu aktifitas yang memungkinkan adanya
intervensi positif dalam memeriksa arah yang diambil dan mengevaluasi hasil
atau penyimpangan dari perencanaan sebelumnya, oleh karena itu pengawasan harus
bersifat komprehensif dan terbuka. terhadap berbagai hasil kinerja yang
dilakukan. Prinsip yang harus dipertimbangkan dalam memberikan pengawasan
antara lain adalah;
1. Prinsip Ilmiah, yakni kegiatan pengawasan dilaksanakan
berdasarkan data obyektif yang diperoleh dalam kenyataan pelaksanaan proses
kegiatan, menggunakan alat perekam yang akurat untuk memperoleh data seperti
angket, observasi, percakapan pribadi dan seterusnya, setiap kegiatan
pengawasan dilaksanakan secara sistematis, berencana dan kontinyu.
2. Prinsip demokratis; yakni pengawasan yang dilakukan
berdasarkan hubungan kemanusiaan yang akrab dan penuh kehangatan,
menjunjungtinggi harga diri dan martabat dan bukan berdasarkan atasan dan
bawahan, tetapi berdasarkan rasa kesejawatan.
3. Prinsip kerjasama, yakni mengembangkan usaha bersama
dengan memberi support, mendorong, menstimulasi sehingga merasa tumbuh bersama.
4. Prinsip konstruktif dan kreatif, yakni pengawasan
dilakukan dalam rangka mengembangkan potensi kreatifitas dan menciptakan
situasi kerja yang menyenangkan, bukan melalui cara-cara yang menakutkan.
4. Fungsi
Pengawasan
Proses pelaksanaan pengawasan dapat dilakukan melalui
beberapa tahapan, dimana tahap-tahap tersebut adalah merupakan rangkaian suatu
proses yang dilakukan dalam pengawasan. Proses pengawasan menurut M. Manulang
dapat dikategorikan menjadi tiga yaitu; menentukan alat pengukur (standard),
mengadakan penilaian (evaluasi) dan mengadakan tindakan perbaikan (corrective
action).
Secara rinci proses pengawasan tersebut dapat
dideskripsikan sebagai berikut:
a. Penentuan Standar
Penentuan standard dalam proses pengawasan secara tepat
memang agak sulit, akan tetapi penentuan standard terkait waktu dengan perilaku
pegawai harus dilakukan. Diantara standar yang harus ditetapkan dalam melakukan
pengawasan adalah standard waktu, yakni berapa lama waktu yang dibutuhkan dalam
menghasilkan suatu produk atau memberikan layanan jasa tertentu, standard
produktifitas, yakni jumlah produk dan layanan jasan yang dihasilkan selama
periode waktu tertentu, standard biaya, yakni berapa biaya yang dikeluarkan
untuk semua barang dan jasa, standard kualitas, yakni tingkat kemampuan yang
dikehendaki, standard tingkah laku, artinya tipe tingkah laku yang dikehendaki
terhadap pegawai dalam suatu organisasi. Lebih lanjut tentang penentuan
standard ini Amirullah Haris Budiono mengacu kepada empat sumber informasi yang
mencakup; pengamatan pribadi, laporan statistic, laporan lisan dan laporan
tertulis.
b. Evaluasi unjuk kerja
Evaluasi unjuk kerja ini dilakukan dengan melakukan
pengecekan terhadap penyimpangan berdasarkan standard yang telah ditetapkan.
Hasil dari evaluasi ini kemudian dibandingkan dengan standard yang ada, oleh
karena itu evalusai ini harus dilakukan dengan menggunakan ukuran yang akurat,
dimana instrumentnya harus disusun secara lengkap dan valid. Mengadakan
pengukuran ini harus terlebih dahulu dilakukan, karena tindakan perbaikan dapat
dilakukan berdasarkan dari hasil evaluasi yang didahului oleh kegiatan
pengukuran tersebut.
c.
Tindakan Perbaikan
Tindakan perbaikan ini dilakukan apabila, proses dan hasil kerja
teradpat penyimpangan dari standard yang ditentukan, akan tetapi apabila proses
dan hasil kerja telah sesuai dengan standard maka yang harus dilakukan adalah
peningkatan. Tindakan perbaikan terhadap penyimpangan-penyimpangan harus
dibuatkan skala prioritas dalam penanganannya.
Dalam melakukan perbaikan ada beberapa kemungkinan yang harus
dipertimbangkan, yaitu; tersedianya alokasi waktu yang memadai, rasionalisasi
tambahan pegawai dan atau peralatan, alokasi waktu yang cukup bagi manajer
untuk melakukan perbaikan manajemen dan adanya usaha extra dari semua komponen
yang ada. Apabila usaha-usaha tersebut gagal dilaksanakan, maka perlu dilakukan
penjadwalan ulang karena mungkin terdapat perubahan pada semua bidang.
5. Etika Pengawasan
Etika selalu berkaitan dengan standar baik-buruk. Hanya
perlu diingat bahwa standar ini tidak berada di ruang hampa, selamanya
berkonteks, mungkin sosial (politik, ekonomi atau kebudayaan) dengan lingkup
lokal atau nasional, atau universal (kemanusiaan). Masalah dalam konteks ini
manakala ada kekuasaan yang menentukan standar dan konteks baik buruk suatu
perilaku. Misalnya, kekuasaan menetapkan standar baik-buruk hanya berkonteks
politik dan lokal. Sementara pelaku ingin menggunakan konteks kebudayaan dan
universal.
Pembicaraan tentang etika dapat pula melalui 2 jalan, yaitu
pertama mempertanyakan keberadaan institusional, dan kedua dengan melihat
keberadaan individual pelaku profesi. Jika yang pertama bersifat makro dengan
pendekatan struktural, maka yang kedua bersifat mikro dengan memperhatikan
nilai-nilai yang mendasari perilaku seseorang.
Jalan lainnya dapat juga dilakukan dengan menitik-beratkan
kepada bekerjanya nilai-nilai atas diri seseorang. Ada yang bersifat sosial,
yaitu nilai-nilai yang diperoleh dari komunitas (sosialisasi) yang menjadi
acuan dan komunitas memiliki daya pemaksa untuk dijalankannya nilai tersebut.
Disini pelaku bersifat pasif. Selain itu ada pula nilai yang dipilih oleh
individu secara sadar di antara sekian banyak nilai yang tereksposure
kepadanya. Nilai ini dipilih dengan kesadaran, bahkan dengan sikap kefilsafatan
tertentu. Maka pelaku dapat disebut bersifat aktif. Baik etika bersifat makro
maupun mikro, ataupun nilai bersifat pasif maupun aktif, kesemuanya saling
berkaitan, yang satu akan menentukan lainnya.
Etika makro dapat dikenali dengan melakukan analisis atas
keberadaan institusi dalam interaksinya dengan institusi-institusi lainnya
sebagai bagian sistem sosial. Peran sosial dari suatu institusi bagi yang menggunakan
cara pandang struktural fungsionalisme adalah bertolak dari harapan/ekspektasi
(expectation) institusi lain yang berada dalam system sosial. Keseimbangan
terjadi manakala setiap pihak menjalankan peran yang berkesesuaian dengan
ekspektasi pihak lainnya. Pandangan mekanistis atas sistem sosial ini
mengabaikan pilihan-pilihan idealisme dari pelaku dalam institusi sosial. Jika
sistem sosial sepenuhnya mesin yang dapat direkayasa tentulah keseimbangan
dapat tercapai. Tetapi kenyataannya peran sosial adalah resultante dari peran
yang ditetapkan bagi dirinya sendiri oleh pengelola institusi dengan peran yang
menjadi ekspektasi institusiinstitusi lainnya.
Berdasarkan dari paparan tersebut tentunya seorang pengawas
dalam suatu manajemen harus bertindak secara professional dan selalu
mendasarkan diri pada etika keilmuan yang dimiliki, menjaga kedudukan, martabat
dan jabatannya di mata orang lain. Karena etika adalah pandangan , keyakinan
dan nilai akan sesuatu yang baik dan buruk, benar dan salah dan merupakan
standar kelayakan pengelolaan organisasi yang memenuhi kriteria etika.
Pengawasan harus dilakukan berdasarkan nilai personal
sebagai standar etika yang terdiri dari ; Nilai (Values) sendiri pada dasarnya merupakan
pandangan ideal yang mempengaruhi cara pandang, cara berfikir dan perilaku dari
seseorang, Nilai Personal atau Personal Values pada dasarnya merupakan cara pandang,
cara pikir, dan keyakinan yang dipegang oleh seseorangsehubungan dengan segala
kegiatan yang dilakukannya dan Nilai Personal terdiri dari nilai terminal dan
nilai instrumental. Nilai terminal pada dasarnya merupakan pandangan dan cara
berfikir seseorang yang terwujud melalui perilakunya, yang didorong oleh motif
dirinya dalam meraih sesuatu. Nilai instrumental adalah pandangan dan cara
berfikir seseorang yang berlaku untuk segala keadaan dan diterima oleh semua
pihak sebagai sesuatu yang memang harus diperhatikan dan dijalankan.
Sebagaimana yang dipaparkan oleh Hendyat Soetopo bahwa
dalam menjalankan tugasnya pengawas handaklah berpedoman etik jabatan bahwa
pengawas adalah; manusia Pancasila, pendidik, memiliki pengetahuan dan wawasan
yang mutakhir, membantu melaksanakan program pendidikan, memahami dan menguasai
masalah-masalah kependidikan, mampu memecahkan masalah demi kesuksesan
organisasinya, mampu bekerjasama dan bergaul dengan berbagai pihak, menguasai
teknik riset operasional, berusaha memelihara nama baik pengawas.
Berdasarkan dari paparan dan uraian tersebut, jelaslah
bahwa dalam rangka melaksanakan proses pengawasan, seorang pengawas harus
benar-benar memiliki kematangan pribadi dan kematangan wawasan terhadap
pekerjaan yang diawasi yang berhubungan dengan bidang personal, material, dan
operasional dalam organisasi agar mampu mengendalikan organisasi untuk berjalan
sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan untuk mencapai tujuan.
Dengan
pengawasan dapat diketahui sampai dimana penyimpangan, penyalahgunaan,
kebocoran, pemborosan, penyelewengan, dan lain-lain kendala di masa yang akan
datang. Jadi keseluruhan dari pengawasan adalah kegiatan membandingkan apa yang
sedang atau sudah dikerjakan dengan apa yang direncanakan sebelumnya, karena
itu perlu kriteria, norma, standar dan ukuran tentang hasil yang ingin dicapai.
Dari
pengertian pengawasan diatas, terdapat hubungan yang erat antara pengawasan dan
perencanaan, karena pengawasan dianggap sebagai aktivitas untuk menemukan,
mengoreksi penyimpangan-penyimpangan dalam pelaksanaan dan hasil yang dicapai
dari aktivitas-aktivitas yang direncanakan.
Dalam
hubungan ini, Harold Koontz dan Cyriel P.Donel berpendapat
bahwa perencanaan dan pengawasan merupakan dua sisi mata uang yang sama.
Dengan
demikian jelas bahwa tanpa rencana, maka pengawasan tidak mungkin dapat dilaksanakan,
karena tidak ada pedoman atau petunjuk untuk melakukan pengawasan itu. Rencana
tanpa pengawasan akan cenderung memberi peluang timbulnya
penyimpangan-penyimpangan, penyelewengan dan kebocoran tanpa ada alat untuk
mencegah, oleh karena itu diperlukan adanya pengawasan.
Pengawasan
merupakan salah satu fungsi manajemen yang sangat penting, sehingga berbagai
ahli manajemen dalam memberikan pendapatnya tentang fungsi manajemen selalu
menempatkan unsur pengawasan sebagai fungsi yang penting. Kasus-kasus yang
terjadi dalam banyak organisasi adalah tidak diselesaikannya suatu penugasan,
tidak ditepatinya waktu dalam penyelesaian suatu anggaran yang berlebihan dan
kegiatan-kegiatan lain yang menyimpang dari rencana.
Begitu
pentingnya pengawasan dalam suatu organisasi sehingga keberhasilan atau kinerja
suatu organisasi menjadi ukuran, sampai dimana pelaksanaan pengawasan terhadap
organisasi tersebut. Bahkan dalam praktek manajemen modern pengawasan tidak
dapat lagi dipisahkan dengan fungsi-fungsi manajemen lainnya.
6. Pengawasan
riset tidak terlepas dari pengawasan manajemen yang mempunyai arti sebagai :
1.
Sebuah
proses atau kegiatan yang dilakukan sesuai dengan prosedur yang ada.
2.
Proses yang
dilakukan untuk mengupayakan pekerjaan sesuai standard yang ditentukan.
Tujuan riset SDM adalah :
1. Meningkatkan kerja sama tim
2. Untuk meningkatkan subtansi SDM
terhadap perusahaan untuk menjamin yang dikerjakan adalah sesuatu yang sudah
ditetapkan
Proses riset SDM :
1. Rumusan masalah
2. Mencari literatur
3. Alternatif penggunaan metode
penelitian
4. Penggunaan berkala untuk menguji
reabilitas
5. Evaluasi
Jenis
pengawasan riset SDM:
1. Prefentif (tindakan pencegahan) adalah
kegiatan yang dilakukan untuk mengantisipasi kejadian yang tidak diinginkan
atau tidak menyimpang. Maka dari itu perlu adanya proses riset SDM.
2. Proaktif (pengobatan) dengan
menunjukkan jurnal.
Kenapa
riset harus diawasi ? karena untuk menjamin riset yang akurat dalam sumber daya
manusia, menjamin riset untuk mendukung pengambilan keputusan.
DAFTAR
PUSTAKA
Istijanto M.M, Riset Sumber Daya Manusia, PT. Gramedia Pustaka
Utama, Jakarta, 2005
Husain umar,Riset Sumber Daya Manusia
dalam Organisasi, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2004
Rivai,
Veithzal. 2006. MSDM untuk perusahaan
dari teori ke praktek, Jakarta :Raja Grafindo Persada
Siagian, Sondang P . 2007. Manajemen Sumber Daya Manusia. JAKARTA:BUMI AKSARA.
Rohardi, Ahmad. 2002. Pemahaman Praktis MSDM.
BANDUNG:MANDAR MAJU.
Handoko, T Hani. 2001.Manajemen Personalia dan SDM. Yogyakarta: BPFE.
Hasibuan, Malayu S.P. 2007. Manejemen Sumber Daya Manusia. Ed. Rev.
Jakarta: Bumi aksara.
Husein Umar. 2000. Riset
Sumber Daya Manusia Dalam Organisasi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama
Sunyoto, Danang. 2012. Manajemen
Sumber Daya Manusia,.
Yogyakarta: CAPS
bismillah
ReplyDeletekk izin copy yah.
semoga jadi ladang amal kak
Apa jenis informasi yang tidak dapat dimiliki perusahaan tanpa riset SDM? Berikan contohnya!
ReplyDeleteBantu jawab dong kak