Materi PSDM
KATA PENGANTAR
Puji syukur atas kehadiran Allah SWT karena telah memberi kelancaran pada
tugas Pengembanagan Sunber Daya Manusia dengan dosen pengajar Dr. Hj. Iriani
Ismail, Dra, MM. Dengan Mata Kuliah Pengembangan Sumber Daya Manusia. Semoga
hasil tugas kami ini dapat memberi pengetahuan baru pada saya sendiri serta
pada teman- teman yang lain. Serta dapat menjadi langkah untuk kita selalu
mencari pengetahuan yang bermanfaat.
Bangkalan, 28 Desember 2015
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ............................................................... i
DAFTAR ISI............................................................................. ii
BAB I PENGEMBANGAN SDM .............................................. 1
A.
Pengertian
PSDM ....................................................... 1
B. Tujuan PSDM ............................................................. 3
C. Ruang lingkup PSDM ................................................. 8
BAB II PENDIDIKAN .............................................................. 9
A. Pengertian Pendidikan ................................................ 9
B. Pengertian Pendidikan Menurut Para Ahli .................. 12
C. Jenis-Jenis
Pendidikan ............................................... 15
BAB III PENGEMBANGAN KARIER ....................................... 18
A.
Pengembangan
Karier ................................................ 18
B. Pengertian Pengembangan Karier .............................. 23
C. Tujuan Pengembangan Karier .................................... 24
D. Bentuk – Bentuk Pengembangan Karier ..................... 26
BAB IV MANAJEMEN DIRI .................................................... 34
A. Pengertian Manajemen Diri ......................................... 34
B. Pentingnya Manajemen Diri ........................................ 35
C. Fungsi Manajemen Diri ............................................... 37
D. Tips Menjadi Produktif ................................................ 41
BAB V PENGEMBANGAN MANAJEMEN DIRI ....................... 45
A. Pengertian Pengembangan Diri .................................. 45
B. Ruang Lingkup Pengembangan Diri ........................... 49
BAB VI ATTITUDE DALAM PSDM ......................................... 51
A. Pengertian Attitude ..................................................... 51
B. Attitude Sosial Dan Attitude Individual ....................... 51
C. Pembentukan Dan Perubahan Attitude ....................... 54
BAB VII SKILL DALAM PSDM ............................................... 58
A.
Pengertian Skill / Keahlian .......................................... 58
B. Pengertian
Menurut Para Ahli ..................................... 59
C.
Perbedaan Hardskill Dengan Softskill ......................... 61
BAB VIII MANAJEMEN BAKAT / TALENT ............................. 66
A.
Pengertian Manajemen Bakat / Talent ......................... 66
B. Tujuan Talent............................................................... 84
C. Pengembangan
Talent ................................................ 86
D.
Kelompok Talent
........................................................ 87
DAFTAR PUSTAKA ............................................................... 89
BAB I
PENGERTIAN PSDM
(Pengembangan Sumber Daya
Manusia)
A.
Pengertian
PSDM
Pengembangan
Sumber Daya Manusia (PSDM) diterjemahkan dari bahasa Inggris “Human Resources
Development (HRD).” Instilah ini dibangun dari 2 (dua) konsep yaitu
pengembangan dan Sumber daya manusia. Pengembangan adalah suatu proses aktif
untuk merubah suatu keadaan ke keadaan yang lain yang lebih baik. Apa yang
dimaksud dengan suatu keadaan mungkin berhubungan dengan manusia (pegawai) atau
pun organisasi. Naddler dan Wiggs (1986) mengatakan “Aktifitas pengembangan
tidak berkaitan dengan pekerjaan, tetapi berorientasi pada pertumbuhan, baik
personil atau pun organisasi.”
Pengembangan
sumber daya manusia berkaitan dengan tersedianya kesempatan dan pengembangan
belajar, membuat program-program training yang meliputi perencanaan,
penyenggaraan, dan evaluasi atas program-program tersebut (Armstrong, 1997:504)
Pengembangan sumber daya manusia dapat
didefinisikan sebagai seperangkat aktivitas yang sistematis dan terencana yang
dirancang dalam memfasilitasi para pegawainya dengan kecakapan yang dibutuhkan
untuk memenuhi tuntutan pekerjaan, baik pada saat ini maupun masa yang akan
datang (Harrish and Desimone, 1992:2)
Pengembangan sumber daya manusia adalah suatu
usaha yang terencana dan berkelanjutan yang dilakukan oleh organisasi
dalam meningkatkan kompetensi pegawai dan kinerja organisasi melalui
program-program pelatihan, pendidikan, dan pengembangan (Mondy and Noe,
1990:270)
Dari beberapa pengertian di atas, dapat
dikatakan bahwa pengembangan SDM adalah segala aktivitas yang dilakukan oleh
organisasi dalam memfasilitasi pegawai agar memiliki pengetahuan, keahlian,
dan/ atau sikap yang dibutuhkan dalam menangani pekerjaan saat ini atau yang
akan datang. Aktivitas yang dimaksud, tidak hanya pada aspek pendidikan
dan pelatihan saja, akan tetapi menyangkut aspek karier dan pengembangan
organisasi. Dengan kata lain,pengembangan sumber daya manusia berkaitan erat
dengan upaya meningkatkan pengetahuan, kemampuan, dan/ atau sikap anggota
organisasi serta penyediaan jalur karier yang didukung oleh fleksibilitas
organisasi dalam memcapai tujuan organisasi.
Sementara
itu, apa yang dimaksud dengan “Sumber Daya Manusia” adalah semua orang (baik
pimpinan, staff, atasan, bawahan, pegawai tetap, pegawai tidak tetap, dan
sebagainya) yang tergabung dalam organisasi yang dengan peran dan sumbangannya
masing – masing mempengaruhi tercapainya tujuan – tujuan organisasi. Kini SDM
diberi arti tidak hanya terbatas pada siapapun yang berkerja didalam
organisasi, melainkan termasuk juga orang – orang lain yang sebenarnya tidak
secara langsung terkait dengan pekerjaan sehari – hari didalam organisasi,
misal : istri – istri dan suami – suami pegawai, rekanan bisnis, atau bahkan
konsumen.
Jadi
yang dimaksud dengan PSDM adalah Proses merubah SDM yang dimiliki organisasi,
dari suatu keadaan ke keadaan yang lain yang lebih baik.
B. Tujuan PSDM
Tujuan pengembangan sumber daya manusia
menurut Martoyo (1992) adalah dapat ditingkatkannya kemampuan, keterampilan dan
sikap karyawan/anggota organisasi sehingga lebih efektif dan efisien dalam
mencapai sasaran-sasaran program ataupun tujuan organisasi.
Menurut Manullang (1980), tujuan
pengembangan pegawai sebenarnya sama dengan tujuan latihan pegawai.
Sesungguhnya tujuan latihan atau tujuan pengembangan pegawai yang efektif,
adalah untuk memperoleh tiga hal yaitu:
1.
Menambah pengetahuan
2.
Menambah ketrampilan
3.
Merubah sikap
Menurut Schuler dalam
buku yang ditulis oleh Sondang P Siagian tahun 2008 halaman 124 tujuan dari
kegiatan pengembangan SDM adalah
1.
Mengurangi dan menghilangkan kinerja yang
buruk
Dalam hal ini kegiatan
pengembangan akan meningkatkan kinerja pegawai saat ini, yag dirasakan kurang
dapat bekerja secara efektif dan ditunjukkan untuk dapat mencapai efektivitas
kerja sebagaimana yang diharapkan oleh organisasi.
2.
Meningkatkan fleksibilitas dari angkatan
kerja
Dengan semakin
banyaknya keterampilan yang dimiliki pegawai, maka akan lebih fleksibel dan
mudah untuk menyesuaikan diri dengan kemungkinan adanya perubahan yang terjadi
dilingkungan organisasi. Misalnya, bila organisasi memerlukan pegawai dengan
kualifikasi tertentu, maka organisasi tidak perlu lagi menambah pegawai yang
baru oleh karena pegawai yang dimiliki sudah cukup memenuhi syarat untuk
pekerjaan tersebut.
3.
Meningkatkan komitmen karyawan
Dengan melalui kegiatan
pengembangan, pegawai diharapkan akan memiliki persepsi yang baik tentang
organisasi yang secara tidak langsung akan meningkatkan komitmen kerja pegawai
serta dapat memotivasi mereka untuk menampilkan kinerja yang baik.
4.
Mengurangi turn over dan absensi
Bahwa dengan semakin
besarnya komitmen pegawai terhadap organisasi akan memberikan dampak terhadap
adanya pengurangan tingkat turn over absensi. Dengan demikian juga berarti
meningkatkan produktivitas organisasi.
Sedangkan manfaat dan
tujuan dari kegiatan pengembangan sumber daya manusia menurut Schuler (1992),
yaitu :
a.
Mengurangi dan menghilangkan kinerja yang
buruk
Dalam hal ini kegiatan
pengembangan akan meningkatkan kinerja pegawai saat ini, yang dirasakan kurang
dapat bekerja secara efektif dan ditujukan untuk dapat mencapai efektivitas
kerja sebagaimana yang diharapkan oleh organisasi.
b.
Meningkatkan produktivitas
Dengan mengikuti
kegiatan pengembangan berarti pegawai juga memperoleh tambahan ketrampilan dan
pengetahuan baru yang bermanfaat bagi pelaksanaan pekerjaan mereka. Dengan
semikian diharapkan juga secara tidak langsung akan meningkatkan produktivitas
kerjanya.
c.
Meningkatkan fleksibilitas dari angkatan
kerja
Dengan semakin
banyaknya ketrampilan yang dimiliki pegawai, maka akan lebih fleksibel dan
mudah untuk menyesuaikan diri dengan kemungkinan adanya perubahan yang terjadi
dilingkungan organisasi. Misalnya bila organisasi memerlukan pegawai dengan
kualifikasi tertentu, maka organisasi tidak perlu lagi menambah pegawai yang
baru, oleh Karena pegawai yang dimiliki sudah cukup memenuhi syarat untuk
pekerjaan tersebut.
d.
Meningkatkan komitmen karyawan
Dengan melalui kegiatan
pengembangan, pegawai diharapkan akan memiliki persepsi yang baik tentang
organisasi yang secara tidak langsung akan meningkatkan komitmen kerja pegawai serta
dapat memotivasi mereka untuk menampilkan kinerja yang baik.
e.
Mengurangi turn over dan absensi
Bahwa dengan semakin
besarnya komitmen pegawai terhadap organisasi akan memberikan dampak terhadap
adanya pengurangan tingkat turn over absensi. Dengan demikian juga berarti
meningkatkan produktivitas organisasi.
Manfaat dari pengembangan pegawai dapat dilihat dalam
dua sisi yaitu :
a.
Dari sisi individu pegawai yang memberi
manfaat sebagai berikut :
·
Menambah pengetahuan terutama penemuan
terakhir dalam bidang ilmu pengetahuan yang bersangkutan, misalnya
prinsip-prinsip dan filsafat manajemen yang terbaik dan terakhir.
·
Menambah dan memperbaiki keahlian dalam
bidang tertentu sekaligus memperbaiki cara-cara pelaksanaan yang lama.
·
Merubah sikap.
·
Memperbaiki atau menambah imbalan/balas
jasa yang diperoleh dari organisasi tempat bekerja.
b.
Dari sisi organisasi, pengembangan pegawai
dapat memberi manfaat sebagai berikut :
·
Menaikkan produktivitas pegawai.
·
Menurunkan biaya.
·
Mengurangi turnover pegawai
·
Kemungkinan memperoleh keuntungan yang
lebih besar, karena direalisirnya ketiga manfaat tersebut terlebih dahulu.
Sebagai contoh, sekelompok pegawai dilatih dalam hal keterampilan mengoperasikan komputer. Jika program PSDM yang berupa pelatihan ini telah diselesai diadakan, maka sekelompok pegawai ini diharapkan telah mampu mengoperasikan komputer. Sekelompok pegawai dengan keterampilan ini yang disebut dengan “Output” PSDM. Bila “Output” ini telah kembali ketempat kerja masing – masing dan mereka terbukti memberi sumbangan yang berarti bagi organisasi, misalnya urusan pengelolaan informasi menjadi lebih effektif dan effisien, maka manfaat ini disebut sebagai “Outcome” PSDM.
C. Ruang Lingkup PSDM
Ruang
lingkup PSDM meliputi semua aspek dan kegiatan yang berhubungan dengan
peningkatan kualitas SDM, baik yang berhubungan dengan kegiatan kediklatan
maupun non – kediklatan. Berikut ini adalah ruang lingkup PSDM :
1.
Analisis Kinerja;
2.
Analisis Kebutuhan Diklat;
3.
Perancangan dan
Implementasi Diklat;
4.
Evaluasi Diklat;
5.
Manajemen Personalia
Diklat;
|
6.
Manajemen Anggaran;
7.
Perangkat Hukum;
8.
Manajemen Informasi; dan
9.
Manajemen Fasilitas.
|
BAB II
PENDIDIKAN
A. Pengertian
Pendidikan
Pengertian pendidikan menjadi hal yang sebaiknya kita
juga perlu ketahui untuk menambah wawasan kita terhadal hal yang selalu
berkaitan dengan kehidupan kita sehari – hari, karena kita selalu melewati
proses pendidikan maka oleh sebab itulah kita sebagai pelaku harus paham juga
apa pengertian pendidikan itu sendiri.
Pengertian pendidikan bukan hanya untuk di ketahui belaka melainkan dengan
memahaminya lalu berusaha untuk menjalankan perosesnya berdasarkan apa yang
memang tertuang dalam pengertian pendidikan tersebut. Kita terlalu sering
melihat berbagai kejadian nyata yang mencoreng nama baik dari pendidikan
tersebut mungkin salah satu penyebabnya adalah dikarenakan mereka tidak
menguasai nilai – nilai apa yang di artikan dalam kata pendidikan itu sendiri.
Pendidikan bisa saja bermula dari sebelum bayi lahir
seperti yang dilakukan oleh banyak orang dengan memainkan musik dan membaca
kepada bayi dalam kandungan dengan harapan ia bisa mengajar bayi mereka sebelum
kelahiran.
Pendidikan dapat diperoleh baik secarah formal dan nonformal. Pendidikan
Formal diperoleh dalam kita mengikuti progam-program yang sudah dirancang
secara terstruktur oleh suatu intitusi, departemen atau kementerian suatu
negara. Pendidikan non formal adalah pengetahuan yang didapat manusia
(Peserta didik) dalam kehidupan sehari-hari (berbagai pengalaman) baik yang dia
rasakan sendiri atau yang dipelajarai dari orang lain (mengamati dan
mengikuti).
Dalam Kamus Bahasa Indonesia, 1991:232, tentang
Pengertian Pendidikan , yang berasal dari kata “didik”, Lalu kata ini mendapat
awalan kata “me” sehingga menjadi “mendidik” artinya memelihara dan memberi
latihan. Dalam memelihara dan memberi latihan diperlukan adanya ajaran,
tuntutan dan pimpinan mengenai akhlak dan kecerdasan pikiran.
Berkaitan dengan Pengertian Pendidikan para Ahli telah
menyampaikan pendapat mereka masing – masing tentang apa itu pengertian
pendidikan, namun sebelum kependapat para Ahli kita akan bahas tentang kata
Pendidikan itu sendiri :
Kata Pendidikan berdasarkan KBI berasal dari kata
‘didik’ dan kemudian mendapat imbuhan ‘pe’ dan akhiran ‘an’, maka kata ini
mempunyai arti proses atau cara atau perbuatan mendidik.
Kata Pendidikan Juga berasal dari Bahasa yunani kuno
yaitu dari kata “ Pedagogi “ kata dasarnya “ Paid “ yang berartikan “ Anak “
dan Juga “ kata Ogogos “ artinya “ membimbing ”. dari beberapa kata tersebut
maka kita simpulkan kata pedagos dalam bahasa yunani adalah Ilmu yang
mempelajari tentang seni mendidik Anak .
Secara bahasa definisi pendidikan adalah proses
pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha
mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan yang sesuai
prosedur pendidikan itu sendiri.
Kemudian kita berlanjut pada UU tentang adanya
pendidikan tersebut, Menurut UU No. 20 tahun 2003 pengertian Pendidikan adalah
sebuah usaha yang di lakukan secara sadar dan terencana untuk mewujudkan
suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaaan,
membangun kepribadian, pengendalian diri, kecerdasan, akhlak mulia, serta
ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan Negara. Undang –
undang inilah yang menjadi dasar berdidirinya proses pendidikan yang ada di
Negara Indonesia.
Pengertian pendidikan menurut para Ahli, sebelum kita
mengambil pendapat para filosofi pendidikan dari orang barat, maka kita
mengambil pengertian pendidikan berdasarkan apa yang di sampaikan oleh bapak
pendidikan Nasional Indonesia Ki Hajar Dewantara, beliau telah
menjelaskan tentang pengertian pendidikan sebagai berikut :
“ Pendidikan
yaitu tuntutan di dalam hidup tumbuhnya anak-anak, adapun maksudnya, pendidikan
yaitu menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak itu, agar mereka
sebagai manusia dan sebagai anggota masyarakat dapatlah mencapai keselamatan
dan kebahagiaan setinggi-tingginya.” Ki Hajar Dewantara.
B. Pengertian
Pendidikan Menurut Para Ahli
Pengertian
pendidikan atau definisinya menurut pendapat para Ahli lain yaitu :
Pengertian
pendidikan menurut : Prof. Dr. M.J Langeveld :
“ Pendidikan
ialah pemberian bimbingan dan bantuan rohani bagi yang masih memerlukannya”.
Prof. Zaharai Idris seorang Ahli
Epistimologi juga menyampaikan pendapatnya tentang pengertian pendidikan ialah
:
“ Pendidikan
ialah serangkaian kegiatan komunikasi yang bertujuan, antara manusia dewasa
dengan si anak didik secara tatap muka atau dengan menggunakan media dalam
rangka memberikan bantuan terhadap perkembangan anak seutuhnya” .
pengertian
pendidikan menurut H. Horne :
“ Pendidikan
adalah proses yang di lakukan terus menerus dari penyesuaian yang lebih tinggi
bagi makhluk manusia yang telah berkembang secara fisik dan mental, yang bebas
dan sadar kepada vtuhan, seperti termanifestasi dalam alam sekitar intelektual,
emosional dan kemanusiaan dari manusia” .
Pengertan
pendidikan menurut Ahmad D. Marimba :
Beliau juga berpendapat
bahwa Pendidikan adalah ” bimbingan atau pimpinan secara sadar oleh pendidik
terdapat perkembangan jasmani dan rohani terdidik menuju terbentuknya
kepribadian yang utama“.
Terakhir
Pengertian Pendidikan Menurut John Dewey :
“ Pendidikan
adalah proses pembentukan kecakapan-kecakapan yang fundamental secara
intelektual dan emosional ke arah alam dan sesama manusia” .
Dari beberapa pendapat yang telah disampaikan oleh para Ahli di atas maka
kita bisa mengambil kesimpulan bawah pengertian pendidikan ialah proses
melakukan bimbingan, pembinaan atau pertolongan yang diberikan oleh orang
dewasa kepada perkembangan anak untuk mencapai kedewasaannya dengan tujuan agar
anak cukup mampu untuk melaksanakan tugas hidupnya sendiri secara mandiri tidak
terlalu bergantung terhadap bantuan dari orang lain.
Pelaku pendidikan menurut saya selaku penulis artikel ini, bisa di lakukan
oleh siapa saja selama orang tersebut memiliki akal sehat, kita tidak bisa
membatasi hanya orang dewasa saja yang bisa memberikan pendidikan kepada anak,
karena seorang anakpun sejatinya juga bisa memberikan pendidikan baik berupa
ilmu atau pengalaman kepada orang dewasa selama bisa di percaya secara valid.
Sedikit mengarah pada Kata “ Pendidik ” itu sendiri para ahli juga membagi
beberapa kategori orang yang berperan pada dunia pendidikan sebagai berikut :
Pendidik adalah orang yang memikul pertanggungjawaban untuk
mendidik. Dwi Nugroho Hidayanto, menginventarisasi bahwa pengertian pendidik
meliputi: Orang Dewasa, Orang Tua, guru, Pemimpin masyarakat, pemuka atau
pemimpin agama.
·
Berdasarkan aturan yang berlaku untuk menjadi seorang pendidik di perlukan
karakter sebagai berikut : ematangan diri yang stabil, memahami diri sendiri,
mandiri, dan memiliki nilai-nilai kemanusiaan.
·
kematangan sosial yang stabil, memiliki pengetahuan yang cukup tentang
masyarakat, dan mempunyai kecakapan membina kerjasama dengan orang lain.
·
kematangan profesional (kemampuan mendidik), yaitu menaruh perhatian dan
sikap cinta terhadap anak didik serta mempunyai pengetahuan yang cukup tentang
latar belakang anak didik dan perkembangannya, memiliki kecakapan dalam
menggunkan cara-cara mendidik.
Sementara di sisilain seorang pendidik yang juga
sekaligus berperan sebagai guru harus bisa memberikan hal – hal yang berkaitan
dengan pendidikan anak didiknya, diantara peran yang harus di jalankan seorang
guru atau pendidik :
pemberi atau pengagas rencana, sebagai penginisiasi, sebagai motivator bagi
anak didiknya, sebagai pengamat, pengantipasi, pengevaluasi, sebagai seorang
teman sekaligus sebagai wali orang tua anak didiknya.
C. Jenis-Jenis
Pendidikan
1.
Pendidikan Formal
Adalah pendidikan yang diselenggarakan di sekolah dan
bersifat resmi.
Ciri-ciri :
·
Memiliki jenjang tertentu. Misal;TK,SD, SMP, SMA, Perguruan Tinggi.
·
Ijazah yang diperoleh memiliki nilai. Misal untuk melanjutkan sekolah dan
melamar pekerjaan.
·
Mempunyai kurikulum.
·
Sistemnya terstruktur.
2. Pendidikan Nonformal
Adalah pendidikan yang berlangsung dimasyarakat.
Ciri-ciri :
·
bersifat resmi
·
ada yang tidak bersifat resmi, misal ada orang yang dengan ikhlas
mengajarkan anak-anak miskin/pengemis/pemulung untuk mengajar dan membagi ilmu.
·
Bisa sebagai penunjang/membantu. Misal lembaga pendidikan, contohnya ada
primagama, neutron, ugama, ganesha dll.
·
Tidak memiliki jenjang tertentu.
·
Dapat diikuti oleh segala usia
·
Mendapatkan sertifikat, misal yang mengikuti kursus computer, maka akan
mendapatkan sertifikat.
·
Mendapat ijazah, misal yang mengikuti kejar paket (paket A, paket B, paket
C).
3. Pendidikan Informal
Adalah pendidikan yang diberikan oleh orangtua dan
masyarakat, yang mengutamakan nilai etika, moral dan norma.
Ciri-ciri :
·
bersifat tidak resmi.
·
Biasanya berupa nasihat lisan dan perbuatan.
·
Tidak terpaku pada jenjang tertentu.
·
Tidak terpaku pada jenis pendidikan tertentu
BAB Ill
PENGEMBANGAN KARIER
A.
Pengembangan
Karier
Pengembangan karier
merupakan tanggung jawab suatu organisasi yang menyiapkan karyawan dengan
kualifikasi dan pengalaman tertentu, agar pada waktu dibutuhkan organisasi
sudah memiliki karyawan dengan kualifikasi tertentu. Sifatnya paternalistik,
dari atas kebawah dan tersentralisasi.
Jadi yang dilakukan
karyawan adalah bekerja sebaik mungkin, mengikuti semua pelatihan yang
diberikan, menunggu kesempatan kenaikan jabatan dan biasanya menurut saja
menduduki jabatan yang ditawarkan oleh perusahaan. Pengembangan karier
tradisional pada umumnya berupa kenaikan karier secara vertikal dari satu
jenjang pekerjaan tertentu ke jenjang berikutnya. Jadi seseorang diharapkan
mendalami suatu bidang pekerjaan tertentu kemudian menduduki jabatan
manajerial. Pengertian Pengembangan dan karir Pengembangan (development) yaitu
fungsi operasional kedua dari manajemen personalia.
Fase
dalam program pengembangan
karier ada tiga menurut Ardana (2012:122-123), yaitu :
1.
Fase
Perencanaan
Di dalam
fase perencanaan ini
aktivitas menyelaraskan
rancangan karyawan dan rancangan
perusahaan mengenai karier
di lingkungannya sekitar. Tujuan fase ini adalah untuk mengidentifikasikan kelebihan
dan kekurangan karyawan dalam
melaksanakan tugas-tugasnya.
2.
Fase
Pengarahan
Fase pengarahan ini untuk membantu para karyawan agar
mampu mewujudkan perencanaannya menjadi
kenyataan, yaitu dengan memantapkan
karier yang diinginkannya, dan
mengatur langkah-langkah yang
harus ditempuh untuk mewujudkannya. Sehingga dari pernyataan
di atas dapat disimpulkan
ada tiga cara pendekatan, yaitu :
a.
Pengarahan dengan
menyelenggarakan konseling karier.
b.
Pendekatan dengan
menyelenggarakan pelayanan informasi karier.
c.
Pemberian pendidikan
karier kepada karyawan untuk
mengembangkan pengetahuan
dan kemampuan yang dimiliki oleh karyawan tersebut.
3.
Fase
Pengembangan
Fase pengembangan
ini tenggang waktu yang
dipergunakan karyawan untuk memenuhi persyaratan
yang melakukan perpindahan dari
suatu posisi ke
posisi lain yang diinginkannya. Selama
fase ini, karyawan dapat
melakukan kegiatan memperbaiki
dan meningkatkan pengetahuan, keterampilan,
sesuai posisi yang
diinginkan. Sehingga karyawan harus
berusaha mewujudkan kreativitas dan
inisiatifnya yang dapat mendukung untuk memasuki posisi atau
jabatan pada masa
mendatang. Kegiatan-kegiatan yang
yang dapat dilakukan
antara lain sebagai berikut :
a.
Penyelenggaraan
sistem mentor
Cara pengembangan
karier dengan
menyelenggrakan hubungan antara karyawan senior dan yunior sebagai
teman kerja atau rekan
kerja. Karyawan senior bertindak sebagai
mentor (pembimbing) yang bertugas
memberikan dukungan,
nasehat, keteladanan, membantu
untuk mendapatkan informasi dari
atasan untuk karyawan yuniornya.
b.
Pelatihan
Pelatihan dalam
rangka pengembangan karier dapat
dilakukan dengan
menyelenggarakan pelatihan sambil melaksanakan pekerjaan
sehari-hari atau melakukan diskusi
secara spontan tanpa perencanaan dengan atasan.
c.
Rotasi jabatan
Rotasi
jabatan dilakukan dengan
cara menugaskan karyawan untuk
berbagai jabatan, melalui proses pemindahan secara horizontal.
Pemindahan untuk suatu jabatan
ke jabatan lain
hanya layak dilakukan apabila
karyawan memiliki dasar keterampilan
untuk melaksanakan tugasnya pada
jabatan yang baru. Dengan demikian rotasi
jabatan dapat digunakan untuk pengembangan
karier karena akan memperluas pengalaman para
karyawan. Perluasan
pengalaman itu akan
membuat pekerjaan lebih fleksibel
dalam memilih jalur kariernya.
Karyawan yang tidak pernah
mengalami rotasi jabatan
akansangat terikat pada
satu-satunya jalur
pengembangan kariernya sehingga peluangnya menjadi sangat terbatas.
d.
Program
beasiswa
Perusahaan dalam
menghadapi lingkungan bisnis yang
dapat berubah secara cepat
dan semakin kompetitif, setiap saat
dan juga di
masa mendatang memerlukan sejumlah
karyawan yang mampu
mengantisipasinya. Kebutuhan ini dapat diatasi
dengan menyediakan beasiswa bagi
para karyawan sebagai pendukung upayanya
meningkatkan pendidikan di luar perusahaannya. Bahwa pengembangan karier
merupakan proses peningkatan kemampuan kerja
individu yang terlihat mulai
dalam kegiatan perencanaan dan pencapaian sasaran.
Menurut Malayu S.P.
Hasibuan (2006:76) pengembangan adalah suatu usaha untuk meningkatkan kemampuan
teknis, teoritis, konseptual, dan moral karyawansesuai dengan kebutuhan
pekerjaan atau jabatan melalui pendidikan dan pelatihan.
Pendidikan
meningkatkan keahlian teoritis, konseptual, dan moral karyawan, sedangkan
pelatihan bertujuan untuk meningkatkan keterampilan teknis pelaksanaan
pekerjaan karyawan. Pengembangan ini dilakukan baik bertujuan karir maupun non
karir bagi para karyawan (baru atau lama) melalui pelatihan dan pendidikan. Setiap
orang yang bekerja pada suatu perusahaan akan memiliki harapan untuk meraih
posisi/jabatanyang lebih tinggi atau yang lebih baik dari posisi/jabatan
sebelumnya. Untuk pengertian karir penulis kemukakan dari beberapa pakar yang
akan dijelaskan sebagai berikut :
Menurut Henry Simamora (2007 : 412),
bahwa :
“Karir
merupakan urutan aktivitas-aktivitas yang berhubungan dengan pekerjaan dan
perilaku, nilai-nilai dan aspirasi seseorang selama rentang hidup orang
tersebut”.
Menurut Veithzal Rivai (2009: 264), bahwa :
“Karir
terdiri dari semua pekerjaan yang ada selama seseorang bekerja, atau dapat
dikatakan bahwa karir adalah seluruh jabatan yang diduduki seseorang dalam
kehidupan kerjanya”.
Dapat
disimpulkan bahwa karir adalah semua urutan aktivitas atau kegiatan yang
berhubungan dengan pekerjaan atau jabatan dan perilaku yang pernah dijalani
atau diduduki seseorang sepanjang kehidupan kerjanya, yang merupakan sejarah
hidupnya dalam bekerja.
B.
Pengertian
Pengembangan Karir
Pengembangan karir
sangat membantu karyawan dalam menganalisis kemampuan dan minat mereka untuk
dapat disesuaikan dengan kebutuhan SDM sejalan dengan pertumbuhan dan
perkembangan perusahaan. Pengembangan karir juga merupakan hal yang penting
dimana manajemen dapat meningkatkan produktivitas, menungkatkan sikap kerja,
menciptakan kepuasan kerja juga mencapai tujuan perusahaan.
Menurut Veithzal Rivai (2009 : 274),
bahwa :
“Pengembangan karir adalah proses
peningkatan kemampuan kerja individu yang dicapai dalam rangka memcapai karir
yang di inginkan”.
Sedangkan menurut T. Hani Handoko (2003 : 123), bahwa:
Sedangkan menurut T. Hani Handoko (2003 : 123), bahwa:
“Pengembangan karir merupakan
peningkatan-peningkatan pribadi yang dilakukan seseorang untuk mencapai suatu
rencana karir”.
Berdasarkan definisi diatas maka dapat
disimpulkan bahwa pengembangan karir merupakan suatu proses dalam peningkatan
dan penambahan kemampuan seseorang karyawan yang dilakukan secara formal dan
berkelanjutan untuk mencapai sasaran dan tujuan karirnya.
C.
Tujuan
Dan Manfaat Pengembangan Karir
Menurut Anwar Prabu Mangkunegara yang
diterjemahkan dari Fubrin J.Andrew (2005: 77-78), tujuan dan manfaat
pengembangan karir adalah :
a)
Membantu dalam
Pencapaian Tujuan Individu dan Perusahaan
Pengembangan karir membantu pencapaian tujuan perusahaan dan tujuan individu. Seorang karyawan yang sukses dengan prestasi kerja sangat baik kemudian menduduki posisi jabatan yang lebih tinggi, hal ini berarti tujuan perusahaan dan tujuan invidu tercapai.
Pengembangan karir membantu pencapaian tujuan perusahaan dan tujuan individu. Seorang karyawan yang sukses dengan prestasi kerja sangat baik kemudian menduduki posisi jabatan yang lebih tinggi, hal ini berarti tujuan perusahaan dan tujuan invidu tercapai.
b)
Menunjukan Hubungan
Kesejahteraan Karyawan Perusahaan merencanakan karir karyawan dengan
meningkatkan kesejahteraannya agar karyawan lebih tinggi loyalitasnya.
c)
Membantu
Karyawan Menyadari Kemampuan Potensi Mereka Pengembangan karir membantu
menyadarkan karyawan akan kemampuannya untuk menduduki suatu jabatan tertentu
sesuai dengan potensi dan keahliannya.
d)
Memperkuat
Hubungan antara Karyawan dan Perusahaan
Pengembangan karir akan memperkuat hubungan dan sikap karyawan terhadap perusahaanya.
Pengembangan karir akan memperkuat hubungan dan sikap karyawan terhadap perusahaanya.
e)
Membuktikan
Tanggung Jawab sosial Pengembangan karir merupakan suatu cara menciptakan iklim
kerja yang positif dan karyawan menjadi lebih bermental sehat.
f)
Membantu
memperkuat Pelaksanaan Program-program Perusahaan Pengembangan karir akan
membantu program-program perusahaan lainnya agar tujuan perusahaan tercapai.
g)
Mengurangi Turn
Over dan Biaya Kepegawaian Pengembangan karir dapat menjadikan turn over rendah
dan begitu pula biaya kepegawaian menjadi lebih efektif.
h)
Mengurangi Keusangan
Profesi dan Manajerial Pengembangan karir dapat menghindarkan dari keusangan
dan kebosanan profesi dan manajerial.
i)
Menggiatkan
Analisis dari Keseluruhan Karyawan Perencanaan karir dimaksudkan
mengintegerasikanperencanaan kerja dan kepegawaian.
j)
Menggiatkan
Suatu Pemikiran (Pandangan) Jarak Waktu yang Panjang Pengembangan karir
berhubungan dengan jarak waktu yang pankang. Hal ini karena penempatan suatu
posisi jabatan memerlukan persyaratan dan kualifikasi yang sesuai dengan
posisinya.
D.
Bentuk-Bentuk
Pengembangan Karir
Bentuk-bentuk dari pengembangan karir
menurut Bambang Wahyudi (2007 : 166) ini terdiri dari :
1.
Pendidikan dan
Pelatihan
Pendidikan dan pelatihan
merupakan usaha meningkatkan kemampuan kerja yang dimiliki karyawan dengan cara
menambah pengetahuan dan keterampilanya. Pendidikan menekankan pada penekanan
keahlian teoritis, konseptual, dan moral karyawan, sedangkan pelatihan lebih
menekankan pada peningkatan keterampilan teknik pelaksanaan karyawan. Pelatihan
(training) yang diberikan kepada karyawan operasional, sedangkan pendidikan
(education) diberikan kepada karyawan manajerial.
2.
Mutasi
Mutasi atau yang dikenal dengan
mutasi personal diartikan sebagai perubahan posisi/jabatan/pekerjaantempat
kerja dari seorang tenaga kerja yang dilakukan baik secara vertikal maupun
horizontal. Mutasi secara vertical mengandung arti bahwa tenaga kerja yang
bersangkutan dipindahkan pada posisi/jabatan/pekerjaan yang lebih tinggi dari
sebelumnya, yang biasanya diikuti dengan perubahan, dari wewenang dan tanggung
jawabnya, status, kekuasaan, dan pendapat baik ke tinggi yang lebih tinggi
maupun tingkat yang lebih rendah. Sedangakan mutasi horizontal mengandung arti
terjadinya perubahan posisi / jabatan / pekerjaan / tempat namun masih dalam
level/tingkat yang sama, (yang berubah hanyalah bidang tugas atau areal tempat
tugasnya) yang di ikuti dengan perubahan tingkat wewenang dan tanggung
jawabnya, status, kekuasaan dan pendapatannya.
Mutasi
Vertikal terdiri atas :
1.
Promosi
suatu promosi diartiakan sebagai
perubahan posisi / jabatan / pekerjaan dari tingkat yang lebih rendah ke
tingkat yang lebih tinggi. Perubahan ini biasanya akan di ikuti dengan
meningkatnya tanggung jawab, hak serta status social seseorang. Promosi ini
mempunyai bentuk-bentuk sebagai berikut :
a)
Promosi
sementara
Promosi sementara atau dikenal
sebagai Temporary Promotion merupakan suatu bentuk promosi yang dilaksanakan
untuk jangka waktu sementara. Bentuk promosi ini biasanya digunakan apabila
organisasi harus mengisi suatu jabatan yang kosong untuk sementara waktu karena
pejabat yang bersangkutan sakit, cuti, atau alasan lain. Promosi sementara ini
tidak diikuti dengan perubahan pendapatan bagi karyawan tersebut.
b)
Promosi Tetap
Suatu promosi tetap atau
Permanent Promotion adalah suatu bentuk promosi yang berlangsung dalam jangka
waktu relatif lama dan bersifat definitive.
c)
Promosi Kecil
Promosi kecil atau Small Scale
Promotion merupakan suatu promosi yang dilaksanakan dalam bentuk up grading
untuk meningkatkan kecakapan tenaga kerja yang bersangkutan. Promosi bentuk
ini, wewenang dan pendapatan tenaga kerja tidak mengalami perubahan.
d)
Promosi Kering
Promosi kering atau Dry Promotion
merupakan suatu bentuk promosi yang dilakukan dengan disertai peningkatan dalam
wewenang, hak dan tanggung jawab, tetapi pendapatannyatidak mengalami
perubahan.
2.
Demosi
Demosi merupakan suatu bentuk
mutasi vertikal yang berupa penurunan pangkat/posisi/jabatan/pekerjaan ke
tingkat yang lebih rendah.
3.
Penangguhan
Kenaikan Pangkat
Penangguhan kenaikan pangkat
terjadi sebagai akibat dari ketidakmampuan seorang tenaga kerja melaksanakan
tugas dalam jabatannya, karena pelanggaran disiplin, atau terkena hukuman
pidana.
4.
Pembebastugasan
Pembebastugasan atau lebih
dikenal dengan skorsing merupakan bentuk mutasi vertikal yang dilakukan dengan
membebastugaskan seorang tenaga kerja dari posisi/jabatan/pekerjaannya, tetapi
masih mempearoleh pendapatan secara penuh.
5.
Pemberhentian
Pemberhentian atau retiring
merupakan bentuk mutasi vertikal yang paling akhir berupa pemberhentian seorang
tenaga kerja dari posisi/jabatan/pekerjaan yang sekaligus diikuti dengan
pemutusan hubungan kerja dan pemnberhentian pembayaran pendapatannya
(upah/gaji).
Mutasi Horizontal terdiri atas :
Berdasarkan tujuannya:
a)
Job Rotation
Suatu job rotation atau
perputaran jabatan mearupakan suatu bentuk mutasi personal dengan tujuan antara
lain untuk menambah pengetahuan seorang tenaga kerja dan menghindarkan
terjadinya kejenuhan. Bentuknya adalah tour of area, tour of duty dan
rehabilitasi.
b)
Production
Transfer
Suatu bentuk mutasi horizontal
yang ditujukan untuk mengisi kekosongan pekerja pada suatu posisi / jabatan / pekerjaan
tertentu yang harus segera diisi agar kontinuitas produksi dan peningkatannya
dapat terjamin.
c)
Replacement
Transfer
Suatu penggantian tenaga kerja
dalam organisasi yang ditujukan untuk mempertahankan tenaga kerja yang
berpengalaman dengan cara mengganti pekerja-pekerja yang baru.
d)
Versatility
Transfer
Versatility transfer merupakan
suatu bentuk mutasi horizontal yang bertujuan untuk menempatkan tenaga kerja
yang memiliki kecakapan tertentu pada jabatan-jabatan yang memang membutuhkan
kecakapan tersebut.
e)
Shift Transfer
Suatu bentuk mutasi horizontal
berupa pemindahan sekelompok tenaga kerja yang melaksanakan suatu pekerjaan/jabatan
yang sama.
f)
Remedial
Transfer
Merupakan suatu bentuk mutasi
horizontal yang bertujuan untuk menempatkan seorang tenaga kerja pada
jabatan/posisi/pekerjaan yang sesuai dengan kondisi kerja yang bersangkutan.
Berdasarkan sumber gagasan
dilakukannya mutasi:
a)
Personal
Transfer
Suatu bentuk mutasi horizontal
yang terjadi atas kehendak / keinginan tenaga kerja yang bersangkutan.
b)
Production
Transfer
Suatu bentuk mutasi horizontal
yang terjadi atas prakarsa organisasi sendiri, misalnya karena alasan untuk
meningkatkan produktivitas, reorganisasi dan alasan lainnya.
Berdasarkan jangka waktu pelaksanaan mutasi:
a)
Temporary
Transfer
Suatu bentuk mutasi horizontal
yang dilakukan dengan memindahkan untuk sementara waktu seorang tenaga kerja
pada jabatan tertentu sampai pejabat yang definitif menempati posnya.
b)
Permanent
Transfer
Sebagai kebalikan dari temporary
transfer, dalam permanent transfer pemindahan seorang tenaga kerja dilakukan
untuk jangka waktu lama dan bersifat difinitif.
BAB
IV
MANAJEMEN DIRI
A. Pengertian
Manajemen Diri
Apa itu manajemen diri? Secara sederhana, merujuk Kamus Besar Bahasa
Indonesia (Balai Pustaka, 2001) manajemen memiliki dua arti, yaitu;
1. Penggunaan sumber daya secara efektif untuk mencapai
sasaran; dan
2. Pimpinan yang bertanggung jawab atas jalannnya
perusahaan dan organisasi.
Selanjutnya, apa arti “diri” atau “saya”? Apakah yang
kita sebut “diri” itu adalah akumulatif dari pikiran kita, seperti yang
dikatakan David J. Schwarz bahwa “kita adalah apa yang kita pikirkan
tentang diri kita”. Yang kita sebut diri, pribadi, individu, adalah totalitas
manusia sebagai perpaduan dari jasad dan ruhani,fisik yang bisa kita lihat dan
sesuatu yang tak terlihat yang menggerakan fisik (hati; pikiran; jiwa). Diri
adalah totalitas dari pemikiran, keinginan, dan gerakan kita dalam ruang dan
waktu. Dengan kata lain,perpaduan antara intelektual, emosional, spiritual, dan
fisik. Jadi, manajemen diri yang dimaksud adalah sebuah proses merubah
“totalitas diri” yaitu intelektual, emosional, spiritual, dan fisik kita agar
apa yang kita inginkan (sasaran) tercapai.
Menurut Stephen M. Edelson, Ph.D. manajemen diri
adalah istilah psikologi yang digunakan untuk menjelaskan proses mencapai
kemandirian (personal autonomy). Secara istilah manajemen diri yaitu
menempatkan individu pada tempat yang sesuai untuk dirinya dan menjadikan
individu layak menempati suatu posisi sehingga tercapai suatu prinsip
laki-laki yang kapabel pada posisi yang tepat (yakni, menyediakan posisi untuk
tiap-tiap individudan memposisikan tiap-tiap individu pada posisinya secara
tepat).
Jadi, pada dasarnya manajemen diri merupakan
pengendalian diri terhadap pikiran, ucapan, dan perbuatan yang dilakukan,
sehingga mendorong pada penghindaran diri terhadap hal-hal yang tidak
baik dan peningkatan perbuatan yang baik dan benar. Manajemen diri adalah
sebuah proses merubah “totalitas diri” baik itu dari segi intelektual,
emosional, spiritual, dan fisik agar apa yang kita inginkan (sasaran) tercapai.
B. Pentingnya
Manajemen Diri
Manajemen diri sangat penting bagi setiap orang
terutama mahasiswa, karena manajemen diri dapat mengarahkan seseorang agar
mampu berpikir terus-menerus terhadap kebaikan.Sebelum bisa memiliki
pikiran-ucapan-perbuatan baik, terlebih dahulu seseorang harus memiliki
pemahaman dan pengertian yang benar. Jadi urutan yang benar adalah :
Pemahaman/pengertian
benar ==> pikiran benar ==> ucapan benar
==> perbuatan benar.
Walaupun punya pemahaman terhadap kebaikan dan
ketidakbaikan, belum tentu pikiran seseorangmampu diarahkan terus-menerus
terhadap kebaikan. Dan walaupun seandainya pikiran seseorang sudahdidominasi
oleh kebaikan, belum menjamin bahwa ucapannya selalu sejalan dengan pikiran
baiknya. Demikian pula tidak ada garansi bahwa perbuatannya secara fisik merefleksikan
sepenuhnya pikiran yangbaik.
Mungkin sering
terjadi seperti ini :
Pemahaman/pengertian
benar ==> pikiran benar ==> ucapan benar ==> perbuatan salah
Kondisi yang
lebih memprihatinkan adalah :
Pemahaman/pengertian
benar ==> pikiran benar ==> ucapan salah ==> perbuatan salah
Tidak tertutup
kemungkinan juga :
Pemahaman/pengertian
benar ==> pikiran salah ==> ucapan salah ==> perbuatan salah
Dan yang pasti
terjadi jika pemahaman/pengertian seseorang tidak benar adalah :
Pemahaman/pengertiansalah
==> pikiran salah ==> ucapan salah ==> perbuatan salah
John C. Maxwell
mengatakan bahwa pikiran berlanjut ke ucapan terus ke perbuatan. Jika rangkaian
initerus dilakukan dapat membentuk kebiasaan yang menghasilkan karakter
seseorang dan akhirnyamenentukan nasibnya
C. Fungsi
Manajemen Diri
Fungsi-fungsi
manajemen dijelaskan dalam beberapa point di bawah, yaitu :
1. Planning (merencanakan)
Dalam setiap
pendapat para penulis selalu menyebutkan tentang planning atau
perencanaan. Tentulah hal ini pun memiliki alasan tertentu. Alasannya adalah
perencanaan sangatlah penting dalam suatu pengorganisasian. Itu artinya
pengorganisasian sesuatu hal akan sangat tidak efisien jika tidak adanya
perencanaan terlebih dahulu. Definisi dari perencanaan sendiri adalah penentuan
serangkaian tindakan untuk mencapai suatu hasil yang diinginkan. Dan tambahan
untuk fungsi perencanaan adalah sudah termasuknya fungsi pengaturan budget.
Oleh karenanya lebih tepat bila perencanaan atau planning dirumuskan
sebagai penetapan tujuan, policy, prosedur, budget, dan program
dari suatu organisasi. Jadi dengan fungsi planning termasuk budgeting
yang dimaksudkan fungsi manajemen dalam menetapkan tujuan yang ingin dicapai
oleh organisasi, menetapkan peraturan-peraturan dan pedoman-pedoman pelaksanaan
yang harus dituruti, dan menetapkan ikhtisar biaya yang diperlukan dan
pemasukan uang yang diharapkan akan diperoleh dari rangkaian tindakan yang akan
dilakukan.
2.
Organizing
(Pengorganisasian)
Tidaklah lengkap jika membicarakan tentang manajemen
tapi tidak menyinggung tentang organizing atau organisasi. Organizing
dimaksudkan untuk mengelompokkan kegiatan sesuai dengan tingkat keperluannya,
yakni penetapan susunan organisasi serta tugas dan fungsi dari setiap unit yang
ada dalam organisasi, serta menetapkan kedudukan dan sifat hubungan antara
masing-masing unit tersebut. Organisasi atau pengorganisasian dapat pula
dirumuskan sebagai keseluruhan aktivitas dimanajemen dalam mengelompokkan
orang-orang beserta dengan penetapan tugas, fungsi, wewenang,serta tanggung
jawab masing-masing dengan tujuan terciptanya aktivitas yang berdaya guna dalam
mencapai tujuan yang telah ditentukan terlebih dahulu dalam perencanaannya.
3.
Staffing/Assembling Resources (Penyusunan)
Staffing merupakan salah satu fungsi manajemen berupa penyusunan personalia pada
organisasi sejak dari merekrut tenaga kerja, pengembangannya sampai dengan
usaha agar setiap tenaga petugas memberi daya guna maksimal kepada organisasi. Organizing
dan Staffing merupakan dua fungsi manajemen yang sangat erat
hubungannya. Organizing yaitu berupa penyusunan wadah legal untuk
menampung berbagai kegiatan yang harus dilaksanakan pada suatu organisasi,
sedangkan staffing berhubungan dengan penerapan orang-orang yang akan
memangku masing-masing jabatan yang ada dalam organisasi tersebut.
4.
Leading (Memimpin)
Istilah leading, yang merupakan salah satu
fungsi manajemen sebagai pekerjaan yang dilakukanoleh seorang manajer yang
menyebabkan orang lain bertindak. Pekerjaan leading, meliputi lima macam
kegiatan, yakni :
- Mengambil keputusan,
- Mengadakan komunikasi,
- Memberi semangat, inspirasi, dan dorongan kepada bawahan supaya mereka bertindak,
- Memilih orang-orang yang menjadi anggota kelompoknya,
- Memperbaiki pengetahuan dan sikap-sikap bawahan agar mereka terampil dalam usaha mencapaitujuan yang telah ditetapkan.
- Controlling (Pengendalian)
Controlling atau pengawasan, sering juga disebut pengendalian ke bagian yang lebih
rendah pangkatnya adalah salah satu fungsi manajemen yang berupa mengadakan
penilaian, bila perlu mengadakan koreksi sehingga apa yang dilakukan bawahan
dapat diarahkan ke jalan yang benar dengan maksud mencapai tujuan yang sudah
yang sudah digariskan semula.
g.
Directing atau Commanding
Directing atau Commanding adalah fungsi manajemen yang berhubungan dengan usaha
memberi bimbingan, saran, perintah atau instruksi kepada bawahan dalam melaksanakan
tugas masing-masing, agar tugas dapat dilaksanakan dengan baik dan benar-benar
tertuju pada tujuan yang telah ditetapkan semula. Directing atau Commanding
merupakan fungsi manajemen yang dapat berfungsi bukan saja agarpegawai
melaksanakan atau tidak melaksanakan suatu kegiatan, tetapi dapat pula
berfungsi mengkoordinasikan kegiatan berbagai unsur organisasi agar efektif
tertuju kepada realisasi tujuanyang ditetapkan sebelumnya.
D. Tips Menjadi
Produktif
Pernahkah
kita merasa pada saat bekerja jarum jam sudah menunjukkan pukul 11 menjelang
makan siang padahal kita belum sempat menyelesaikan satu pekerjaan pun. Sibuk
tapi rasanya pekerjaan tidak produktif? Satu hal yang harus disadari bahwa
kesibukan tidak sama dengan menjadi produktif. Kita bisa saja menghabiskan
sekian jam tanpa menghasilkan apa-apa. Ada beberapa prinsip yang sebaiknya
dipertimbangkan dalam manajemen waktu sehingga kita bisa bekerja efektif :
1.
Menyusun Rencana
Ada ungkapan
yang mengatakan ”If you fail to plan, you plan to fail”. Apabila Anda
menjalani hariAnda tanpa ada gambaran apa yang harus dikerjakan dan bagaimana
cara mengerjakannya, Anda akan menghabiskan sebagian besar waktu Anda bertanya
“Apa yang harus saya kerjakan sekarang ya?”
Rencana memberikan peta apa yang ada dihadapan Anda hari itu. Alokasikan
sedikit waktu untukmenyusun rencana sehingga Anda bisa mengelompokkan
tugas-tugas yang sesuai dan memberikan prioritas serta waktu pengerjaannya.
Susunlah rencana di pagi hari atau hari sebelumnya. Anda bisa mulai dari catatan
kecil saja atau bahkan menyusunnya di kepala untuk sekedar memberikan sinyal
kepada otak mengenai apa yang harus Anda selesaikan hari itu. Gunakan strategi
yang cerdas dalam menyusun rencana. Kapan biasanya Anda merasa energi Anda
tinggi, baik mental maupun fisik? Buat saya biasanya waktu antara jam 10:00
sampai 12:00 adalah saat dimana saya sedang ”on fire”. Disaat itu saya
manfaatkan untuk memulai atau menyelesaikan tugas-tugas dengan prioritas
tinggi. Waktu yang tersisa biasanya saya gunakan untuk menyelesaikanpekerjaan-pekerjaan
dengan prioritas lebih rendah.Rencana tidak bersifat kaku dan selalu terbuka
untuk adjustment kapanpun. Jangan lupa untukmenyisipkan waktu untuk
istirahat. Pada prinsipnya, Anda melakukan manajemen diri untuk Anda sendiri.
Belajar mengelola waktu adalah latihan yang bagus untuk disiplin diri.
2.
Fokus
Seringkali dalam bekerja kita membiarkan diri kita
larut dalam beberapa pekerjaan sekaligus,istilahnya multi-tasking. Mungkin Anda
mencoba menyenangkan boss Anda dengan mengiyakan semua permintaannya, tapi
tanpa Anda sadari sebenarnya Anda justru membebani diri Anda dengan stress dan
belum tentu juga apa yang Anda kerjaan akan berkualitas bagus. Mengerjakan dua
hal pada saat bersamaan bukan saja membagi perhatian Anda tetapi juga membuat
Anda kurang fokus yang akibatnya butuh waktu lebih lama untuk menyelesaikan
pekerjaan itu. Fokus dalam bekerja membuat kita lebih produktif dan mengurangi
beban stress. Buat skala prioritas apabila Anda harus menyelesaikan beberapa
pekerjaan dalam kurun waktu yang bersamaan.
3.
Hindari Interupsi
Dua hal dalam dunia kerja sekarang ini yang menjadi
sering menjadi sumber interupsi adalah telepon dan email. Tentu saja interupsi
ini tidak bisa dihindari tetapi gunakan keahlian Anda dalam manajemen diri
untuk menanganinya :
a) Jawab telepon dari orang-orang yang berkepentingan
saja pada saat Anda sedang fokus bekerja. Apabila Anda harus terpaksa menjawab,
usahakan waktunya seminimal mungkin. Anda bisa menelepon balik ketika Anda
sudah agak bebas.
b) Cek email disaat-saat tertentu saja. Okay, ini
tentunya sangat berat. Anda bisa coba. Apabila tidakmungkin, usahakan untuk
tidak menjawab semua email tiap kali itu datang. Jawablah email yangberkaitan
dengan pekerjaan Anda saat itu dan hindari multi-tasking. Manajemen diri erat
kaitannya dengan bagaimana Anda mengatur waktu Anda sehari-hari. Jangan biarkan
faktor-faktor eksternal mengganggu produktifitas Anda. Apabila Anda produktif
bukan hanya Anda sendiri yang senang tapi juga boss Anda. Hidup Anda lebih mudah
dan stress pun berkurang.
BAB V
PENGEMBANGAN MANAJEMEN DIRI
A. Pengertian Pengembangan
Diri
Pengembangan diri sebenarnya merupakan proses pembaruan. Proses ini disebut
oleh Stephen R. Covey dalam The 7 habits of Highly Effective People (1993)
sebagai konsep asah gergaji. Pembaruan yang dilakukan, menurut Covey mesti
meliputi empat dimensi yaitu: pembaruan fisik, spiritual, mental dan
sosial/emosional.
Pengembangan diri tidak muncul
begitu saja. Untuk meraihnya, diperlukan latihan dengan pola seperti spiral.
Pola ini melatih kita untuk bergerak ke atas sepanjang spiral secara
terus-menerus. Pola spiral ini memaksa kita untuk melalui tiga tahap kegiatan
yakni belajar, berkomitmen, dan berbuat. Latihan ini harus terus-menerus
berjalan secara berulang-ulang sampai kualitas dan produktivitas diri kita
menjadi semakin tinggi.
Dalam melakukan pengembangan
diri, kita memerlukan tolok ukur yang nyata dan aplikatif untuk mengetahui
kemajuan dan perkembangan yang telah kita capai . Konsep Sharpening Our Concept
and Tools (SHOOT) yang dikembangkan oleh Lembaga Manajenen Terapan Trustco
berikut ini dapat kita jadikan sebagai contoh daftar aktivitas pengembangan
diri.
1.
Memperluas pengetahuan
mengenai fakta situasional. Jangan bersikap tak acuh dengan lingkungan sekitar;
2.
Menjalin hubungan dengan orang
lain;
3.
Mengelola waktu secara
efektif;
4.
Menjaga keaktualan pengetahuan
agar tidak tertinggal dan relevan. Jangan malas mencari pengetahuan baru;
5.
Berlatih untuk mengumpulkan
fakta dan membuat asumsi;
6.
Membuat jurnal pribadi dengan
menggunakan catatan harian agar jadwal kita menjadi teratur.;
Menentukan batas-batas kekuasaan dan otoritas
yang kita miliki
1.
Jelas agar kita dapat leluasa
berkembang;
2.
Mendengarkan dengan seksama;
3.
Melakukan pengambilan
keputusan dengan baik;
4.
Membiasakan membuat teknik
perencanaan (planning) yang baik.
Melakukan secara mandiri
Proses
pengembangan diri yang kita lakukan tidak akan berjalan lancar apabila kita mengandalkan dukungan dari luar. Diperlukan
sebuah etos tarbiah dzatiyah (self education) yang
berasal dari dalam diri kita sendiri. Pembelajaran yang harus dilakukan secara mandiri ini
setidaknya mencakup tiga hal, yaitu: kemampuan membuat kurikulum atau agenda pribadi (self curriculum), kemampuan menjadi pembelajar yang cepat (speed
learner), dan belajar secara mandiri (self learning).
Melakukan proses pengembangan diri memang tidak bebas hambatan, bahkan seringkali penuh kendala. Albert Ellis, psikolog dan penulis terkenal dalam bukunya Feeling Better, Getting Better, Staying Better (2001) memperkenalkan konsep terapi Rational Emotive Behavior Theraphy (REBT) . Konsep ini diperkenalkan oleh Ellis untuk membantu mengatasi hambatan dalam pengembangan diri. Beberapa hal yang disampaikannya berikut ini dapat menjadi bahan renungan kita:
Bicara adalah perkara mudah. Namun, hanya bicara yang diikuti oleh tindakan yang dapat membuat segalanya menjadi lebih baik.
·
Anda tidak akan dapat mencapai
kemajuan apabila selalu mengerjakan sesuatu dengan cara yang sama. Oleh karena,
mengubah cara harus sering dilakukan meskipun dapat membuat anda merasa kurang
nyaman.
·
Anda harus berusaha
menghentikan kebiasaan yang tidak baik dengan sungguh-sungguh.
·
Semakin lama anda tenggelam
dalam perilaku yang merugikan diri sendiri, semakin lama anda harus berjuang
untuk menghentikannya.
·
Menghindari tindakan yang anda
kuatirkan akan gagal hanya dapat mengurangi kecemasan anda sementara. Dalam
jangka panjang, penghindaran ini justru dapat berakibat buruk. Oleh
karena itu lebih baik menghadapinya, ketimbang mengindar.
·
Makin sering anda berfikir
bahwa anda tidak berguna dan tidak berharga setelah mengalami kegagalan,
semakin sulit anda mencapai keberhasilan.
Sikap diri seperti di atas
perlu dibangun karena menentukan gaya manajemen pengembangan diri anda. John
Maxwell dalam The Winning Attitude; Your Key to Personal Success (1993)
menyimpulkan bahwa sikap hidup menentukan tindakan, pola hubungan dengan orang
lain, perlakuan yang kita terima dari orang lain, keberhasilan dan kegagalan,
menentukan hasil akhir, cara pandang yang positif dan optimis. Ia juga
menyatakan, sikap anda sekarang adalah hasil dari sikap-sikap anda selama
ini.
Berbicara tentang manajemen itu tidak terlalu sulit, namun juga tidak
terlalu mudah. Kita perlu mengenali diri kita secara mendalam. Kemampuan kita
juga kelemahan kita. Kekuatan kita ditingkatkan dan kelemahan kita di kurangi.
Satu hal lagi adalah bagaimana kita bisa mengenali peluang yang ada disekitar
kita, kemudian memanfaatkannya. Atau yang lebih baik lagi jika kita dapat
menciptakan peluang baik bagi diri kita sendiri maupun bagi orang lain. Semua
ini hanya mungkin terjadi bila kita sudah mempunyai manajemen diri yang baik.
Berhasil tidaknya kita ditentukan oleh diri kita sendiri. Satu-satunya yang
dapat menolong kita adalah diri kita sendiri. Mari mulai saat ini mulailah
untuk me-manage diri kita sebaik mungkin.
B.
Ruang Lingkup
pengembangan diri
Pengembangan
diri meliputi kegiatan terprogram dan tidak terprogram. Kegiatan terprogram
direncanakan secara khusus dan diikuti oleh peserta didik sesuai dengan
kebutuhan dan kondisi pribadinya. Kegiatan tidak terprogram dilaksanakan secara
lansung oleh pendidik dan tenaga kependidikan di sekolah/madrasah yang
diikuti oleh semua peserta didik.
Bentuk-Bentuk Pelaksanaan
1.
Kegiatan
pengembangan diri secara terprogram dilaksanakan dengan perencanaan khusus
dalam kurun waktu tertentu untuk memenuhi kebutuhan peserta
didik secara individual, kelompok, dan atau klasikal melalui
penyelenggaraan:
a. Kegiatan
layanan dan pendukung pelayanan konseling
b.
kegiatan
ekstrakurikuler.
2.
Kegiatan
pengembangan diri secara tidak terprogram dapat dilaksanakan sebagai
berikut.
a.
Rutin, adalah
kegiatan yang dilakukan secara terjadwal dan terus menerus, seperti:
upacara bendera, senam, ibadah khusus keagamaan bersama,
keberaturan, pemeliharaan kebersihan dan kesehatan diri.
b.
Spontan,
adalah kegiatan tidak terjadwal dalam kejadian khusus seperti:
pembentukan perilaku memberi salam, membuang sampah pada tempatnya, antri,
mengatasi silang Pendapat (pertengkaran).
c.
Keteladanan,
adalah kegiatan dalam bentuk perilaku sehari-hari yang dapat dijadikan
teladan, seperti: berpakaian rapi, berbahasa yang baik, rajin
membaca, memuji kebaikan dan atau keberhasilan orang
lain, datang tepat waktu.
Kegiatan-kegiatan tersebut tidak direncanakan secara tersendiri melalui kegiatan pelayanan konseling dan kegiatan ekstrakurikuler, tetapi bisa merupakan program sekolah dan dilaksanakan sebagai bentuk kegiatan pembiasaan.
BAB VI
ATTITUDE DALAM PSDM
A. Pengertian
Attitude
Attitude adalah
sikap, tingkah laku atau perilaku seseorang dalam berinteraksi ataupun
berkomunikasi dengan sesama manusia. Attitude itu sangat diperlukan dalam
kehidupan sehari-hari. Seseorang yang bersikap sopan santun, belum tentu
memiliki attitude yang bagus. Sebaliknya, seseorang yang memiliki atttitude
tinggi, belum tentu juga memiliki sikap sopan santun. Jadi diperlukan sikap
keseimbangan antara "attitude" dan "sopan santun" agar kita
bisa menjadi orang yang bermoral baik.
Attitude bekerja
dengan hati nurani. Apabila attitude diterapkan pada kehidupan sehari-hari,
kita mendapatkan tanggung jawab yang besar akan hasil dan menimbulkan pengaruhnya
kepada masyarakat. Sama halnya dengan IQ dan EQ. Keduanya mesti seimbang,
apabila salah satu lebih besar akan berakibat buruk.
B. Attitude Sosial Dan Attitude Individual
Manusia itu tidak dilahirkan dengan sikap
pandangan ataupun sikap perasaan tertentu, tetapi attitude-attitude tersebut dibentuk
sepanjang perkembangannya.peranan attitude-attitude tersebut dibentuk sepanjang
perkembangan .Adanya attitude –attitude menyebabkan bahwa manusia akan
bertindak secara khas terhadap objek-objeknya. Attitude dapat dibedakan ke dalam attitude
sosial dan attitude individual:
Attitude sosial pernah dirumuskan
sebagai berikut: Suatu attitude sosial dinyatakan dengan cara-cara kegiatan
yang sama dan berulang –ulang terhadap objek
sosial. Attitude sosial dinyatakan tidak hanya oleh seseorang,tetapi
juga oleh orang lain yang sekelompok atau semasyaratan . Misalnya penghormatan
yang berkali-kali dinyatakan dengan cara khidmat oleh sekelompok orang terhadap
bendera, menunjukkan adanya attitude kelompok tersebut terhadap benderanya .
Atittude individual berbeda dengan attitude sosial,yaitu :
a.
Attitude individual dimiliki
oleh seorang demi seorang saja ,misalnya kesukaan terhadap binatang-binatang
tertentu,
b.
Attitude individual berkenaan
dengan objek-objek yang bukan merupakan objek perhatian sosial.
Kita lambat-laun mungkin memperoleh sikap suka
atau tidak suka kepada seorang kawan atau seorang pesaing, dan terhadap
peristiwa-peristiwa penting dalam kehidupan kita.Jadi ,attitude mempunyai
peranan yang penting dalam interaksi manusia .Apa yang attitude “sosialisasi”
dari manusia itu sebagian besar terdiri atas pembentukan attitude-attitude khas
yang memiliki orang Perancis,termasuk attitude-attitude terhadap nilai-nilai
dan norma-norma sosial kelompok perancis.
Attitude sosial dan individual pada umumnya
itu mempunyai sifat-sifat dinamis yang sama seperti sifat motif dan motivasi;
yaitu merupakan salah satu penggerak internal di dalam pribadi orang yang
mendoronganya berbuat sesuatu dengan cara tertentu.
Menurut Stephen dan Timothy (2008:92) Sikap (attitude) adalah pernyataan
evaluatif, baik yang menyenangkan maupun tidak menyenangkan terhadap objek,
individu, atau peristiwa.
Menurut Ramdhani,(2008) sikap adalah cara menempatkan atau
membawa diri, atau cara merasakan, jalan pikiran, dan perilaku.
Menurut Kotler dan Armstrong (1997,
p.157), sikap
adalah “Evaluasi,perasaan, dan kecenderungan dari individu terhadap suatu obyek
yang relatif konsisten”. Sikap menempatkan orang dalam kerangka pemikiran
mengenai menyukai atau tidak menyukai sesuatu, mengenai mendekati atau
menjauhinya.
Menurut Muchlas (2005:151) sikap (attitudes) ialah sesuatu yang
kompleks, yang dapat didefinisikan sebagai pernyatan-pernyataan evaluatif, baik
yang menyenangkan maupun yang tidak menyenangkan, atau penilaian mengenaiobjek,
manusia, atau peristiwa-peristiwa. Sebahagian sikap terbentuk melalui proses
belajar sosial yang diperoleh dari orang lain.
Menurut Azwar (1995) sikap dapat dikategorikan ke dalam tiga
orientasi pemikiran, yaitu: sikap yang berorientasi pada respon, sikap yang
berorientasi pada kesiapan respon, dan sikap yang berorientasi pada skema
triadic.
C. Pembentukan Dan Perubahan Attitude
Pembentukan attitude tidak terjadi dengan
sendirinya atau dengan sembarangan saja . Interaksi social didalam kelompok
maupun diluar kelompok dapat merubah attitude atau membentuk attitude yang
baru.akan tetapi pengaruh dari luar diri manusia karena interaksi diluar
kelompoknya itu sendiri belum cukup untuk menyebabkan berubahnya attitude atau
terbentuknya attitude yang baru.
a.
Faktor-faktor internal
Yang menjadi persoalan disini adalah apakah pandangan baru yang diperoleh
melalui alat komunikasi itu dapat ditampung diantara sikap-sikap pandangan dan
sikap-sikap perasaan yang sudah terdapat pada seseorang ?
Pilihan tersebut berhubungan
erat dengan motif-motif dan attitude-attitude yang bekerja didalam diri kita
pada waktu itu dan mengarahkan minat perhatian kita terhadap objek-objek
tertentu diantara keseluruhan objek yang mingkin kita perhatikan pada waktu itu.
Sebuah contoh sederhana mengenai adanya pilihan dalam pengamatan yang
ditentukan motif-motif itu misalnya apabila seseorang sedang sangat lapar ia
akan lebih memperhatikan rangsangan dari lingkungannya yang dapat membawakan
orang itu kepada pemuasan dari kelaparan itu daripada rangsangan yang tidak
berhubungan dengan kebutuhan akan makanan itu.
b.
Faktor- faktor Eksternal
Dalam pembentukan dan
perubahan attitude,selain faktor-faktor internal terdapat pula faktor-faktor
eksternal. Mengenai faktor eksternal itu akan diuraikan beberapa hal seperti
yang dikemukakan oleh M.Sherif dalam bukunya sbb :
1.
Dalam interaksi kelompok
dimana terdapat hubungan timbal – balik yang langsung antara manusia.
2.
karena komunikasi,dimana
terdapat pengaruh-pengaruh (hubungan) langsung dari satu pihak saja.
Perubahan attitude dapat
berlangsung dalam interaksi kelompok tetapi dalam hal itu harus dibedakan pula
dua macam interaksi kelompok yaitu :
1. Perubahan attitude karena
shifting of reference-groups.
2.
Perubahan attitude didalam
situasi kontak social antara dua kelompok itu.
Proses pembentukan sikap berlangsung secara
bertahap, dimulai dari proses belajar. Proses belajar ini dapat terjadi karena
pengalaman-pengalaman pribadi seseorang dengan objek tertentu, seperti orang,
benda atau peristiwa,dengan cara menghubungkan objek tersebut dengan
pengalaman-pengalaman lain dimana seseorang telah memiliki sikap tertentu
terhadap pengalaman itu atau melalui proses belajar sosial dengan orang lain.
Faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan sikap adalah (Azwar:1995,30):
a.
Pengalaman Pribadi Apa yang telah dan sedang kita alami akan
ikut membentuk dan mempengaruhi penghayatan kita terhadap stimulus sosial
b.
Pengaruh Orang Lain Yang Dianggap Penting
c.
Pengaruh Kebudayaan
Suatu kegiatan usaha haruslah dilakukan dengan etika
atau norma-norma yang berlaku di masyarakat bisnis. Etika / sikap atau
norma-norma itu digunakan agar para pengusaha tidak melanggar aturan yang telah
ditetapkan dan usahanya dijalankan dengan memperoleh simpati dari berbagai
pihak.
Etika dalam
arti luas Etika adalah
tata cara berhubungan dengan manusia lainnya, karena masing-masing masyarakat
beragam adat dan budaya, sebagai tindakan mengatur tingkah laku atau perilaku
manusia dengan masyarakat (Tingkah laku itu perlu diatur agar tidak melanggar
norma-norma atau kebiasaan yang berlaku dimasyarakat). Etika wirausaha
secara umum adalah Sikap dan perilaku seorang pengusaha harus mengikuti
norma yang berlaku dalam suatu negara atau masyarakat, Berpenampilan sopan
dalam suatu situasi atau acara tertentu, Cara berpakaian yang layak dan pantas,
Cara berbicara yang santun dan tidak menyinggung orang lain dan Perilaku yang
menyenangkan orang lain. Etika dan norma setiap pengusaha adalah Kejujuran, Bertanggung-Jawab, Menepati
Janji, Disiplin, Taat Hukum, Suka Membantu, Komitmen Dan Menghormati dan
Mengejar Prestasi.
BAB VII
SKILL DALAM PSDM
A. Pengertian
Skill / Keahlian
Setiap orang memiliki keterampilan yang merupakan suatu talenta dari Yang Maha Kuasa. Sebagian orang menyadari akan keterampilan yang dimilikinya, akan tetapi
sebagian lagi belum atau tidak menyadari keterampilan dalam dirinya sendiri.
Definisi keterampilan adalah kemampuan seseorang dalam mengubah sesuatu hal
menjadi lebih bernilai dan memiliki makna. Menggunakan keterampilan bisa saja
dengan pikiran, akal dan kreatifitas. Jika keterampilan itu diasah, tidak
menutup kemungkinan bila akan menghasilkan sesuatu yang menguntungkan.
Hasibuan (2003) menyatakan bahwa keahlian harus mendapat perhatian
utama kualifikasi seleksi. Hal ini yang
akan menentukan mampu tidaknya seseorang menyelesaikan pekerjaan yang
ditugaskan kepadanya. Keahlian ini mencakup
technical skill, human skill, conceptual skill, kecakapan untuk
memanfaatkan kesempatan serta kecermatan penggunaan peralatan yang dimiliki
organisasi dalam mencapai tujuan.
Menurut Hasibuan (2003), dalam suatu program pengembangan ditetapkan suatu
sasaran, proses, waktu dan metode pelaksanaannya. Supaya lebih baik program itu
harus dibuat perencanaan terlebih dahulu, karena metode pengembangan didasarkan
pada tujuan yang ingin dicapai. Lebih lanjut Hasibuan (2003) menyatakan bahwa
pertimbangan promosi adalah kecakapan, orang yang cakap atau ahli mendapat
prioritas pertama dalam promosi. Kecakapan adalah total dari semua keahlian
yang diperlukan untuk mencapai hasil yang bisa dipertanggungjawabkan.
B. Pengertian
Menurut Para Ahli
Setiap
parah ahli memiliki pandangannya sendiri mengenai definisi keterampilan.
Berikut pengertian keterampilan menurut para ahli:
·
Gordon (1994)
Keterampilan merupakan sebuah kemapuan dalam mengoperasikan pekerjaan secara lebih mudah dan tepat. Definisi
keterampilan menurut Gordon ini cenderung mengarah pada aktivitas psikomotor.
·
Dunette (1976)
Keterampilan berarti mengembangkan pengetahuan yang
didapatkan melalui training dan pengalaman dengan melaksanakan beberapa tugas.
·
Nadler (1986)
Keterampilan harus dilakukan dengan praktek sebagai
pengembangan aktivitas.
·
Iverson (2001)
Keterampilan tidak hanya membutuhkan training saja,
tetapi kemampuan dasar yang dimiliki setiap orang dapat lebih membantu
menghasilkan sesuatu yang bernilai dengan lebih cepat.
Robbins (2000)
Keterampilan dibagi menjadi 4 kategori yaitu:
1. Basic Literacy Skill : Keahlian dasar yang sudah pasti
harus dimiliki oleh setiap orang seperti membaca, menulis, berhitung serta
mendengarkan.
2. Technical Skill : Keahlian secara teknis yang didapat
melalui pembelajaran dalam bidang teknik seperti mengoperasikan komputer dan
alat digital lainnya.
3. Interpersonal Skill : Keahlian setiap orang dalam
melakukan komunikasi satu sama lain seperti mendengarkan seseorang, memberi
pendapat dan bekerja secara tim.
4. Problem Solving : Keahlian seseorang dalam memecahkan
masalah dengan menggunakan loginya.
Dari pendapat parah ahli diatas kita dapat menarik
kesimpulan bahwa keterampilan setiap orang harus diasah melalui program
training atau bimbingan lain. Training dan sebagainya pun didukung oleh
kemampuan dasar yang sudah dimiliki seseorang dalam dirinya. Jika kemampuan
dasar digabung dengan bimbingan secara intensif tentu akan dapat menghasilkan
sesuatu yang bermanfaat dan bernilai bagi diri sendiri dan orang lain.
C. Perbedaan
Hardskill Dengan Softskill
Dalam dunia
kerja yang dibutuhkan tidak hanya kepandaian akademik/teknis saja, namun juga
non akademik. Di sekolah kita lebih diajarkan mengenai kemampuan akademik saja,
sedangkan kemampuan non akademik kita tidak begitu diperhatikan. Sedangkan
nantinya ketika kita berada di dunia kerja selain mampu dalam menyelesaikan
tugas sesuai dengan kemampuan, kita juga harus mampu beadaptasi dengan baik di
dunia kerja. Kemampuan akademik/teknis disebut juga hardskill, sedangkan
kemampuan non akademik disebut softskill. Hard skills merupakan penguasaan ilmu
pengetahuan, teknologi, dan keterampilan teknis yang berhubungan dengan bidang
ilmunya. Sedangkan softskill adalah keterampilan seseorang dalam berhubungan
dengan orang lain (interpersonal skills) dan keterampilan dalam mengatur
dirinya sendiri (intrapersonal skills) yang mampu mengembangkan unjuk kerja
secara maksimal.
Contoh
kemampuan hardskill adalah keterampilan teknis seperti keuangan, komputer,
kualitas, atau keterampilan perakitan. Hardskill dapat dilihat/diukur dari
riwayat pendidikan. Sedangkan softskill dapat dilihat dari pengalaman dalam
berorganisasi. Contoh softskill adalah pribadi dan perilaku interpersonal yang
mengembangkan dan memaksimalkan kinerja manusia misalnya, pelatihan,
pembentukan tim, pengambilan keputusan, inisiatif. Contoh lain dari
keterampilan-keterampilan yang dimasukkan dalam kategori soft skills adalah
integritas, motivasi, etika, kerja sama dalam tim, kepemimpinan, kemauan
belajar, komitmen, mendengarkan, tangguh, fleksibel, komunikasi lisan, jujur,
berargumen logis, tahan banting, kompetisi, ulet, dan lainnya.
Keterampilan-keterampilan
tersebut umumnya berkembang dalam kehidupan bermasyarakat. Sifat soft skills
meliputi nilai yang dianut, motivasi, perilaku, kebiasaan, karakter dan sikap.
Sifat ini dimiliki oleh setiap orang dengan kadar yang berbeda-beda yang
dipengaruhi oleh kebiasaan berfikir, berkata, bertindak dan bersikap. Tapi,
sifat ini dapat berubah jika individu tersebut mau mengubahnya dengan cara
berlatih membiasakan diri. Softskill dibagi menjadi dua, yaitu intrapersonal
skills dan interpersonal skills. Intrapersonal skills adalah keterampilan
seseorang dalam ”mengatur” diri sendiri. Intrapersonal skills sebaiknya
dibenahi terlebih dahulu sebelum seseorang mulai berhubungan dengan orang lain.
Sedangkan interpersonal skills adalah keterampilan seseorang yang diperlukan
dalam berhubungan dengan orang lain. Secara rinci keterampilan tersebut adalah
:
Intrapersonal Skill :
- Transformasi karakter
- Transformasi keyakinan
- Manajemen perubahan
- Manajemen stres
- Manajemen waktu
- Proses berfikir kreatif
- Tujuan pengaturan & tujuan hidup
- Dipercepat belajar teknik
- Percaya Diri
- Penilaian sifat, diri & preferensi
- Kesadaran emosional
- Kontrol diri
- Kelayakan
- Proaktif
Interpersonal Skill :
- Keterampilan komunikasi
- Keterampila motivasi
- Keterampilan kepemimpinan
- Keterampilan self-marketing
- Keterampilan negosiasi
- Keterampilan presentasi
- Keterampilan berbicara di publik
- Kesadaran politik
- Memanfaatkan keragaman
- Orientasi pelayanan
- Empati
- Manajemen konflik
- Kerjasama tim
- Sinergi
Dewasa ini kebanyakan perusahaan dalam perekrutan
pegawai mensyaratkan paduan antara hardskill dengan softskill. Perusahaan
menganggap bahwa percuma jika hardskill saja yang bagus namun softskillnya
tidak. Saat perekrutan karyawan, perusahaan cenderung memilih calon yang
memiliki kepribadian lebih baik meskipun hard skillnya lebih rendah. Alasannya
sederhana, yaitu memberikan pelatihan keterampilan jauh lebih mudah daripada
pembentukan karakter. Bahkan kemudian muncul tren dalam strategi rekrutasi,
yaitu ”Recruit for Attitude, Train for Skill“. Pada perekrutan karyawan, kemampuan
teknis dan akademis (hard skill) lebih mudah diseleksi, dan dapat diketahui
pada daftar riwayat hidup, pengalaman kerja, indeks prestasi dan ketrampilan
yang dikuasai.
Sedangkan untuk soft skill biasanya dievaluasi oleh
psikolog melalui psikotes dan wawancara mendalam. Interpretasi hasil psikotes,
meskipun tidak dijamin 100% benar namun sangat membantu perusahaan dalam
menempatkan ‘the right person in the right place’. Umumnya kelemahan di
softskill berupa karakter yang melekat pada diri seseorang. Kemampuan ini bisa
diasah dan ditingkatkan seiring dengan pengalaman kerja. Salah satu cara
mengubahnya melalui learning by doing. Selain itu, juga bisa diasah dan
ditingkatkan dengan cara mengikuti pelatihan-pelatihan maupun seminar-seminar
manajemen. Namun, satu cara ampuh untuk meningkatkan soft skill adalah dengan
berinteraksi dan beraktivitas dengan orang lain.
BAB VIII
MANAJEMEN BAKAT / TALENT
A. Pengertian
Manajemen Bakat/Talent
Dalam kamus bahasa Indonesia, talent adalah
kecerdasan bawan sejak lahir. Sedangkan talent dalam konteks
karyawan berbakat didefinisikan sebagai kemampuan seseorang yang
meliputi kelebihan fundamental, keterampilan, pengetahuan, pengalaman,
kecerdasan, pengambilan keputusan, sikap, karakter, dorongan, serta kemampuan untuk
belajar dan berkembang. (Michael, et al. 2001).
Banyak definisi yang dikemukakan oleh para ahli
mengenai pengertian talent management. Buckingham dan Clifton (2001) yang
dikutip oleh Piansoongnern (2010) menyatakan bahwa talent adalah sesuatu
yang bersifat alamiah yang dimiliki oleh seseorang, sedangkan keterampilan dan
pengetahuan merupakan sesuatu yang bisa diperoleh dari luar. Sehingga ketika
bakat yang sudah dimiliki seseorang ditunjang dengan pengetahuan dan
keterampilan yang memadai, hal itu akan menjadi kekuatan bagi diri seseorang.
Talenta yang dimiliki adalah modal untuk memperoleh keterampilan. Seseorang
yang memiliki talenta memiliki kemampuan untuk menghadapi perubahanperubahan
yang akan terjadi di masa kini dan mendatang (Morton, 2004).
Tansley, et al (2006) juga menyatakan
bahwa talent dapat dianggap sebagai kombinasi kompleks dari keterampilan
karyawan, aspek kognitif serta potensi atau keunggulan dari dalam dirinya.
Manajemen talenta menempatkan pegawai yang memiliki kinerja tinggi pada posisi
kunci organisasi. Lewis dan Heckman (2006) mendifinisikan manajemen talenta
sebagai sebuah proses secara keseluruhan mulai dari rekrutmen, penempatan,
sampai pengembangan dan perencanaan untuk suksesi pegawai.
Royani (2007) yang dikutip oleh Musthafa (2008)
menjelaskan talent adalah alat yang dianugerahkan Tuhan kepada semua
manusia untuk menjadi hebat (berprestasi atau berkinerja tinggi). Sebagai suatu
alat, talentdiibaratkan sebuah kampak yang sudah ada bagian yang mudah
diasah atau ditajamkan dan ada bagian lain yang sulit bahkan tidak bisa
ditajamkan. Jika yang diasah adalah bagian yang memang didesain 12untuk
ditajamkan maka usahanya akan berhasil dengan baik dan lebih cepat.
Di bawah ini adalah beberapa proses yang dilakukan:
1. Hasrat
sejati (inner calling)
Di sini
yang perlu dilakukan
adalah menemukan keinginan-keinginan yang selalu mendorong seseorang untuk meraihnya atau melakukannya.
Konon, di setiap diri manusia sudah
dipasang semacam stasiun radio
yang selalu menyuarakan
dorongan kepada kita untuk melakukan
sesuatu yang sifatnya sangat
spesifik. Inilah yang disebut hasrat sejati – yaitu sebuah hasrat yang terus
menggelora di dalam diri kita. Supaya hasrat sejati itu teratur dan
tersalurkan, cobalah merumuskan dan memperjuangkan tujuan hidup yang sudah kita
buat berdasarkan kemampuan kita hari ini. Dari
inner calling ini maka, “Setiap
orang memiliki bara
api yang menyala-nyala
di dalam hatinya
untuk meraih sesuatu. Tujuan
hidup adalah alat
untuk menemukannya dan
menjaganya supaya tetap menyala.”
2. Pembuktian
diri
Membuktikan
diri artinya kita memunculkan ide,
gagasan atau keinginan
lalu kita memperjuangkannya
sampai berhasil. Agar
kita tidak terlalu
sering gagal, pilihlah yang
kira-kira bisa kita
lakukan dengan kapasitas
yang kita miliki hari
ini. Semakin banyak yang
bisa kita realisasikan,
semakin tahu di mana
sebetulnya keunggulan dan kelemahan
kita. “Selama Anda
belum bisa melihat hasil
karya Anda, selama
itu pula Anda belum tahu kemampuan Anda.” Biasanya,
selama kita belum bisa membuktikan apa yang sanggup kita
lakukan (menghasilkan kreasi atau
karya), penilaian kita tentang
kemampuan kita masih
belum akurat. Terkadang
kita hanya merasa
mampu padahal belum tentu
kita memiliki kemampuan.
Pembuktian adalah jalan
untuk mengetahui apakah kita
sudah memiliki kemampuan atau baru merasa mampu.
3.
Perbandingan positif
Ini juga bisa kita lakukan. Tehniknya,
kita dapat membuat perbandingan antara kita
dengan orang lain. Orang
lain itu bagaikan
cermin buat kita. Mengetahui di mana keunggulan dan
kelemahannya, biasanya akan
menunjukkan di mana keunggulan
dan kelemahan kita. Tehnik melihat dan melakukan
sesuatu dengan orang
lain (bersinergi atau bekerja
sama) inilah yang pernah dilakukan Bruce
Lee. Cuma ada satu yang perlu dicatat. Model
perbandingan yang kita
butuhkan adalah perbandingan
positif. Maksudnya, kita membandingkan diri kita dengan orang lain, bukan untuk tujuan
yang macam-macam, tetapi murni untuk memperbaiki diri.
4. Pengasahan
(Practicing)
Konon,
sekitar tahun 1998, tim ahli dari Universitas Exter di Amerika
pernah melakukan studi terhadap
kehidupan orang-orang berprestasi,
seperti Mozart, Picasco, dan
macam-macam. Hasilnya, mereka merekomendasikan
kepada umat manusia untuk membuang mitos yang selama ini
diyakini. Mitos seperti apa yang biasa kita yakini? Kita sering meyakini
bahwa orang-orang berprestasi
tinggi itu meraih
prestasinya karena Tuhan “mengistimewakan” mereka
dengan bakat yang
dimiliki sementara kita
bukan seperti mereka. Mengapa
keyakinan semacam ini
disebut mitos? Telaah
di lapangan menyimpulkan, ternyata
bukan karena bakat
semata yang membuat
mereka berhasil. Memang benar,
mereka meraih prestasi
tinggi karena punya
bakat, ada peluang,
ada dukungan dan ada
pelatihan, tetapi faktor
yang paling banyak mendukung keberhasilan mereka adalah
“practicing” atau mengasah
bakat, keunggulan atau
kelebihan alamiah yang
melekat pada dirinya.
“Orang selalu berkata
kepada saya bahwa
bakat saya dan kejelian saya yang menjadi alasan
kesuksesan saya. Mereka tidak pernah berkata tentang praktek, praktek, dan
praktek yang saya jalankan.”
5. Penempatan /
penyaluran
Tidak semua keunggulan alamiah itu berada di
lokasi yang sangat jauh dari kita sehingga
kita perlu mencarinya
setengah mati. Ada
kalanya bisa muncul
dari hobi, kegemaran-kegemaran kecil,
kegiatan tertentu yang
kita lakukan tanpa
beban seperti orang main-main
atau dari hal-hal yang sangat dekat
dengan kebiasaan kita sehari-hari. Di sini
yang dibutuhkan adalah menyalurkan atau menempatkannya pada
saluran atau bidang-bidang yang
kira-kira menguntungkan kita lalu kita
perbaiki dan kita kembangkan. Berkaitan
dengan dengan enerji
potensial dari dalam
diri ini Marie
Dalloway dalam
Clutterbuck (2003:78).
mensyaratkan adanya lima
hal mendasar bagi seorang atlet
untuk mengaktualkan bakat potensialnya, yaitu:
1. Bakat
(Talent)
2. Kemauan
keras untuk maju (Steel Will).
3. Dedikasi
(cinta pekerjaan atau profesi)
4.
Pembinaan dan Latihan
5. Training
– diri
Sidney Moon dalam konferensi tahunan
kedelapan tentang bakat di Yunani pada tahun 2002 (http://www.talentaweb.com)
menjelaskan bahwa supaya bakat seseorang itu muncul dan bermanfaat bagi orang
itu (ter-aktualkan), maka ini menuntut tiga hal, yaitu:
1. Kemampuan memahami
diri (tahu kelebihan, tahu kelemahan, tahu tujuan)
2. Kemampuan
membuat keputusan hidup yang bagus (berpikir positif, ber-aksi positif, bergaul
di lingkungan kondusif)
3. Kemampuan
mentaati disiplin–diri (kemauan, ketekunan, kegigihan, dst) Harus
diakui memang bahwa
ada rahasia Pencipta
di balik istilah
bakat itu.
Maksudnya, bakat dalam arti
keunggulan alamiah (potensi) memang dimiliki oleh semua orang, tetapi
kenyataannya ada orang yang tahu (“ditunjukkan”) harta karunnya lebih dini
sementara yang lain
tidak. Ada bakat
tertentu yang punya
nilai sendiri untuk
masa tertentu sementara yang
lain tidak atau
belum. Tampaknya kekuatan manusia terletak pada
tiga ha yaitu
, bakat, pengetahuan
dan ketrampilan. Bakat
adalah pola pikir, perasaan atau
perilaku alami yang
kita miliki. Pengetahuan
adalah fakta-fakta dan pelajaran yang kita pelajari dalam hidup
ini. Sedangkan ketrampilan adalah hal-hal atau langkah-langkah yang
kita kuasai karena
kita melatih atau
melakukannya secara terus menerus. Bertolak
dari hal di
atas maka secara jelas
dapat diketahui bahwa
bakat hanya salah satu
dari 3 aspek
kekuatan manusia. Bakat
adalah sesuatu yang
sudah kita bawa sejak
lahir dan merupakan
anugerah Pencipta yang
harus disyukuri.
Jangan pernah menyesali bakat
yang telah diberikan-Nya. Jika
merasa bakat kurang
maka kembangkanlah 2 aspek lainnyayakni pengetahuan dan ketrampilan. Setiap
orang adalah individu
yang unik, yang bertanggungjawab atas
dirinya sendiri untuk menemukan
misi hidupnya masing-masing. Agar
memiliki performa optimal,
tentunya sangat pas apabila seseorang beraktivitas sesuai dengan keunikan yang melekat
pada dirinya, jika diibaratkan jadilah
ikan yang hidup di air, atau burung
yang terbang di udara. Akankah demikian? Mengapa tidak? Pencipta telah
mengkaruniakan itu semua kepada setiap manusia, mengkaruniakan bakat atau talenta sebagai potensi untuk di asah,
dilatih sehingga misi hidupnya untuk meraih kepuasan dan kebahagiaan hidup di
dunia dan akhirat dapat dicapinya. Betapa pentingnya tentang bakat dan potensi
pada diri seseoang bagi pencapaian misi hidupnya inilah, pada akhir-akhir ini
banyak bermunculan sederetan
kajian, konsultan yang memfokuskan pada
bakat/talenta pada diri
seseorang.
Berikut beberapa isu yang sering
terdengar dalam upaya untuk mengenali bakat pada diri sendiri yang
tentunya masih berupa
hipotesis, pertama, adalah
reaksi spontan, kedua adalah
tanda masa kecil,
dan ketiga adalah
kepuasan. Hipotesis ini
ingin mencoba mengangkat fakta
empiris.
Reaksi spontan
Langkah pertama mengenali bakat
adalah memperhatikan reaksi spontan terhadap situasi yang muncul Dugaan untuk mengenal bakat dari reaksi
sepontan ini mendiaknose seseorang
mengenali reaksi spontan
yang dialami seseorang. Hasilnya adalah
ia orang praktis? Ataukah
orang analitis? Apakah
ia adalah orang
yang waspada (sehingga melakukan konfirmasi
lebih dahulu)? Semua
reaksi spontan ini
menunjukkan bakat mental yang
sering disebut kepribadian.
Tanda masa kecil
Tanda masa kecil (yearnings) menunjukkan bakat natural
seseorang. Contoh tanda masa kecil ini
misalnya Von Neumann(http://www.talentaweb.com., lahir
di Hungaria tahun 1903, adalah
perumus dasar-dasar komputer. Pada usia 6 tahun telah mampu menghitung
pembagian 8 angka hanya di kepala. Pada usia 8
tahun dia sudah belajar kalkulus.
Dia juga punya ingatan
fotografik, cukup membaca
sekilas buku telepon,
dia bisa mengingatnya kembali
dengan persis. Von
Neumann menjadi peletak
dasar-dasar komputer. Dia juga
arsitek yang merancang
bom atom Fat
man, yang dijatuhkan
di Nagasaki oleh tentara sekutu. Contoh lain misalnya Anna Mary
Robertson Moses lahir di pertanian
dekat New York.
Sejak kecil dia
senang mencampur warna,
dan membuat sketsa indah
dari berbagai buah-buahan. Namun kehidupan
pertanian membuatnya tak lagi
melukis hingga 40 tahun lamanya. Pada usia 78 tahun barulah dia memiliki
waktunya untuk melukis.
Selama 23
tahun kemudian hingga
saat kematiannya, Moses
melukis ribuan karya, dan
kemudian terkenal sebagai
artis lukis Grandma
Moses (http://www.talentaweb.com.).
Selain mengenal bakat dari
tanda masa kecil, umumnya juga melihat
tanda “cepat belajar”
Cepat belajar (rapid
learning/ fast learning) merupakan tanda
bahwa seseorang berbakat
pada bidang tersebut.
Terkadang yang bersangkutan tidak
menyadari hal itu,
sampai suatu ketika
mendapat kesempatan mempelajari
hal baru, dan begitu mudah menguasainya.
Misalnya JK Rowling, penulis Harry
Potter, juga tidak
menyadari punya bakat
mendongeng hingga teman-teman anaknya
menyatakan begitu menariknya
kisah Harry Potter.
Kini dia wanita
kedua terkaya di Inggris,
kalah hanya oleh
Ratu Elizabeth. Tanda-tanda
masa kecil ini dipandang
menunjukkan bakat natural atau alami.
Kepuasan
Salah
satu ciri yang
umum digunakan untuk mengetahui bahwa
seseorang pada jalur yang benar
adalah kalau seseorang merasa puas dengan apa yang dilakukan. Orang-orang yang
sukses di berbagai bidang menunjukkan kepuasan terhadap pekerjaan mereka, baik pekerjaan
itu menghasilkan banyak uang maupun
tidak. Kalau seseorang
senang melihat orang lain tumbuh karena bimbingannya boleh jadi yang
bersangkutan berbakat menajdi pembina/pendidik. Seringkali
yang membuat puas
bukanlah sesuatu yang tampak
secara fisik. Dalam kaitan
pengenalan bakat atau talenta ini
Domingo (Digest, August 2005:7) menyarankan agar
kita mencari bidang pekerjaan
yang membuat kita bergairah (passion)
atau bidang yang
kita ahli (strength).
Setidaknya 10 indikasi
yang kalau sebuah bidang
pekerjaan merupakan talenta
seseorang, yaitu:
1. kita menyukai pekerjaan tersebut
2. kita mau melakukan pekerjaan tersebut meski tidak
dibayar
3. kita merasakan kemudahan ketika melakukan pekerjaan
tersebut
4. kita terus bertumbuh dalam bidang pekerjaan
tersebut
5. kita sering dipuji orang karena pekerjaan tersebut
6. kita bersemangat ketika membicarakan pekerjaan
tersebut
7. kita sering lupa waktu ketika melakukan pekerjaan tersebut
8. kita merasa puas ketika melakukan pekerjaan
tersebut
9. kita merasa bangga bisa melakukan pekerjaan
tersebut
10.kita mudah mempengaruhi orang dalam bidang
pekerjaan tersebut.
Membangun Organisasi Berbasis
Talenta, mungkinkah? Apabila benar bahwa
talenta atau bakat diibaratkan
sebagai pedang atau intan, atau seseorang
yang telah berkembang
talentanya ibarat ikan
berenang, atau burung terbang, maka membangun manusia
berbasis talenta menjadi suatu keharusan. Karyawan potensial, yang
memiliki talenta, sangat
menentukan keberhasilan perusahaan
untuk jangka waktu yang
panjang. Manusia memainkan
peran terpenting di
dalam membangun, mengelola, dan
mengembangkan perusahaan. Mulai dari
pemilihan fokus bisnis hingga
menjadikannya sebagai perusahaan hebat, manusialah yang melakukannya.
Punya modal (financial capita1) atau modal-modal lainnya,
tanpa modal manusia (human capital)
sulit bagi perusahaan
untuk meraih sukses. Sebaliknya,
faktor modal manusia bisa
mempersatukan modal-modal lain
tersebut untuk mewujudkan
keberhasilan perusahaan. seperti ditegaskan oleh Dave Ulrich dalam Dale
(2003:123). Peran penting dari modal
manusia itu semakin meningkat di saat memasuki
era pengetahuan (knowledge era),
abad informasi (information age),
atau ekonomi kreatif (creative economy) saat
ini. Modal manusia menggeser modal
finansial sebagai sumber terpenting dari pertumbuhan dan
kesejahteraan.
Sedikit contoh,
keberhasilan Cina yang luar biasa di
bidang perekonomian dalam dua dekade terakhir tidak bisa dipisahkan oleh modal
manusia tadi. Bangsa Cina dikenal ulet dan produktif dalam bekerja. Kekuatan
ini menjadi daya tarik
bagi masuknya modal
global ke dalam
perekonomian Cina dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan
kesejahteraan masyarakat secara cepat.
Saat ini para praktisi sumberdaya
manusia sedang aktif mengkampanyekan peran barunya sebagai
partner bisnis strategis. Hal ini
dapat dilakukan melalui proses
seleksi yang jitu untuk membawa
orang-orang berkualifikasi terbaik guna menjawab kebutuhan bisnis perusahaan.
Tentu saja, melakukan
proses seleksi berkualitas.
Setiap posisi memerlukan metode
seleksi yang unik,
yang boleh jadi
berbeda dari posisi
lainnya.
Umumnya untuk
posisi marketing misalnya
tes presentasi lebih
sesuai karena untuk melihat keterampilan komunikasi,
tetapi belum tentu sesuai diterapkan untuk mengukur kemampuan akurasi
bagi posisi akuntansi. Untuk mendapat
sumberdaya yang benar-benar
cocok pada posisinya,
manajer sumberdaya manusia dalam
menyeleksi pelamarnya biasanya menggunakan lebih
dari satu dimensi. Umumnya
tes-tes yang dilakukan tidak hanya menyangkut ranah kognitif saja melainkan
memasuki ranah afektif
maupun psikomotorik.
Teknik ini dilakukan karena untuk mencari sumberdaya yang berbakat tidak
hanya mengandalkan penguasaan materi
yang bersifat hard
skill namun yang
lebih utama adalah
penguasaan yang memasuki ranah
soft skill. Oleh karenanya,
para praktisi sumberdaya manusia dituntut untuk menggunakan lebih dari
satu teknik seleksi. Pengalaman sering membantu untuk menentukan kombinasi
teknik seleksi mana yang
tepat untuk posisi
tertentu, dan mana yang baik
untuk posisi lainnya.
Kompetensi formal yang dimiliki oleh
pelamar tidak selamanya dapat
menjamin ia cocok
menduduki posisi yang
sesuai.
Para praktisi sumberdaya manusia mulai
mengembangkan tekni seleksi berdimensi
talenta daripada berdimensti
kompetensi. Teknik seleksi berbasis kompetensi atau sering dikenal dengan Competency Base
Human Resouce Management
(CBHRM) mulai dikembangkan menjadi Talenta
Base Human Resource Management (TBHRM).
Pada seleksi konsep CBHRM ini,
oranglah yang harus
menyesuaikan pekerjaan, sedangkan
pada konsep TBHRM pekerjaanlah yang harus menyesuaikan orang. Ketepatan
teknik seleksi memiliki peran yang amat menentukan dalam mencapai performa
manajemen, karena ketidakcocokan posisi
yang ditempati oleh
seorang karyawan, akan menyebabkan terhambatnya kemajuan perusahaan,
sebab karyawan tidak akan pernah menunjukkan performa maksimalnya untuk
meningkatkan kinerjanya. Oleh karenanya manajer sumberdaya manusia harus sigap dan tanggap dalam menghadapi hal ini.
Unit sumberdaya manusia di masa sekarang tidak melulu megurusi administrasi dan
birokrasi karyawan namun
perannya sekarang menjadi
strategis untuk berkolaborasi dengan divisi
lain yakni menjadi
partner yang cukup
strategis perannya dalam meningkatkan kinerja
perusahaan. Bagaimana tidak, kemampuan
dan ketepatan insting manajer sumberdaya manusia dalam menempatkan karyawan
sangat penting.
Pelatihan yang diberikan oleh perusahaan sebelum
karyawan baru tersebut menempati posisi adalah digunakan untuk
mengimplementasikan bakat dan meningkatkan skill karyawan tersebut, di samping juga
untuk orientasi budaya perusahaan kepada karyawan baru . Organisasi tidak cukup memiliki orang yang berbakat di
dekatnya lalu dibiarkan begitu saja,
tanpa memberi kesempatan kepada mereka untuk tumbuh dan berkembang. Benih atau
bibit unggul tak
akan menghasilkan apapun bila
benih dibiarkan saja
tanpa perawatan tanpa diberi kesempatan untuk tumbuh. Manajemen yang
cerdas menempatkan orang-orang
berbakat yang dimilikinya
ditempatkan pada tempat
yang tepat, dipelihara dengan training yang tepat,
dikembangkan karirnya, dan dimotivasi dengan reward yang layak dan adil.
Komitmen dan profesionalisme orang-orang berbakat haruslah diperlihara dengan tepat oleh manajemen sehingga mereka tetap bersedia dengan kesungguhan hati tanpa
terpaksa sedikitpun untuk tetap mengabdikan dirinya untuk kepentingan
organisasi.
Apa yang sepantasnya dilakukan oleh manajemen agar orang
berbakat didekatnya terus mampu memberikan
performanya? Pertama, manajemen
tentunya harus dapat memelihara iklim
organisasi yang sehat.
Kedua, manajemen dapat
membangun budaya orgnisasi yang memungkinkan setiap
anggota organisasi dapat
bangga terdapat budaya organisasinya yang
dibangun bersama. Ketiga, manajer sebagai
pemimpin organisasi tidak cukup
hanya menjalankan fungsi-fungsi
manajemen seperti merencanakan, mengorganisasikan anggotanya,
memgarahkan dan mengendalikan
orang-orangnya, melainkan dapat
menjadi pemimpin bagi
seluruh anggota organisasi,
yang secara ideal dan
bijak telah diungkapkan
oleh Ki Hajar Dewantoro dengan
petuahnya yang cerdik sekaligus cerdas yakni ”Ing Ngasro
Sung Tulodho, Ing Madyo Mangun Karso, Tut Wuri Handayani”.
Orang yang berbakat tentunya bekerja
atas dasar kompetensinya, oleh karenanya manajemen harus
dapat menerapkan ”siasat”
yang cerdas dalam
mempromosikan mereka. Meskipun manajemen
dapat memilih siasat rekrutmen
bagi anggotanya untuk dikembangkan karirinya dan
dipromosikan, manajemen hendaknya tidak gegabah dalam menerapkan pola
merit, spoil, maupun
nepotismenya. Ketidak tepatan
dalam mengimplementasikan siasatnya dapat menjadikan kontra produktif
bagi orang-orangnya yang berbakat. Jenjang karirnya patut menjadi perhatian dan
direncanakan secara selaras dan setimbang antara perencanaan karir organisasi
dengan perencanaan karir pribadinya,.
Salah-satu prinsip
atau filosofi utama
yang umum dipakai
di dalam membuat
career plan/career growth atau pola karir karyawan adalah bahwa promosi
dan pengembangan karir karyawan didasarkan
atas kompetensi dan
bukan berdasarkan umur
karyawan, kecuali pada pekerjaan-pekerjaan dimana
umur menjadi sesuatu
yang secara hukum menjadi
persyaratan kerja. Menerapkan
umur sebagai dasar
pengembangan karir karyawan akan
dapat mengurangi motivasi anggotanya dalam
berprestasi karena promosi akan bersifat “menunggu” dan akan terjadi
berdasarkan senioritas.
Manajemen
talenta merupakan pengembangan
sumberdaya manusia berdasarkan bakat
yang dimiliki oleh
seseorang. Manajemen berbasis talenta mengubah pendekatan superman menjadi superteam.
Dulu indikator orang yang memiliki
kinerja tinggi diukur rajin
atau tidaknya masuk
kerja, seperti halnya
saat sekolah. Hal
demikian tidaklah terlalu salahi,
tetapi hal itu terlalu
standar, sekarang bukan
hanya sekadar masuk kerja, tetapi
setelah bekerja orang itu menghasilkan apa. Oleh karena itu paling tidak ada tiga persyaratan bagi
manajemen untuk membangun
manajemen berdasarkan talenta
ini, pertama orang-orangnya haruslah yang memiliki commitment,
bercarachter dan tentunya adalah competence.
Konsep manajemen talenta ini diyakini
lebih baik dari konsep manajemen sumber daya manusia lainnya. Sebagai contoh
yang pertama, dalam hal kecepatan (speed), orang yang beraktivitas
sesuai dengan bakatnya akan memiliki kemampuan belajar lebih baik. Kedua, berbicara
tentang performa (prestasi),
orang-orang yang bekerja
sesuai dengan talentanya mampu mencapai prestasi
yang tinggi dan mampu mnemberikan kontribusi yang besar bagi perusahaan. Ketiga,
mereka juga memiliki daya tahan yang
lebih tinggi terhadap
pekerjaan yang digelutinya. Dan keempat, orang yang
bekerja sesuai dengan bakatnya akan mempunyai komitmen yang
lebih tinggi. Manajemen berbasis
talenta dan manajemen
berbasis kompetensi keduanya menekankan pada pentingnya
kompetensi, kemudian apa bedanya ?, yang berbeda adalah fokusnya.
Manajemen berbasis talenta,
terlebih dahulu memotret dan mengenali
bakat setiap orang, lalu
dibangun kompetensinya selaras
dengan bakat yang
dimilikinya sehingga dalam waktu
singkat memiliki kompetensi
yang diharapkan.
Sementara manajemen berbasis kompetensi, dibutuhkan role
model untuk melihat karakteristik suatu jabatan. Dari hasil penelusuran itu,
orang yang menempati posisi tersebut harus memiliki kompetensi sesuai
dengan karakteristik jabatan
tersebut. Kemudian, kompetensi karyawan akan
dipotret oleh bagian
assessment center. Dari
penilaian ini, diketahui dimana letak kekurangan dan
kekuatan kompetensinya. Bila terdapat kesenjangan antara kemampuan saat
ini dengan kompetensi
yang seharusnya dimiliki,
orang yang bersangkutan akan
diberi berbagai pelatihan
yang dibutuhkan sehingga
kompetensinya terpenuhi. Jadi pada manajemen berbasis kompetensi, perusahaan
fokus pada mengatasi kesenjangan
antara kemampuan orang
tersebut dengan kompetensi
yang seharusnya dimiliki.
Paradigma ini mengarahkan karyawan harus selalu
memenuhi kompetensi yang dibutuhkan, tanpa mempedulikan bakat yang dimilikinya.
Organisasi berbasis talenta
menghendaki adanya manajemen yang
memiliki kematangan dalam merespon
inovasi dan kreativitas anggotanya. McBeath (1997: 132) mengidentifikasi enam langkah
yang selayaknya dilakukan seorang
pemimpin agar pola pikir tentang talenta
ini menyatu ke
dalam organisasi yaitu:
Pertama, pemimpin menetapkan standar
karyawan berbakat yang
dimilikinya dengan koordinasi
dengan manajer sumberdaya manusia.
Kedua, pemimpin terlibat
penuh dalam setiap pengambilan keputusan
yang berkaitan dengan
sumberdaya manusia di
organisasinya. Ketiga, pemimpin melaksanakan sendiri proses
peninjauan terhadap bakat yang dimiliki
sumberdaya manusianya. Keempat,pemimpin
menanamkan pola pikir
talent kepada seluruh manajer di
dalam organisasi. Pemimpin tidak bisa
menjalankan pekerjaan besar ini
sendirian. Dia harus
menanamkan pola pikir
yang sama kepada
seluruh jajaran manaemen agar
talent management yang bagus
berlangsung di seluruh
level. Kelima, pemimpin
memiliki pola pikir bahwa setiap reward dan biaya untuk orang berbakat Ialah suatu
investasi. Keenam, pemimpin
seharusnya mau bertanggung jawab
terhadap talent pool yang
mereka bangun. Talent
pool sangat strategis
bagi keberhasilan perusahaan sehingga
sudah semestinya pemimpin
siap bertanggung jawab
terhadap hal itu.
B. Tujuan Talent
Management
Menurut Smilansky (2008) tujuan dari manajemen talenta
adalah:
1.
Untuk mengembangkan tim unggulan yang terbaik dalam kondisi bisnis yang
penuh persaingan.
2.
Untuk memperoleh calon pengganti untuk posisi kunci eksekutif.
3.
Untuk memungkinkan adanya saling pengisian antareksekutif dari
berbagai latar belakang fungsional, geografis, dan bisnis, sehingga dapat
mengembangkan inovasi dan memanfaatkan sebaik mungkin sumber daya internal yang
ada dalam perusahaan.
4.
Untuk mengembangkan peluang-peluang karir yang diperlukan, yang dapat
mempertahankan dan menarik eksekutif terbaik.
5.
Untuk membangun budaya yang mampu mendorong eksekutif terbaik menunjukkan
kinerjanya di puncak potensinya.
6.
Untuk memastikan adanya peluang-peluang bagi karyawan yang paling
bertalenta untuk dapat meningkat dengan cepat dari tingkat bawah perusahaan
menuju tingkat atas.
7.
Agar dapat mempromosikan adanya keragaman eksekutif (berdasarkan jenis
kelamin, latar belakang etnis, dan usia) dalam posisi kunci, yang
mencerminkan karakteristik pelanggan dan kelompok talenta yang luas.
8.
Untuk dapat menyusun proses asesmen karyawan berpotensi yang hasilnya
melebihi perspektif manajer karyawan tersebut.
9.
Untuk membangun rasa memiliki perlunya karyawan bertalenta baik, membuka
peluang yang tidak terbatas bagi karyawan yang istimewa, dan
mengembangkan karyawan untuk kepentingan perusahaan. Dengan ragam tujuan
pelaksanaan manajemen talenta, kunci dari manajemen talenta adalah upaya
untuk memahami bagaimana manajemen talenta cocok dan selaras dengan keseluruhan
upaya serta 13 fungsi SDM untuk meningkatkan kinerja perusahaan ataupun organisasi.
C. Pengembangan
Talenta
Pengembangan talenta dilakukan dengan mengkondisikan
para talent untuk beraktifitas atau melakukan pekerjaan yang sesuai talentnya
serta tetap menyesuaikan dengan kompetensi yang dibutuhkan. Proses pengembangan
para talenta dilaksanakan berdasarkan hasil pemetaan potensi dan performa
pegawai. Tujuan dari pengembangan para talent adalah mengembangkan
potensi para talent menjadi kekuatan melalui peningkatan pengetahuan dan
keterampilan yang sesuai dengan talent-nya sehingga menjadi kompetensi yang
unggul. Pengembangan terhadap para talent dimaksudkan untuk sampai pada jenjang
jabatan yang tertinggi sehingga pengembangannya berlangsung secara
terus-menerus termasuk setelah talenta memangku jabatan yang lebih tinggi.
Berbagai macam cara dapat dilakukan untuk pengembangan para talenta,
antara lain: Pendidikan dan pelatihan, job enlargement dan job
enrichment, penugasan yang berbobot, mentoring, coaching dan counseling (Davis,
2007).
D. Kelompok
Talenta (Talent Pools)
Proses rencana suksesi yang normal, setiap jabatan
eksekutif memiliki daftar pengganti yang telah ditentukan. Selain itu, terdapat
proses tahunan yang memastikan nama-nama terus diperbarui. Tingkat perubahan
yang terjadi dalam dunia bisnis saat ini menyebabkan cepatnya perubahan
struktur organisasi di dalam perusahaan. Kelompok talenta merupakan
sekelompok individu dengan rentang kapabilitas pada tingkatan tertentu. Mereka
dinilai memiliki hal-hal yang diperlukan untuk berpindah ke dalam rentang
posisi pada tingkatan berikutnya.
Umumnya, perusahaan perlu mengembangkan tiga kelompok
talenta yang berbeda. Pertama, kelompok talenta yang terdiri dari caloncalon
eksekutif yang akan ditempatkan sebagai bagian dari kelompok teratas di dalam
perusahaan. Biasanya mereka terdiri dari eksekutif 14 yang menangani divisi
atau unit kerja yang besar dan memimpin beberapa fungsi. Kelompok
talenta yang kedua terdiri dari calon-calon untuk posisi eksekutif senior pada
posisi penting (Kepala Divisi yang lebih kecil ruang lingkupnya, unit-unit
bisnis dari CEO, kepala unit fungsi di bawah divisi, dan sebagainya).
Kelompok talenta yang ketiga lebih merupakan suatu investasi jangka panjang.
Didalamnya termasuk manajer menengah yang diharapkan memiliki potensi dalam
kurun 5 sampai 10 tahun ke depan mencapai tingkat eksekutif senior tertinggi.
Walaupun jumlah populasi didalam cukup besar dan mencapai beberapa ribu orang,
namun kelompok talenta itu tidak lebih dari seratus calon (Smilansky,
2008).
DAFTAR PUSTAKA
Ismail Iriani Dr. 2013. Pengembangan
Sumber Daya Manusia. Universitas Brawijay. Malang: Fakultas Pertanian.
Kadarisma,M. Manajemen Pengembangan
Sumber Daya Manusia –Ed.1,-cet 2.- Jakarta: Rajawali Pers, 2013.
Maisah, Dr.
Manajemen Pendidikan. Gaung Persada Press Group. Ciputat, Jakarta: 2013,
Sunyoto Danang,
DRS.Manajemen Sumber Daya Manusia. CAPS( Center For Publishing
Service).Yogyakarta:2012,
Terry, George
R. Prinsip Prinsip Manajemen. PT. Bumi Aksara. Jakarta:2008.
Comments
Post a Comment